Sabtu, 31 Agustus 2013

Manajemen Prioritas Amanah untuk kader


Saya mempunyai masalah dalam memprioritaskan tanggung jawab yang ada pada diri saya, keterbatasan kader pada kampus kami menuntut seorang kader menjadi multi-amanah, sehingga saya tidak optimal di berbagai tempat, bagaimana caranya agar saya dapat bertanggung jawab dengan peran yang ada dan tidak mendzalimi saudara saya yang lain ?

Berbicara tentang prioritas saya langsung teringat buku Fiqh Aulawiyat karangan ulama besar saat ini Yusuf Qardhawi. Dalam buku ini dipaparkan dengan jelas tentang apa itu fiqih prioritas dan bagaimana memandang prioritas itu sendiri. 

Sebagai seorang kader dakwah masa kini, dimana tuntutan dakwah lebih besar ketimbang jumlah kader yang ada, maka pemahaman aplikasi dari fiqih prioritas ini dalam kehidupan berdakwah di kampus menjadi sebuah kebutuhan tersendiri.

Sub-bab manajemen prioritas dalam konteks peran tanggung jawab dakwah di kampus adalah memilih di antara dua pilihan yang baik. Karena kita akan berbicara mengenai peran kita sebagai kader yang memiliki tanggung jawab di banyak tempat. Dari beberapa tanggung jawab yang ada, tanggung jawab mana yang harus di dahulukan, atau tanggung jawab mana yang harus diberikan alokasi waktu dan pikiran secara lebih.
 
Manusia memang pada dasarnya selalu hidup dalam dilematika pilihan, dan itu memang fitrah manusia dimana menjadi tanggung jawab bagi kita semua untuk mampu membuat prioritas yang paling bermanfaat bagi diri agar kita bisa mencapai tujuan hidup yang ada. Saya akan memaparkan jawaban dari pertanyaan ini dengan paradigma tentang peran dan prioritas itu sendiri.

Kader dakwah kampus yang tentunya juga mahasiswa mempunyai berbagai peran dalam hidupnya, ia sebagai mahasiswa, asisten akademik, ia sebagai seorang anak, ia seorang pemimpin organisasi atau staff kepanitiaan, ia seorang mentor, atau ia juga berperan di berbagai tempat lain. banyak sekali peran yang harus Anda jalankan sebagai kader dalam waktu bersamaan. Cobalah menuliskan dalam secarik kertas apa saja peran Anda saat ini. Dengan memulai mengetahui peran Anda apa saja dalam waktu bersamaan, maka Anda akan lebih mudah untuk menjalankan langkah selanjutnya.

Terlepas dari berbagai peran yang Anda miliki saat ini, saya memandang bahwa seorang kader dakwah kampus dalam konteks perannya sebagai kader diharapkan memiliki tidak lebih dari 4 peran tanggung jawab dakwah atau kedepannya kita sebut saja dengan amanah. Amanah yang diharapkan ada pada setiap kader dakwah adalah ; (1) amanah organisasi 1, (2) amanah organisasi 2, (3) sebagai mentor, dan (4) sebagai asisten dosen/praktikum.  Contoh dari dua amanah organisasi dalam waktu bersamaan adalah, Anda sebagai ketua divisi di LDK dan Anda juga berperan sebagai pimpinan redaksi majalah di himpunan mahasiswa jurusan. Adanya dua amanah organisasi dalam satu waktu menurut hemat saya masih sangat relevan mengingat kapasitas mahasiswa yang besar.

Maka tahap selanjutnya yang perlu kita atur terkait manajemen amanah adalah amanah yang dimiliki dalam satu waktu, bisa dibuat list seperti ini.
(1)     Amanah organisasi 1           : Kepala Lembaga Dakwah Kampus
(2)     Amanah organisasi 2           : Staf Ahli Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan
(3)     Sebagai Mentor                    : 1 kelompok mentoring angkatan 2007
(4)     Akademik                              : asisten praktikum mata kuliah tingkat 2
Pada beberapa kader yang mempunyai kapasitas pribadi yang besar, bisa jadi memiliki amanah organisasi yang lebih banyak pula, apakah itu lebih dari 2 atau mungkin lebih dari 3. Semua itu kembali ke kapasitas pribadi masing-masing. Saya ingin menekankan pada bagian setelah ini tentang bagaimana kita memandang lebih dari satu amanah organisasi yang kita miliki.


Ketika Anda sudah memilih dan memutuskan untuk mengambil lebih dari 1 amanah organisasi dalam satu waktu maka Anda harus memikirkan konsekuensi dari keputusan Anda berupa pengorbanan. Anda dituntut untuk bisa bersikap profesional dan tidak menjadikan banyak amanah sebagai alasan untuk tidak maksimal di amanah yang lain. Jika memang Anda tidak sanggup untuk mengemban lebih dari satu amanah, dan Anda merasa berat maka ada dua pilihan untuk Anda yakni ; meningkatkan kapasitas atau melepas salah satu amanah yang ada.

Saya mencoba memandan kader saya, baik pada level kepala departemen atau staff departemen bahwa ia selalu bisa bersikap profesional dan bertanggung jawab terhadap arahan dan tugas yang saya berikan. Meskipun, saya mengetahui bahwa ia juga beraktifitas di tempat lain, saya mencoba berpikir positif bahwa ia memilih banyak amanah karena mengetahui bahwa ia mempunyai kapasitas yang besar, dan saya selalu meyakinkan diri saya bahwa ia akan bisa menjalankan arahan dan tugas yang saya berikan dengan baik. Ketika Anda berada dalam forum sebuah organisasi Anda, maka Anda dituntut untuk selalu 100 % untuk organisasi tersebut, sekali lagi jangan jadikan kesibukan lain Anda sebagai alasan untuk tidak tuntas menjalankan amanah dengan baik. Jika itu Anda lakukan maka ada dua konsekuensi yang perlu Anda hadapi, yakni Anda telah mengecewakan dan menzalimi saudara seperjuangan Anda, serta tanggung jawab akhirat Anda dengan Allah.

Saya sering menemukan istilah prioritas dalam amanah yang diucapkan oleh banyak kader, sehingga ia membuat prioritas 1, prioritas 2 dan seterusnya terhadap amanah yang ia miliki saat ini. Akibatnya adalah bahwa memang amanah prioritas 1 lebih ia utamakan dan bisa berdampak pada terzaliminya amanah prioritas 2. Padahal di amanah prioritas 2 ia juga mempunyai peran yang juga diharapkan oleh kawan-kawannya lain. ini adalah contoh kasus ketika amanah di pandang sebagai list prioritas secara vertikal.

Saya mencoba memanda list amanah dakwah ini secara horizontal, dimana Anda memporsikan dengan seimbang dan maksimal dari sekian amanah yang Anda miliki. Dampaknya adalah optimasi kinerja Anda sendiri, hal ini bisa terjadi karena memang Anda memandang semua amanah Anda itu PENTING, dan Anda memandang diri Anda juga berperan PENTING dalam Amanah ini. Adanya prioritas hanya untuk mengatasi jika ada bentrok dua amanah dalam satu waktu, akan tetapi pola penentuan prioritasnya juga tidak bisa selalu sama. Sebutlah Amanah A selalu lebih penting ketimbang Amanah B, akan tetapi dengan melihat kebermanfaatan Anda dalam satu waktu tersebut. Sebutlah Anda mengalami bentrok jadwal antara rapat amanah B dan tanda tangan kerjasama kontrak sponsor amanah A, maka dalam kondisi ini, Anda bisa memilih amanah A dimana tanda tangan Anda tidak bisa diwakili, sedangkan rapat bisa dilegasikan dengan arahan yang jelas. Dalam kondisi lain antara amanah A dan B bisa berubah prioritasnya, tergantung keadaan.

Disinilah kemampuan delegasi dan percaya pada rekan kerja menjadi sangat penting, Anda bisa mulai belajar untuk memberikan kepercayaan Anda ke rekan kerja untuk menjalankan peran Anda sementara Anda mengerjakan yang lain, dengan catatan, ada arahan dan bekal yang jelas. Jika semua bisa disampaikan dengan baik, maka menurut saya masalah keterbengkalaian amanah dapat diminimalisirkan. Selain itu, Anda juga perlu mengumpulkan keberanian Anda untuk mengatakan TIDAK kepada seorang yang akan memberikan amanah tambahan jika Anda merasa sudah tidak mampu. Lebih baik tidak usah berjanji untuk bersedia menjalankan amanah ketimbang mengecewakan dan menzalimi saudara Anda di kemudian hari.

Penerapan manajemen prioritas ini bukan tanpa kendala, biasanya sering menghadapi masalah yang berasal dari diri sendiri, seperti merasa tidak enakkan dengan rekan dakwah, ambisi pribadi, ego dan emosi yang diturutkan, dan kegagalan manajemen waktu. Kendala lain dari sisi eksternal adalah kondisi force majeur yang tidak pernah diduga, dan tekanan kader lain terhadap diri kita.

Berpeganglah pada keyakinan terhadap kapasitas pribadi, ketika Anda sudah bisa mengukur kapasitas pribadi, dan memiliki manajemen waktu yang baik, maka amanah yang Anda emban akan bisa Anda pertanggungjawabkan dengan baik di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar