Minggu, 31 Januari 2016

Pertanyaan Itu ^_^

Januari 31, 2016 0 Comments

Bismillah....

"Hampir disetiap bulannya. Dari hasil apa  yg telah ku usahakan. Aku sisihkan special untuk 'merehabilitasi' tubuh yang terkadang tak sepaham dengan apa yang diinginkan."

Hari ini merupakan kali ku yang ke 5. Tapi, entah kenapa sangat tepat 'ujiaan sakit' itu datang ketika aku berada dikosan yg lama - di Dramaga. Tapi, bisa ku jawab itu semua karena di dramaga aku memiliki sahabat2 yg sangat perhatian padaku. 4 tahun aku hidup disini. Jaringan pun banyak. Insya Allah. Sangat berbeda, ketika aku berada di tempat yg baru, tempat yg ku tinggali saat pulang kerja. Jaringan disana masih sangat sedikit.

Hari ini juga, adalah kali ke 5 ku membuat ayah dan ibu sangat khawatir kepadaku. Ya Rabb, ampunilah aku. Aku yang terkadang lupa apa yang dipesankan ibuku, aku yg lupa apa yg dipesankan oleh ayah, dan teman2 terdekatku. Terutama urusan yang satu ini :: kesehatanku.

Aku yang biasanya sangat pantang bahkan jarang untuk sakit. Kini, sangat rentan. Entahlah...aku pun tak paham, kenapa. Entah karena penyesuaian lingkungan, rutinitas atau beban pikiran (stress). Tapi, aku memang sadar dan rasanya berbeda. Aku kalau dikampus, yang biasanya pergi pagi pulang jam 9 malam. Setelah itu, masih bisa melakukan apa-apa. Tapi, ketika sudah kerja seperti saat ini - selepas pulang kantor, biasanya beberes dulu kemudian langsung tidur. Tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Apalagi untuk sekedar menyalurkan hobiku. Inilah yang dinamakan bekerja. Tak hanya menguras pikiran, tapi juga jiwa dan hati :D #lebay tapi emang bener sih.

Aku yang kini sangat rentan untuk sakit. Membuat salah satu temanku mengatakan :
"Ya udah, disegerakan* sana biar ada yang jagain dan ngerawat kalau sakit."

"Haha....ga sebegitunya juga kali. Justru ketika sudah begitu, bukankah tanggung jawab itu akan semakin bertambah ?" jawabku

Dan aku semakin paham dan sadar. Entah itu Ayah, ibu atau aku dengar dari teman2 ku yang memiliki pacar. Sering sekali ditanyakan :

"Lagi apa ? Udah makan belum ?."

Awalnya aku merasa bosan jika hal itu terus yang ditanyakan. Setiap message atau BBM yg masuk. Pertanyaan itu terus.

Dan tidak beruntungnya aku. Selalu tepat saja waktunya. Entah itu ayah atau ibu. Dengan pertanyaan "Lagi apa ? "

Sms atau nelpon dikala aku sedang berpergian dengan teman2ku. Ah, aku selalu zonk. Ibu Ayah selalu tau aja.

Ya, itulah maksudnya. Ayah Ibu atau orang2 yang kita peduli dengan kita. Ingin memastikan saja bahwa apa yang sedang kamu lakukan itu BAIK.

Pertanyaan selanjutnya. "Udah makan belum ? Jujur, aku rada risih dan rasanya gimana gitu kalau ditanyain udah makan atau belum. Rasanya manja banget gitu.
Tapi ternyata, pertanyaan ini adalah salah 2 yg penting setiap kali di sms/ditelpon oleh siapapun itu.

Maksudnya sama saja seperti pertanyaan pertama. Ingin memastikan kalau disana kamu sehat-sehat saja, makannya baik dan yang paling penting kamu ga lupa untuk makan. Ah, itu kan memang kebiasaan kebanyakan orang, khususnya kamu Sef yang terkadang sering lupa Hehe #piss

Baiklah. Aku sudah paham dan sadar sekarang, apa maksud dari pertanyaan2 itu. Janji, ga akan pernah bosan lagi. Iya dong, harus itu....demi kesehatan dan kebaikan kamu juga.

Maaf sudah membuatmu khawatir disana.

Aku yang selalu ingin sehat.
Doakan yah ;))

31.01.2016
Semangat Senin tuk esok hari.

Sabtu, 23 Januari 2016

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya

Januari 23, 2016 0 Comments
Kita tak pernah sekalipun jauh dari pasangan jiwa. Di manapun kapanpun, kita sejatinya begitu dekat dengan mereka. Kenal atau belum kenal. Saling tahu atau belum saling tahu.Kita, sejatinya hanya sedang menipu jarak.
Sejauh yang kami pahami, Islam tidak mengenal sense of material belonging atau rasa memiliki. Islam mendidik umatnya untuk memiliki sense to be entrusted, rasa diamanahi. Menurut kami, konsep itu pula yang berlaku untuk karunia rasa. Bahwa ia tercipta sebagai amanah, bahwa ia hadir sebagai ujian sekaligus anugerah.

Saat sedang menipu jarak, sungguh seharusnya kita berbahagia. Kita tidak sedang menyangkal sepi atau menanti batas sunyi. Terpujilah penemu prinsip probabilitas, bahwa alih-alih beradu pilu, kita justru sedang diberi kesempatan mengekskalasi peluang untuk saling menemukan. Sungguh, urusan menipu jarak ini hanya seperti sajak yang menunggak.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Ada begitu banyak cara bagi Allah untuk mempersatukan dua hati manusia. Ia tak terbatas pada interaksi tahunan, perjumpaan, maupun percakapan. Bersatunya dua hati bahkan bisa terjadi pada mereka yang tak pernah saling bersua. Maka sungguh, sedikitpun kita tak perlu khawatir, selain atas apa yang memang seharusnya kita jaga.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Harus kami akui, kami memang belum mengenal sepenuhnya satu sama lain. Tapi kami percaya, InsyaAllah Ia yang akan menguatkan cinta dan menumbuhkan barakah di antara kami, selama kami saling menjaga menuju-Nya.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Kami percaya, sebenar-benarnya cinta antara dua manusia itu sepatutnya menjaga kemuliaan melalui jalan keselamatan. Maka menurut kami, menikahi pasangan jiwa dengan keimanan adalah cara terbaik dalam memuliakannya. Meletakkan rasa itu dalam iman adalah cara terbaik dalam menjaganya. Agar setiap jalan menujunya adalah kebaikan. Agar setiap langkah membersamainya adalah keberkahan.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Rasa cinta, kecenderungan, atau apapun namanya tentu saja hal yang wajar. Tapi sungguh, sebesar apapun rasa yang datang, ia tercipta sebagai amanah, ujian, anugerah. Hingga menjaganya agar sesuai kadar dan fitrahnya adalah sebuah keharusan.

Tidak manusiawi? Bukankah justru perkara ini adalah salah satu hal yang paling manusiawi dari seorang manusia? Bahwa manusia-yang-paling-manusiawi adalah manusia yang mampu menjaga hati dan kehormatan diri sebagai salah satu prioritasnya.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Walau terdapat berjuta cara untuk hidup, ‘perjuangan’ adalah kosa kata yang hanya pantas disandingkan untuk cara hidup yang lurus. Maka menjaga diri bukanlah sebuah pengorbanan. Ia lebih pantas disebut sebagai suatu kehormatan.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Semoga kita dapat “membiarkan” Ia menjalankan bagian-Nya. “Membiarkan” ia bertindak sebagaimana Tuhan kita seharusnya. Hingga saat itu tiba,
tetaplah terjaga.

Ada bagianmu. Ada bagian-Nya. Kerjakan bagianmu dan tak perlu risau akan bagian-Nya.
Pada suatu masa, kami adalah dua orang yang asing. Pada suatu masa yang lain, kami mulai mencari tahu tentang diri kami masing-masing. “Siapa kamu, siapa aku. Bagaimana kamu, bagaimana aku”. Dalam diam dan istikharah. Dalam malam panjang penuh kemantapan. Hingga terus Memantaskan diri. Ia menjadikan kami Dua ketidaksempurnaan yang saling menyempurnakan.

END

Be a Gentleman, Get Married and No Couple Until AKAD

Januari 23, 2016 0 Comments
Laki-laki, janganlah tebar pesona, menebar janji, mengikat yang belum pasti. Jika memang telah siap, datangi orangtuanya. Jangan memberi harapan kepada wanita yang bukan mahrammu. Sungguh, wanita itu lemah. 

Jika belum mampu, bersabarlah hingga tiba saatnya engkau telah merasa mampu dan siap untuk mengucapkan perjanjian yang kuat dan suci itu. Jangan "membooking" dia dengan komunikasimu dengannya, melalui inbox atau chating yang kau bina dengannya.

Sungguh, interaksi yang kau lakukan dengan wanita yang bukan mahrammu adalah hubungan yang terlarang.
Engkau yang begitu semangat menggembor-gemborkan haramnya pacaran, tetapi engkau sendiri yang malah terjebak dalam apa yang engkau kau yakini haram itu. 

Iya, aku tahu engkau tidak jalan berdua dengannya, tidak pegangan tangan, atau seabrek aktivitas lainnya. Tapi engkau tetap berkomunikasi dan berchating ria dengannya kan? bercanda ria, membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Saling curhat dan membicarakan masalah yang tidak pantas untuk kau ungkapkan pada yang bukan mahrammu.

Aku tahu, sebenarnya kau telah mengetahui bahwa hubungan yang kau jalin adalah terlarang, tapi dari hatimu masih terdapat bisikan, bahwa kau tak bisa berhenti untuk berkomunikasi dengannya. Sebenarnya kau bisa. Sangat bisa untuk berhenti dari inbox atau chating ria dengannya.

Kenapa? Kau sudah terlanjur menyimpan rasa padanya?
Kau takut dia diambil atau bersama yang lain atau memilih orang lain? Lantas kau "membooking"nya dengan terus-terusan menjalin komunikasi dan berduaan dengannya di dunia maya?
Engkau chating-an dengannya, engkau mengikat hatinya, agar dia tak lari ke lain hati?
Engkau egois. Kau biarkan dia dalam pengharapan yang panjang tak berujung. Penantian yang tak pasti.
Kau katakan akan menjemputnya 2 atau 3 tahun lagi, setelah lulus kuliah, dapat kerja tetap, setelah ini, itu, de el el...
Tak terfikirkah engkau tentang perasaan wanita yang kau beri harapan itu? Dia mengharap padamu yang tak berani memberi kejelasan.

Wanita, jadilah wanita cerdas. Jangan mau di PHP sama laki-laki yang suka tebar janji. Memangnya kamu tahu apa yang akan terjadi ke depannya?
Kau menunggu, menunggu dengan penuh harap. Menanti yang tak pasti... Kau tolak laki-laki sholeh lain yang datang ke rumahmu demi menunggu dia yang telah menjanjikan yang tak pasti?
Kau bersedia hatimu diikat dengan ikatan lemah yang tak jelas.
Hari-harimu penuh harap dan penantian pada sosok yang tak berani memilih dengan tegas: berhenti dari komunikasi yang terlarang atau mendatangi walimu.
Bagaimana mungkin kau bertahan untuk terus berharap pada laki-laki yang bimbang tak berani memutuskan pilihannya dengan tegas?
Wahai wanita, cerdaslah !!

Jagalah 'iffah dan 'izzahmu...
Janganlah mengikuti ajakannya untuk berduaan di dunia maya dengan berchating ria.
Sungguh, setan adalah yang ketiga diantara wanita dan laki-laki bukan mahram yang berduaan. Setan akan berusaha bagaimanapun caranya untuk membisikkan manusia agar bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Laki-laki, jika kau menyukai seorang wanita, dan kau yakini akan kebaikan dan keshalehahannya, segera temui walinya. Karena wanita shalehah itu sulit ditemukan di zaman yang penuh fitnah ini.

Tapi jika kau belum siap untuk membina ikatan suci itu, bersabarlah.. Siapkan dirimu.. Jangan kau meracuni dan merusak hatimu dengan komunikasi terlarang dengannya. Jadilah laki-laki yang tegas yang tak mudah umbar janji tak pasti. 

Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya.
Wanita, jika ada laki-laki shaleh yang datang pada walimu dan kau menyukainya, terimalah ia. Karena laki-laki shaleh itu sulit ditemukan di zaman yang penuh fitnah ini.
Janganlah mau diajak menjalin hubungan terlarang meskipun kau menganggapnya kecil, hanya berchating ria dengannya, tetap terlarang.

Laki-laki yang baik itu tidak akan mau menebar janji yang tak pasti.
dan wanita yang baik itu tidak akan mau dijanjikan harapan tak pasti.
Jika sudah terlanjur menjalin komunikasi?
Berhentilah. Pasti bisa. Tergantung dari seberapa kuat niat kita untuk mentaati perintah dan tidak bermaksiat kepada Allah.

Tenanglah, yakinlah...
Bahwa jika memang berjodoh, pasti bertemu...
Bukankah pasanganmu telah Allah tetapkan?
Tugas kita adalah terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas iman.
Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan jodohmu, adalah cerminan dirimu.
Jangan mau terjebak dalam hasutan setan karena takut tak berjodoh dengannya.
Jika dia memang jodoh yang Allah tetapkan bersamamu, di ujung pulau pun tetap akan bertemu.
Tapi jika dia bukan jodohmu, meski dia ada di sebelah rumahmu, seberapa sering pun kau menjalin komunikasi dengannya, tetap tidak akan bersatu.

Jodoh itu penuh rahasia.
Maka jemputlah ia dengan jalan berkah.
Bagaimana mungkin akan berkah, jika prosesnya tak berkah?
Be a Gentleman, Get Married and No Couple Until AKAD
Wallahu a'lam bish shawab

#BeAGentleman
#GetMarried
#NoCoupleUntilAKAD

[repost]

Tammara Project

Januari 23, 2016 0 Comments
Bismillah....

28 Agustus 2015. Adalah waktu yang telah Allah takdirkan untuk ia yang baru saja menyelesaikan program sarjananya. Alhamdulillah, atas izin dan karunia-Nya, ia bisa lulus tepat waktu. 

2 September 2015. Tepatnya sekitar satu minggu yang lalu, semua berkas untuk persiapan graduationnya selesai. Hari ini juga merupakan hari pertamanya bertemu dengan Tim 'Tammara Project' - sebutan tim Project Asisten Ibu Tammara. Sedikit penjelasan mengenai 'Tammara Project' ini yaitu sebuah project penelitian dari Ibu Tammara yang sedang menyelesaikan gelar Ph.D nya di Canada. Disini kami ber empat, membantu beliau dalam mencari sampel penelitian. Kami diberi waktu selama satu bulan untuk mencari responden kurang lebih 300 responden. Mulai dari responden yang berpenghasilan low, middle dan high. Semuanya dengan persentase yang sama 100 responden setiap tingkatan. Ibu dengan 3 anak yang masih lucu-lucu ini, semangatnya luar biasa. Masya Allah. Super mom. Dan hari itu juga, setelah menandatangani kontrak kerja dan membaca rule penelitian ini, kami resmi menjadi asisten beliau, kami menyebutnya, 'project 5 juta'. Ha. 

Adapun kisah, ia sampai mendapatkan project asisten ini. Dari share seorang temen disalah satu grup Line nya. Awalnya keraguan itu muncul. Tapi setelah berpikir mendalam dan untuk mengisi luang sambil menunggu wisuda. Ia pun mengirimkan CV nya ke alamat email ibu Tammara. Dengan meminta restu ke dua orang tuanya yang nan jauh disana. Masya Allah, setelah satu hari di wawancara langsung
via telepon dan dengan menjabarkan keahliannya dalam analisis data menggunakan SPSS. Ia diterima untuk bergabung dalam tim 'Tammara Project'. Segala Puji Bagi-Mu, ya Rabb. 

"Aku adalah sesuai prasangka hamba-Ku." 

Begitu yang dijelaskan dalam kitab suciku, Al Qur'an yaitu mengajarkan ia untuk tetap berprasangka baik dan hanya kepada-Nya lah ia memohon pertolongan. 

Satu minggu berlalu menjalani project ini, Alhamdulillah berjalan sesuai dengan target. Disini ia bukan mau menceritakan bagaiamana, mengapa, siapa dan kapan 
dalam menyelesaikan project ini. Melainkan, apa yang bisa ia ambil hikmah atau pembelajaran yang bisa dipetik selama menjalani project ini. Sebuah aktivitas yang mengajarkan ia tentang Kesabaran. Rasa Pantang Menyerah. Berani. Rendah Hati. Dan yang paling penting yaitu ilmu tentang ikhlas dan rasa syukur. 

Hal yang paling menonjol disini adalah 

Perbedaan.

Yeah. That's the point !

Perbedaan 'sikap' antara ke tiga tingkatan Income. Low, Middle, High. 

Tapi dari perbedaan ini, bukan maksud untuk membeda-bedakannya. Melainkan, bagaimana dari banyaknya perbedaan ini bisa membuat satu dengan yang lainnya saling berkorelasi dan mengambil pelajaran. 

Misal. Sikap rendah hati seorang Low, bisa terus dilestarikan di dalam diri seorang High. Tegur sapa dan saling mengenal kepada sesamanya. Minimal antar tetangga sebelah rumah kiri-kanan-depan. Sikap rasa syukurnya seorang Low dalam mengelola makanan. Sikap ramahnya kepada sesama. Di lain sisi, kita juga bisa melihat sikap seorang High dalam memanfaatkan waktunya. Time is money. Sikap seorang High yang terus bersemangat dalam menuntut ilmu. Sikap seorang high yang jika berinfaq sangat besar sebab memang ia orang 'berpunya'. Dan kemudian Middle, bisa dibilang cukup bagus bisa berada di posisi ini. Sebab, ia yang berada ditingkatan ini asumsinya adalah 'seimbang'.

Hm, namun pada kodratnya. Allah tak melihat seberapa besar dan banyak harta yang dimiliki, semua dimata Allah adalah sama. Yang membedakan hanyalah derajat Ketaqwaannya. Nah, apapun kamu, posisi kamu, harta kamu, pekerjaan kamu. Jadikan ia sebagai ladang kebaikanmu dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya. Okeh !!

Finally.
Kalau boleh mengambil kesimpulan dan bisa juga kali yah kalau diuji juga dengan analisa regresi. Bahwa hipotesa 'Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi Income seseorang, begitupun dengan tingkat pemahamannya dalam menjalani segala urusan kehidupan'. Berbanding lurus keduanya. Cateris Paribus. 

Dalam Arkanul Bai'at. Ternyata benar, bahwasanya hal yang mendasar seseorang melakukan 'suatu hal' adalah tingkat pemahamannya. Al Fahmu. Nomor satu dalam urutan Arkanul Bai'at. 

Tingkatan pemahaman seseorang akan mempengaruhi segala aktivitas yang ia lakukan. Mulai dari urusan A-Z, bangun tidur sampai tidur lagi, mengasuh anak dari kecil sampai dewasa, dan lain sebagainya. Banyak. Sangat banyak. Ya, tergantung apa dan bagimana tingkatan pemahaman atau ilmu yang ia miliki. Masya Allah. Evaluasi diri masing-masing aja yah. 

Pada dasarnya, pemahaman yang baik akan menghasilkan amal yang baik. 

Yuk terus bersemangat 'memperkaya' diri. Memahami apa apa yang perlu dipahami. Terutama dalam mengelola hati. #eh

Oktober 2015

*sudah sempat menulis lagi. 

Working Mom & Ibu Rumah Tangga

Januari 23, 2016 0 Comments
 #1
Yuhuu, tema baby tercurhat pekan ini masih klasik sih, belum ngedangdut. Kyaa kayak musik aja. Uehehe. Tema apakah itu? Iyups, tentang working mom. Etapinya nyantai aja, aku mau coba ngeliatnya dari sisi lain gitu sih, bukan sisi yang sensitipnya.Tsaah.

Jadi pernah ya, aku dicurhatin salah seorang working mom tentang betapa 'feeling guilty' pake bangetnya beliau karena tiap hari harus ninggalin anaknya ke kantor. Setiap hari baby-nya sama ncuss alias babysitternya. Tenang, ceritanya nggak akan sehorror anaknya dibawa ncuss-nya buat ngemis atau anaknya dipukulin gitu kok. Kali ini aku mau cerita yang lebih dewasa dikit. Tsaah. Tolong yang belum cukup umur diamankan dulu. Uehehe. *ngamanin diri sendiri*

Balik lagi ke working mom tadi, ceritanya doi nggak khusyuk kerjanya, dikit-dikit keingetan baby-nya terus, mau resign tapinya ya gimana? Sayang karir yang sudah dibangunnya bertahun-tahun, mana bentar lagi naik posisi gitu, udah mah takut bosyen kalau cuma di rumah aja ngurusin anak. Terdilema abis pokoknya mah.
Terus, apakah si ibu tetap bertahan jadi working mom, atau resign jadi ibu rumah tangga? Kita nantikan cerita selanjutnya.
***
Hmmm, lagi-lagi harus aku katakan, menjadi ibu itu bukan perkara jadi working mom (WM) atau ibu rumahtangga (IRT) gitu. Peran ibu terlalu mulia untuk dikotak-kotakin antara working mom atau IRT. Toh, mau jadi WM atau IRT pun akan selalu ada orang yang nyinyir kita begini atau begitu, akan selalu ada orang yang membanding-bandingkan. Yakan, yakan?
Jadinya, aku cuma pengen bilang;

Cukup, sudah, hentikan, jangan lagi merasa bersalah, para WM di seluruh dunia. Enjoy your life, always dudebes di rumah ataupun di kantor. Bukan hanya karena WM atau IRT itu sama-sama baiknya jika dijalani dengan baik pula, tapi karena anak-anak harus dibesarkan oleh ibu yang bahagia menjalankan perannya. Seberapa banyakpun peran yang harus dijalaninya. Karena anak-anak harus dididik oleh ibu yang bangga dengan pilihan hidupnya. Agar kebahagiaan dan kebanggaan itu juga dirasakan oleh anak-anak. Bangga, atas siapapun ibu yang mereka punya. Apa dan bagaimanapun itu. Bahagia, atas segala hal yang sudah diberikan dan dilakukan oleh ibunya. Kita hanya bisa memberi apa yang kita punya kan? Jadi kalau pengen anak-anaknya bahagia dan bangga, ya seorang ibu harus punya itu duluan. Apapun pilihan hidup yang sedang dijalani. Tsaah.
***
Ibu yang tadi aku ceritain masih terdilema, mungkin butuh waktu untuk mempertimbangkan dan memutuskan. Aku cuma bisa berdoa yang terbaik buat beliau juga seluruh ibu di seluruh dunia. Agar tetep menjalankan semuanya dengan hepi, cause happy mom creates a happy child. Haish, jadi inget ummi. Baiklah sebelum kemenyean ini kian menjadi, aku tutup aja edisi tercurhat kali ini dengan quote keceh berikut inih,
Don't lose yourself in your identity as a mother. You were a woman before you met your husband. You were a woman before you had your children. Don't lose sight of who that person is. Spend as much time with your children as you can, but don't feel bad if you're spending time at work. Enjoy that time that you spend contributing to society. When you're at home, be present with your child. It's quality over quantity, always. [Erica Rivinoja]

#2
Baiklah, aku mau dikit share tentang 'Working Mom' dan Ibu Rumah Tangga ya. Kebetulan aku pernah nguping pembicaraan abi dan ummi perihal ini. Aku simpulkan aja deh biar enggak pake ribet.
» Kemulian seorang ibu nggak pernah ditentuin dari apakah ibu tersebut 'working mom' atau 'ibu rumah tangga'. Aku ulangi biar lebih dramatis ya; ENGGAK PERNAH. Jadi kalau ada yang membandingkan 'kekecean' seorang ibu hanya dari ibu rumah tangga apa bukan, kerja apa enggak; totally wrong. Kemuliaan seorang ibu ada pada peran dan tanggungjawabnya dan seberapa besar pengorbanannya untuk menjalankan peran dan tanggungjawab itu. Dan baik 'working mom' atau 'ibu rumah tangga' punya nilai pengorbanan masing-masing yang nggak bisa langsung disamaratakan gitu, karena kondisi setiap ibu ituh beda. Makanya itu bukan sesuatu yang adil untuk dibanding-bandingkan. Can I get a 'tsaaaah' here? Uehehe

» Ada masa-masa dimana seorang 'working-mom' pengen banget jadi ibu rumah tangga, mengurus rumah dan keluarga, bermain dengan anak-anak gitu. It's okeh kok. Kodratnya emang begitu. Ada banyak kodrat perempuan yang emang adanya di rumah, bukan di kantor. Tapi ya gimana, tuntutan keluarga dan profesionalitas mungkin masih mengharuskan buat kerja. Selama bisa dijalani dengan baik dan nyaman, ya dijalani aja. Hebat banget jadinya, bisa menjalankan peran ibu sekaligus peran di kantor dengan sangat baik. Tapi kalau galau hanya karena masalah penghasilan, kerja hanya buat nambah penghasilan suami aja, tanpa bisa menikmati pekerjaannya di kantor, perasaannya kangen rumah melulu? Hmmmm, gimana ya? Terdilema emang kalau udah gitu mah. Aku kutip jawaban abi aja ya, waktu ummi juga galau mau tetep kerja apa jadi ibu rumahtangga. Khawatir penghasilan keluargaku jadi berkurang gitu, padahal dari lubuk hati yang paling dalam, ummi pengen banget fokus ngurusin akuh. Huhuhu. 

Kata abi waktu itu;
"Yang namanya rezeki kan sudah diatur, seberapa banyaknya, besar kecilnya, melalui siapanya. Kalau ummi pengen fokus ngurusin keluarga di rumah, ya gpp. Abi malah seneng. Semoga ketulusan dan pengorbanan ummi dibalas dengan rezeki yang lebih baik lagi buat keluarga kita. Kalaupun bukan jumlahnya, setidaknya kualitasnya; bisa jauh lebih berkah. Kan yang buat cukup berkahnya, bukan jumlahnya."

» Ada masa-masa dimana seorang ibu rumah tangga juga pengen kerja gitu. Jenuh dengan tugas-tugas seharian di rumah. Ini juga maklum sih ya. Secara tiap orang butuh aktualisasi diri. Dan kadang rumah emang nggak cukup untuk melampiaskan aktualisasi diri kaum hawa. Jadinya ibu rumahtangga itu emang peran yang membutuhkan kreativitas tingkat dewa. Biar nggak bosen di rumah, biar always perform dan bahagia gitu ngurusin rumah dan penghuninya. Tapi menurutku, yang apalah aku ini; sebelum menjalani keseharian selaku IRT ya harus dilurusin dulu pikiran dan hatinya. Ibu rumahtangga itu, kalau dijalani dengan baik, adalah pekerjaan paling mulia yang pernah ada loh. Bayangpun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ngurusin orang lain. Menciptkan keluarga sakinah, mawadah, warohmah gitu. Mendidik anak-anak jadi generasi terbaik. Itu kan uwow banget. Subhanalloh.

Jadi, IRT itu pikiran dan hatinya nggak boleh sempit. Harus luas dan lapang. Jangan hanya mikirin yang teknis-teknis ajah, semisal masak, nyuci, nyetrika, bersih2, dll. Harus jadi IRT yang strategis juga yang concern sama tumbuh kembang dan masa depan kluarga. Lagian, kalau dalam islam kan, hal-hal teknis yang aku sebutin tadi itu adalah paket 'nafkah' (sandang, pangan, papan) yang udah jadi tanggungjawab suami gitu. Etika terbaiknya kan emang suami ga hanya kasih uang buat beli beras atau pakaian aja. Tapi juga sampai makanan terhidang di meja makan, pakaian siap diapakai dengan rapih. Itu artinyah, sebenernya asisten rumah tangga (ART) juga masuk haknya isteri, tanggungjawab suami.

Tapi isteri yang baik dan solehah, juga akan sepenuh hati melayani suami dan keluarganya dengan pelayanan terbaik, semisal makan dari masakan sendiri, menyediakan pakaian, dll. Karena ada keutamaan dan berkah sendiri dsana.

Terus gimana dong menyikapinya? Kyaaa, islam kan ngajarin lomba balap karung gitu. Eh, berlomba-lomba dalam kebaikan deh. Jadi ya, silahkan aja, suami isteri berlomba-lomba jadi yang terbaik dalam hal menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing. Bukan malah berlomba-lomba saling menuntut. Haish, pipis masih di celana aja udah ngomongin suami-isteri gini. Uehehe.

» Intinya, IRT atau working mom itu tentang kesiapan sih, mana yang lebih siap dijalani, ya jalani ajah. Nah, masalahnya kan tiap keluarga punya kesiapan masing-masing gitu. Tapinya nggak boleh saklek juga sih. Maksudnya itu, kesiapan itu kan kondisinya beda-beda tiap tahun, tiap masa, tiap waktu. Hmmm, ummi aku misalkan, rencananya emang jadi IRT sampai aku melewati 'golden age' gitu, sambil nyiapin passion-nya buat jadi dosen dan peneliti. Jadi kalau dirasa udah siap untuk pindah dari IRT ake working mom atau sebaliknya, ya pindah aja, gpp. Life is short enihu, coba apa yang bisa dicoba, jalani apa yang bisa dijalani. Catatannya ya itu tadi kali; bertanggungjawab atas setiap peran yang kita punya.
Udah, gitu aja.

[repost]

Jumat, 15 Januari 2016

Wanita

Januari 15, 2016 0 Comments
Mungkin hampir disetiap harinya kita saling menyapa, berbicara seperti biasanya sebagaimana kita berbicara dengan orang-orang disekitar kita, tertawa bersama bahkan kita akhir-akhir ini sering bersikap bodoh, ya bisa dibilang mungkin kita masih dianggap anak kecil karena sikap kita.
Tapi, hari ini tepatnya setalah menjelang matahari tengah terik semuanya berubah. Ya, aku pun kaget kau bisa berbicara seperti itu. Entah kenapa, atau karena aku wanita yang sudah takdirnya 'perasa'. Setelah kau berbicara seperti itu, sangat mengganggu hati dan pikiranku. Ditambah ujian kesabaran ku hari ini begitu besar. Ya, kata seseorang teman pernah berkata kepadaku, sepelik apapun masalahmu atau tantangan dalam hidup, tetap bersikap tenang meskipun hati sedemikian rusuhnya. 

*Teringat
Ayah, jadi ini maksud dari semua yang kita bicarakan kala itu. Kau dulu pernah mengatakan bahwasanya seorang laki-laki jika sedang emosi, perkataannya sangat bisa untuk menyakitkan seorang wanita. Meskipun itu perkataan yang singkat. Apalagi kalau dikatakan dengan nada tinggi atau membentak. Sungguh, menghentakan hati ini. Tapi, kau hebat ayah. Dulu....dulu sekali saat aku masih kecil, engkau dan ibu pernah beradu pendapat. Kau tetap diam dan mendengarkan semua yang dikatakan ibu. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutmu tentang omongan yang menyakitkan. Kau sabar. Terus bersabar. Hingga saat ini. 

'Ah, ternyata memang benar. Sabar memang tidak ada batasnya, sekalipun kita masih kekeh jika sabar itu ada batasnya, ya ada....ketika kita sudah meninggal'

Ayah, aku malah menjadi takut ketika waktuku bersama mu sudah tak sebanyak seperti biasanya. Aku tahu diluar sana hanya sedikit orang yang bisa bersabar. Ya, tapi aku hanya bisa berdoa, semoga kelak laki-laki yang mendampingku memiliki kesabaran yang luar biasa. Terhadap sikapku, perkataanku, khususnya terhadap takdirku sebagai wanita. Aamiin.

Wanita - yang notabennya banyak menggunakan perasaan. Dibandingkan laki-laki yang banyak menggunakan logika. Sering kali bertolak belakang dan bisa menimbulkan percekcokan. Entah karena ego masing-masing yang masih belum habis atau masing-masing kita yang memang tidak tepat atau apalah. 

Sungguh, aku hanya berharap teruntuk semua laki-laki. Bahwasanya wanita adalah tulang rusuk yang bengkok tidak bisa dipaksakan lurus karena nanti ia akan patah, dan tidak pula terus dibiarkan bengkok karena nanti bengkok lebih menjadi. Maka bersabarlah untuk bisa meluruskannya. Dan kamu tahu, kenapa Allah ibaratkan seperti tulang rusuk. Kenapa tidak tulang kaki, tulang tangan atau bagian tubuh lainnya. Kenapa ? Sebab tulang rusuk itu dekatnya dihati untuk disayangi dan disamping tangan untuk dilindungi.

Baik. Demikian tulisan singkat yang bisa ku paparkan sebelum aku terlelap. Semoga dengan pelajaran hari ini, pemahaman ku bisa jadi semakin baik :))

Keep Tangguh Sef !!!

16 Jan 2016 | 00.58 WIB