Rabu, 13 September 2017

Romantisme Keluarga

September 13, 2017 0 Comments

🔴Suasana harmonis dan romantis sangat ditentukan dengan kerja sama yang bagus antara suami istri dalam menciptakan suasana yang kondusif dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjemukan.

🔴Rasulullah adalah sosok manusia yang paling sempurna akhlaknya di antara makhluk ciptaan Allah. Beliau merupakan sosok teladan terbaik dalam membina keluarga, sehingga patut dijadikan contoh bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

🔴Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan, tidak juga pada pembantu, kecuali perang di jalan Allah.Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah.(HR Muslim).

🔴Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling sibuk. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pemimpin pemerintahan negara, memimpin ribuan tentara, menghabiskan waktunya untuk agama, tetapi beliau tetap meluangkan waktu bersama istri dan keluarga, sesuai sabdanya: “Orang terbaik di antara kalian (suami) adalah yang terbaik bagi keluarganya dan akulah di antara kalian yang paling baik terhadap keluargaku, tidak memuliakan wanita kecuali orang yang hina,”(HR Ibnu Asakir dari Ali bin Abi Thalib).

🔴Gambaran bagaimana suasana romantis beliau bersama istrinya nampak pada:

🔹1. Panggilan Kesayangan

🔴Suasana mesra dalam rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ia memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan panggilan kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat perasaan ‘Asiyah menjadi  sangat bahagia.

🔴‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita sebagai berikut, pada suatu hari Rasûlullâh berkata kepadanya.

📖يَا عَائِشُ, هَذَا جِبْرِيْلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ
📃“Wahai ‘Aisy Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu.”(HR Muttafaqun ‘alaihi).

🔴Kita masih sering mendengar suami yang memanggil istrinya seenaknya saja. Bahkan ada yang memanggil istrinya dengan cacat dan kekurangannya.

🔴Kalau begitu sikap suami, mungkinkah keharmonisan dapat tercipta? Mungkinkah akan tumbuh rasa cinta istri kepada suami?

🔹2.  Mandi Bersama

🔴Suami-istri diperbolehkan mandi bersama dalam satu ruangan meski masing-masing saling melihat aurat pasangannya.

🔴Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata;

📖كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَ رَسُوْلُ اللهِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ

📃Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana. (HR Bukhari).

🔴Dalam redaksi yang lain disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:“Aku pernah mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu wadah yang terletak di antara aku dan beliau.Tangan kami berebutan menciduk air yang ada di dalamnya. Beliau menang dalam perebutan itu, sampai aku katakan, “Sisakan untuk saya…Sisakan untuk saya…!Kami dalam keadaan junub.” (HR Bukhari Muslim)

🔹3. Makan dan Minum dalam Satu Tempat

🔴‘Aisyah radhiallahu ‘anha menuturkan:


📖كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٍ, فَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيّ وَ أَتَعَرَّقُ العَرَقَ فَيَتَنَاوَلُهُ وَ يَضَعُ فَاهُ فِي مَوْضِعِ فِيّ

📃“Suatu ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya.” (HR Muslim)

🔴Begitulah kemesraan dapat tercipta, yaitu menciptakan rasa saling memiliki. Sepiring berdua, segelas berdua, makan berjama’ah serta beberapa hal lain yang dianjurkan oleh Rasulullah agar dilakukan bersama oleh suami istri!

🔴Dengan demikian akan tercipta rasa saling memahami satu sama lain.

🔹4. Mencium Kening Istri

🔴Dalam kesempatan lain Rasulullah saw tidak malu untuk bermesraan walaupun hanya sekedar mencium istri sebelum keluar rumah.

🔴Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa ia berkata:


📖أَنَّ النَّبِيَ قَبَّلَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ

📃"Sungguh Rasulullah pernah mencium salah seorang istri beliau baru kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharuhi wudhu”(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

🔴Budaya mencium istri agaknya masih asing di tengah masyarakat kita, khususnya masyarakat timur. Bahkan masih banyak yang menggapnya tabu, mereka mengklaimnya sebagai budaya barat.

🔴Tentu saja mencium istri yang kita maksud di sini bukanlah mencium istri di depan umum atau di hadapan orang banyak. Sebenarnya banyak sekali hikmah sering-sering mencium istri.

🔴Sering kita lihat sepasang suami istri yang saling cuek. Kadang kala si suami pergi tanpa diketahui oleh istrinya kemana suaminya pergi. Buru-buru melepasnya dengan ciuman, menanyakan kemana perginya saja tidak sempat. Sang suami keburu pergi menghilang, kadang kala tanpa pamit dan tanpa salam!? Coba lihat bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bergaul dengan istri-istri beliau. Sampai-sampai Rasulullah menyempatkan mencium istri beliau sebelum berangkat ke masjid.

🔹5. Beribadah Bersama

📃“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezqi kepadamu, kamilah yang memberi rezqi kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS Thaha [20]: 132).

🔴Dalam kesempatan lain, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan:

📖كَانَ النَّبِيُ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ, فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي

📃“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir.” (HR Muttafaqun ‘alaihi)

🔴Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

📖رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا المَاءَ,رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ المَاءَ

📃“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun)" (HR Ahmad).


🔹6. Ramah dan Lembut

🔴Masing-masing pihak suami istri harus bertekad untuk bersikap ramah dan lembut kepada pasangannya, bersenda gurau dengannya, dan bercanda dengannya.

🔴Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, meskipun mempunyai sifat keras dan tegas, mengatakan: “Sudah selayaknya seorang laki-laki menjadi seperti anak kecil di tengah keluarganya. Bila dia di tengah kaumnya, maka hendaknya dia menjadi seorang laki-laki.”

🔴Aisyah radhiyallâhu ‘anha menceritakan, “Adalah Rasulullah ketika bersama istri-istrinya, beliau adalah manusia lembut dan paling pemurah. Gampang tertawa dan gampang tersenyum.” (HR Ibnu Asakir)

🔴Berlaku lemah lembutlah dalam menjalankan kehidupan supaya keharmonisan dapat tercapai dalam lingkungan keluarga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci seorang mukminah (istri). Jika ia tidak menyukai salah satu akhlaknya, ia pasti ridha kepada akhlaknya yang lain.”
(HR Muslim)

🔴Sikap ramah dan lembut Rasulullah ditunjukkan kepada keluarganya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersenda gurau dengan istri dan anak-anaknya, menghibur, dan mema'afkan kesalahan mereka, menyebar senyum bahagia serta mengisi rumah mereka dengan hal-hal yang menyenangkan.

🔴Suatu ketika Anas bin Malik, pembantu beliau melukiskan keadaan keadaan beliau dengan mengatakan, “Aku telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Selama itu belum pernah beliau menegur atas apa yang aku lakukan, “Mengapa kamu tidak melakukan ini?” Beliau juga beliau belum pernah mengatakan kepadaku sesuatu yang belum aku kerjakan, “Mengapa kamu belum melakukan ini?”Kasih sayang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menembus hati orang-orang terdekat yang pernah berinteraksi dengan beliau, sehingga setiap jiwa selalu merindukannya.Oleh karena itu, berlemah lembutlah pada keluarga supaya kehangatan dan kemesraan keluarga dapat tercapai sebagaimana keluarga Rasulullsh shallallahu alaihi wa sallam.

🔹7.  Memberi Hadiah

🔴Saling memberi hadiah diantara suami istri –terutama hadiah dari suami untuk istri- merupakan salah sebab makin mendalamnya rasa cinta di antara keduanya.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian sering memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR Bukhari)

🔴Hadiah merupakan ekspresi kasih sayang dan mampu mencairkan kebekuan dan rutinitas hubungan manusia.

🔴Hadiah tidak disyaratkan berupa barang-barang kepemilikan yang mahal lagi mewah karena tujuan dari hadiah pada awalnya adalah mengekspresikan kasih sayang dan kesatuan. Hal ini dapat diwujudkan dalam materi hadiah dengan nilai seberapa pun. Tapi jika hadiah tersebut berupa sesuatu yang mahal, maka itu akan menyebabkan kebahagiaan berlipat ganda dan kasih sayang makin bertambah.

🔹8. Memahami Kecemburuan Istri

🔴Rasa cemburu dianggap sebagai watak dasar para wanita, tidak ada wanita yang selamat dari watak ini, bahkan para Ummahat al-Mukminin yang merupakan istri-istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.Aisyah selalu mencemburui Khadijah radhiyallahu ‘anha walaupun ia tidak pernah bertemu dengan Khadijah.

🔴Aisyah mengingkari pujian dan sanjungan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Khadijah dengan mengatakan,“Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya.” (Ini ucapan Aisyah radhiyallahu ‘anha. HR Bukhari dan Muslim)

🔴Kecemburan yang baik memengaruhi hubungan mesra suami istri dengan syarat tidak berlebihan dalam cemburu, namun proporsional dan penuh pertimbangan.Dengan demikian, cemburu menjadi indikator rasa cinta pasangan kepada pasangannya, disinilah cemburu itu akan nampak indah. Untuk itu suami harus bersikap proporsional dalam masalah ini, dan tidak boleh berburuk sangka, dan mencari-cari kesalahan.

🔴Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah cemburu pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia menceritakan sendiri bahwa pada suatu malam Rasulullah pergi dari sisinya. Ia berkata,“Aku mencemburuinya karena jangan-jangan beliau mendatangi salah satu istrinya. Lalu datanglah beliau dan melihat keadaanku.Rasulullah bersabda, “Apakah engkau cemburu?”Jawabku, “Apakah orang sepertiku tidak pantas untuk cemburu terhadap orang sepertimu?”Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh setanmu telah datang”. (HR Muslim dan Nasa’i)

🔴Aisyah radhiyallâhu ‘anha juga pernah berkata, “Aku tidak melihat yang pandai memasak seperti Shafiyah. Ia memasak makanan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat beliau ada dirumahku.Timbullah rasa cemburuku, aku merebut piring yang berisi makanan tersebut dan membantingnya sampai pecah. Tetapi aku menyesal, lalu berkata, “Ya Rasulullah, apa kifarat bagi perbuatan yang telah aku lakukan?”Nabi shallallâhu alaihi wa sallam menjawab, “Gantilah piring itu dengan piring yang serupa, demikian pula makanannya.”(HR Abu Dawud dan Nasa’i)

🔹9. Mengajak Istri Bermusyawarah

🔴Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka.Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya.Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak kepemimpinan keluarga, berada di tangan laki-laki.

🔴Allah Azza wa Jalla  berfirman: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al Baqarah [2]: 228)

🔴Pendapat dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha pada peristiwa Hudaibiyah, membawa berkah dan keselamatan bagi umat Islam. Ummu Salamah memberi masukan kepada Nabi agar keluar menemui para sahabat tanpa berbicara dengan siapa pun, langsung menyembelih hadyu atau seekor domba dan mencukur rambutnya. Ketika beliau melaksanakan hal itu, para sahabat dengan serta-merta menjalankan perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, padahal sebelumnya mereka tidak mau melaksanakan perintah Rasul, karena mereka merasa pada pihak yang kalah pada peristiwa itu. Mereka melihat bahwa syarat yang diajukan kaum kafir Quraisy tidak menguntungkan kaum muslimin.

🔹10. Bercanda dengan Istri

🔴Bercanda dengan istri akan memupuk rasa kasih sayang terhadap istri dan keluarga, disamping itu juga bercanda akan melepaskan rasa penat ketika selesai bekerja di luar rumah.Dengan bercanda kita akan sangat mudah tersenyum dan ketawa. Namun tidaklah ketawa berlebihan karena hal itu akan membawa mudharat.Canda Rasulullah bersama istri dan keluarganya dilakukan saat sedang melakukan perjalanan dan saat sedang berada di rumahnya.

🔴Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, bahwa pernah ia bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Maka aku mengajak Beliau lomba lari dan aku berhasil mendahului beliau dengan kedua kakiku. Ketika aku menjadi gemuk, aku mengajak Beliau lomba lari lagi. Akhirnya Beliau berhasil mengalahkan aku dan bersabda, “Ini sebagai balasan atas perlombaan yang dulu itu."
(HR Abu Dawud)

🔴Masya Allah... Indahnya suasana rumah teladan kita Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Semoga kita bisa membangun kemesraan dan romantisme di dalam rumah kita, hingga keluarga yang harmonis bukan hanya potret dan mimpi. 


📚Dra. Indra Asih dalam #kuliahkeluargasakinah

Pict by Google/Love

Nama pena @hamasahilmy

September 13, 2017 0 Comments


Hamasah adalah sebuah kata bahasa arab yang artinya “gelora” atau “semangat”.  Sedangkan ‘Ilmy  adalah ilmu. Jadi, maknanya adalah semangat berilmu. Kurang lebih seperti itu. Dibalik sebuah nama ada sebuah harapan. Harapan dari arti nama tersebut. Aku  menamai @hamasahilmy sebab aku ingin terus bersamangat untuk menambah dan meng-upgrade­ ilmuku. Insya Allah.

Pada hakikatnya, menuntut ilmu adalah proses belajar yang tidak akan pernah berakhir sampai tiba waktunya ketika kita sudah meninggal, kewajiban menuntut ilmu itu akan berakhir Tahukah kamu bahwasanya orang-orang yang berilmu itu tergolong orang yang istimewa. Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya di Al-Qur`an :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(QS. Al-Mujaadilah :11)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dalam sebuah hadist shahih, dijelasakan pula orang-orang yang  berilmu akan  dimudahkan jalannya ke Surga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat. Selain itu, ada yang lebih dahsyat lagi, yaitu ketika kita membagikan ilmu itu kepada orang lain, kelak akan menjadi ilmu yang bermanfaat dan akan menjadi  amalan jariyah (amalan yang tidak akan terputus meskipun kita sudah tidak ada didunia ini). Masya Allah.

Hal itulah yang menjadi motivasiku untuk harus semangat mencari ilmu dan ingin menjadi seorang penulis. Banyaklah membaca, menulis dan memperhatikan hal-hal sekitar lingkungan kita. Sebab pada dasarnya, seorang penulis adalah seseorang yang dituntut untuk lebih peka kepada sekitar, mata yang lebih tajam dalam melihat sebuah fenomena, telinga yang lebih banyak mendengar, perenungan hati yang lebih dalam dan pola pikir yang lebih luas.

Well, I think enough to describe  my author name. Teruslah belajar untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik hingga kita bisa menebar kebaikan atau kebermanfaatan untuk sesama, bangsa dan agama.  Semoga istiqomah. Doakan yah.
Serang, 8 September 2017

-Hamasah Ilmy-
Sang Pemburu Ilmu 

#tugasRD #namapena

(pict by medinaquran)

Jumat, 25 Agustus 2017

Pilihan Terbaik untuk Putri Kecilku

Agustus 25, 2017 0 Comments

"Mengapa jalan ini yang Abi dan Ummi pilihkan untukku ?” 

Saat itu menjelang dua bulan kelulusan ditingkat sekolah dasar. Saya mengajak putri kecilku, Pagi namanya, untuk berdiskusi kecil untuk membicarakan mengenai kelanjutan sekolahnya saat sudah lulus nanti. Saya buka diskusi itu dengan menanyakan kabarnya disekolah. Saya sedikit menyinggung juga apa rencana ia seteleh lulus nanti. Setelah mendengarkan cerita ia yang panjang lebar. Sedikit demi sedikit saya membuka topik pembicaraan inti.

Saya coba sampaikan apa yang menjadi rencana saya dan suami mengenai pendidikannya. Kami ingin ia melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Asrama Pesantren. Jarak tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal kami. Sehingga, mungkin satu bulan sekali kami bisa mengunjunginya. Dalam disksusi itu belum sempat ku menjelaskannya, Pagi terus bertanya-tanya.

" Tak adakah jalan lain untukku, Ummi ?“
“ Tak adakah yang lebih indah dari jalan ini, Ummi ?“
“ Mengapa harus jalan ini, Ummi ?”
" Pagi takut, Ummi."
" Pagi pasti akan merasakan kesepian, tidak bisa bermain dengan temen-teman diluar sana dan tidak bisa bersama Abi dan Ummi setiap harinya.", ucap putri kecilku sambil memelukku dan menangis.

Ya Rabbi, tak kuasa saya mendengarnya. Mataku sedikit berkaca-kaca. Memang berat untuk menyampaikan hal ini kepadanya. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah keputusan terbaik saya dan suami. Kami sudah memiliki rencana diawal ia mulai masuk sekolah untuk memasukkannya di Asrama pesantren setelah lulus dari sekolah dasar. Kami sudah memikirkan matang-matang dan menabung untuk memenuhi kebutuhannya nanti.

"Ummi sayang sekali sama Pagi, jadi percayalah terhadap keputusan Abi dan Ummi. Abi dan Ummi yakin, inilah jalan terbaik untuk kamu, Sayang.”

"Kami tidak akan meninggalkanmu, Sayang. Abi dan Ummi akan sering mengunjungimu di Asrama." ucapku mencoba menenangkannya.

" Jangan khawatir yah, Sayang. Di Asrama, Pagi pasti akan merasa senang. Pagi akan memiliki banyak teman yang datang dari luar kota disana. Ibu guru yang baik dan temen-teman yang peduli dengan Pagi."

“ Abi dan Ummi memasukkan kamu ke Asrama karena kami tidak ingin kamu bergaul dengan orang –orang yang salah nantinya diluar sana. Kami ingin kamu menjadi putri kecil Abi dan Ummi yang tumbuh dengan baik, menjadi remaja yang sholehah, mandiri, cerdas dan berempati terhadap orang lain.” ,terusku menjelaskan dan memahamkannya.

“Kamu akan belajar banyak di Asrama, Sayang. Belajar tentang bagaimana kamu menjaga perasaan atau mengontrol emosi, hidup berbagi dengan orang lain, mengatur waktu dari mulai bagun pagi sampai tidur lagi, dan yang paling penting Abi dan Ummi harapkan adalah belajar bagaimana cara kamu untuk mampu berdiri menyelesaikan masalahmu sendiri dan terus berdoa kepada Allah yang menjadi satu-satunya sumber kekuatanmu.”

“Oke Sayang ? Ayo, semangat putri kecil Ummi !", ucapku sambil menularkan semangat kepadanya.

“Baiklah Bunda. Pagi akan mengikuti apa yang Abi dan Ummi inginkan. Pagi akan membuat Abi dan Ummi bahagia. Tapi janji yah, jangan meninggalkan Pagi dan selalu ingat terus dengan Pagi. " ujar Pagi yang akhirnya luluh, sambil menghapus air matanya dan langsung memelukku.

“Alhamdulillah. Insya Allah Ummi janji. Terima kasih, Sayang.” ucap syukurku.

Salah satu yang menjadi amalan jariyah adalah anak yang sholeh/sholehah. Hal inilah yang memotivasi kami untuk mencetak generasi rabbani. Anak yang sholeh/sholehah akan menjadi investasi akhirat kami. Oleh karena itu, dalam mencapainya kami berusaha keras untuk mengarahkan anak kami untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah islam terbaik. Tak sekedar ilmu dunia yang ia kejar, melainkan ilmu dan bekal akhirat pun ia dapatkan.

Berada jauh dari gadis kecil yang baru saja beranjak remaja adalah pilihan yang berat. Sama dengan mereka sebenarnya, ingin selalu membersamai anak-anak disetiap harinya. Bermain, makan, mengaji dan semuanya dilakukan bersama-sama. Tapi inilah sikap yang saya dan suami coba beranikan. Inilah pilihan kamu berdua. Semata-mata berharap agar anak kami bisa menjadi pribadi yang mandiri, cerdas dan sholeh/sholehah.

Tak apalah sejenak kita berpisah untuk sementara dengan orang-orang yang kita sayangi.. Bukankah kehidupan didunia memang hanya sementara saja ? Bukankah akhirat adalah kehidupan yang sebenar-benarnya ? Maka dari itu, berinvestasilah dengan orientasi investasi akhirat, yang memang kita yakini, bahwa disanalah kehidupan kita yang kekal. Semoga kita bisa berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita sayangi yaitu di Surganya Allah swt. InsyaAllah.

Serang, Aug 11, 2017

-Hamasah Ilmy-
Tulisan Rumah Dunia


picture by (google.com/happy family muslim)

Jumat, 18 Agustus 2017

Ayah :))

Agustus 18, 2017 0 Comments
“Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….
Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
🙂

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu…..
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….
Papa telah menyelesaikan tugasnya….
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal.”

#repost

Kangen Ayah T.T
"Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiro"


Rabu, 21 Juni 2017

Qudwah

Juni 21, 2017 0 Comments
Kita dikejutkan berita penganiayaan siswa SD oleh temannya sendiri hingga meninggal. Kita dibuat merinding dengan beredarnya banyak video mesum dan kekerasan sesama siswa yang diunggah di sosial media. Kita bertanya-tanya, ada apa dengan anak-anak kita hari ini? Apa yang membuat mereka menjadi bertingkah demikian mengerikan?
Jangan buru-buru menyalahkan lingkungan jika anak-anak hari ini memiliki pribadi yang mengerikan. Ada baiknya kita berkaca. Apa yang sudah kita lakukan bagi pendidikan mereka?
Apa sesungguhnya yang membedakan pendidikan kita hari ini dengan pendidikan pada masa pendahulu ummat? Bukankah kita memiliki fasilitas yang lebih canggih dan lengkap? Bukankah kita sudah merancang begitu banyak metode pendidikan mutakhir? Tapi, kenapa kita masih belum bisa menghasilkan generasi dengan kualitas yang mendekati kualitas para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in?
Bisa jadi, hari ini, kita terlalu jumawa dengan hasil penelitian pendidikan yang serba mutakhir. Kita telah campakkan metode tarbiyatul aulad Rosul karena menganggapnya tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Kita lupa, bahwa Rosul diutus menyampaikan risalah untuk manusia akhir zaman, dan tidak ada lagi risalah setelahnya. Artinya, ajaran Rosul pasti relevan sampai hari kiamat. Memang, bentuk tantangan tiap generasi berbeda. Tetapi, inti masalahnya sebenarnya sama. Pornografi, misalnya. Pada zaman Rosul dulu, pornografi mungkin hanya dapat diakses di tempat-tempat tertentu. Tapi, hari ini, pornografi dapat diakses di keramaian melalui gadget yang kita pegang. Jika dulu Rosul perintahkan kita menjaga pandangan atau shoum untuk membentengi diri, apakah nasihat itu tidak relevan lagi hari ini?
Ada apa dengan pendidikan kita hari ini? Bukankah kita sudah menemukan berbagai metode manajemen kelas yang atraktif untuk menarik minat belajar anak? Kenapa kita masih sulit melahirkan pribadi-pribadi yang indah seperti generasi terbaik ummat ini?
Jangan-jangan, kita terlampau sibuk mendekorasi pendidikan dengan berbagai metode mutakhir, tapi melupakan satu metode “kuno” yang sederhana tapi terbukti ampuh: qudwah. Ya. Bisa jadi, kita kaya temuan metode pendidikan mutakhir, tapi miskin qudwah atau keteladanan.
Pendidikan telah kita tarik dan persempit hanya sekadar transfer of knowledge yang kita lakukan dalam ruang-ruang kelas yang canggih. Mungkin, ini berhasil menjejalkan informasi dalam kepala anak didik. Tapi, karakter akan sulit ditransfer hanya melalui kata-kata.
Kita terlalu sibuk mengurus metode pembelajaran di kelas, dan melupakan waktu-waktu luang bersama anak didik kita. Kita lupa, bahwa anak didik mengamati kita tidak hanya dalam kelas, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar kelas. Kita lalai, bahwa anak didik juga belajar dengan melihat apa yang kita lakukan. Bisa jadi, obrolan, senda gurau, gerak-gerik, curahan kasih sayang, cara kita menyapa dan mengelus mereka justru lebih berbekas dalam menanamkan karakter daripada ceramah-ceramah yang kita paksakan.
Jika kita cermati hadits-hadits, maka akan kita jumpai bahwa Rosul mendidik para sahabat tidak hanya di atas mimbar. Rosul justru banyak menempa jiwa para sahabat melalui keteladanan yang beliau tunjukkan dalam hidup sehari-hari. Keteladanan yang tulus, yang ikhlas, sehingga gelombangnya menggetarkan dada-dada para sahabat dan menjadi inspirasi yang kuat.
Rosul tidak memerintahkan para sahabat untuk berlemah lembut, kecuali beliau sudah melakukannya terlebih dulu. Rosul sudah bergelar al amin, sebelum beliau mengajarkan kejujuran pada para sahabat. Ketika Rosul menasihati para sahabatnya agar tidak cepat marah, beliau sudah terlebih dahulu menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
Pendidikan melalui metode qudwah ini sebenarnya juga diteliti oleh para ahli psikologi abad ini. Bahkan, mereka merekomendasikannya sebagai salah satu metode belajar bagi anak. Hanya saja, istilah yang mereka gunakan bukan qudwah, tapi modeling (meniru). Ahli psikologi dan pendidikan merasa  berhasil merumuskan metode ini. Padahal, para pendahulu kita sudah melakukannya lebih dari seribu tahun lalu.
Kita mendamba anak didik kita menjadi pribadi-pribadi berkarakter robbani dan unggul. Tapi, kita sendiri tidak bisa menunjukkan secara nyata seperti apa karakter robbani dan unggul itu. Ajaran kita hanya mengambang dalam kata-kata yang kosong. Apalagi, jika ternyata kita sendiri malah mengamalkan sesuatu yang bertentangan dengan yang kita ajarakan.
Maka, jika kita dapati anak-anak didik kita hari ini sulit mematuhi dan mengamalkan apa yang kita ajarkan, jangan buru-buru salahkan mereka. Mari, kita lihat diri kita sendiri. Jangan-jangan, kitalah penyebab kebuntuan proses belajar mereka. Jangan-jangan, kitalah yang membuat mereka tidak percaya pada segala yang kita katakan. Astaghfirulloh wa a’udzubillaahi min dzaalik.
Kita, orang beriman, sepakat bahwa segala sesuatu yang keluar dari pribadi Rosul adalah kebaikan. Baik perkataan, perbuatan, gerak-gerik, bahkan diamnya beliau, semua adalah ilmu. Rosul adalah manusia terbaik, dan guru terbaik. Metode beliau pasti yang paling baik. Sejarah sudah membuktikannya, bahkan Alloh pun memujinya. Jadi, kapan kita akan benar-benar kembali pada metode beliau shollalloohu ‘alaihi was salam…? Semoga Alloh limpahi kita semua dengan kemudahan, kekuatan, dan keistiqomahan meneladani Rosululloh dan menjadi qudwah bagi anak-anak kita hari ini. Aamiin. (teks & foto: Joko)
sumber : http://demuttaqin.or.id/?p=277

DISIPLIN

Juni 21, 2017 0 Comments

Disiplin dengan Bentakan?
Sebagai guru, kita tentu senang melihat murid-murid kita bersikap dan berperilaku tertib. Tertib di dalam kelas, di luar kelas, dan di lingkungan manapun dia berada.
Tentu, rasanya senang sekali  melihat anak-anak tidak saling menyerobot antrian, keluar masuk kelas tanpa berisik, menghabiskan makan siang tanpa membikin ruang makan berantakan.
Kita angankan semua itu terjadi dalam kelas yang kita kelola. Sayang, lagi-lagi, mewujudkan angan-angan seperti itu tak semudah mengatakannya. Selalu ada proses yang harus dilalui. Tak jarang, proses itu sangat menguras kesabaran dan energi.
Beberapa dari kita cenderung tergesa-gesa ingin melihat anak berubah seketika. Mungkin, dorongan ini tidak kita sadari. Tapi, itu akan nampak jelas dari cara kita memperlakukan anak.
Tak ada salahnya kita coba introspeksi: seberapa sering kita membentak dan mengomeli anak dibandingkan berdialog?
Sebagian orang menganggap bentakan adalah strategi pendisiplinan yang efektif. Sebab, dalam banyak kasus, tampaknya, bentakan cukup mujarab membuat anak segera “jera”. Tampaknya begitu. Tetapi, benarkah demikian?
Mungkin kita pernah mendengar orang tua mengeluhkan anaknya yang semakin bandel. Padahal, menurut orang tua itu, dia sudah “mendisiplinkan” dengan ketat. Maksudnya, hampir tiada hari tanpa bentakan.
Apakah membentak itu salah? Daripada memperdebatkan benar salahnya, mari kita jawab pertanyaan ini.
Bisakah Anak Menangkap Pesan?
Ketika kita membentak anak, pernahkah kita menyadari tujuan kita melakukan itu? Saat anak bertingkah tidak sesuai dengan harapan kita, yang menyebabkan kita tidak nyaman, lalu kita membentaknya, apa sebenarnya fokus bentakan kita itu? Pada anaknya? Sikapnya yang kita anggap nakal? Kita bikin dia jera dengan rasa tidak nyaman karena dibentak? Kita melepaskan energi negatif sehingga plong? Yang mana…?
Ketika seorang guru membentak muridnya, kira-kira, apa yang murid itu rasakan terhadap sikap gurunya? Mungkin, murid itu akan merasa: gurunya marah. Itu membuatnya takut; membuatnya tidak nyaman. Kemarahan itu sendiri dapat ditafsirkan murid sebagai wujud sikap tidak sayang.
Meskipun kita bentak anak itu, konon, sebagai wujud kasih sayang kita padanya. Kita bentak dia agar anak tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tapi, dalam situasi hati keruh, ketakutan, dan tidak nyaman, apakah kita yakin anak dapat menangkap pesan “kasih sayang” kita dalam bentakan itu…?
Kita sering lupa, anak-anak memiliki kapasitas perasaan dan berpikirnya sendiri.
Perasaan takut, tertekan, tidak nyaman, cenderung akan memunculkan reaksi negatif. Reaksi negatif ini tidak selalu berupa perilaku agresif. Anak menarik diri dan menjadi murung juga merupakan bentuk reaksi negatif. Apalagi, jika dia menunjukkan sikap membangkang….
Tegas tak Harus Membentak
Seorang guru membentak muridnya seringkali dengan maksud ingin menunjukkan perkataan dan sikap tegas. Padahal, bentakan akan cenderung ditafsirkan sebagai amarah. Sedangkan tegas, tidak selalu berarti harus membentak. Ketegasan erat kaitannya dengan prinsip dan konsistensi.
Misalnya, kita melihat salah seorang murid kita berjoget-joget dengan gerakan yang tidak senonoh. Apa yang kita lakukan? Buru-buru membentaknya, “Jangan berjoget! Itu tidak sopan! Awas kalau kamu ulangi lagi!” Kita mengira, setelah itu, murid akan jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika dipikir-pikir, apa bedanya tindakan kita ini dengan sim salabim…?
Kira-kira, apa pesan yang akan ditangkap anak dari “pendisiplinan” model bentakan seperti itu? Mari kita coba urai satu per satu. Pertama, anak mungkin terkejut, dan mungkin takut oleh aura amarah kita. Mungkin juga dia malu dan runtuh harga dirinya, jika bentakan itu kita lakukan di hadapan teman-temannya. Kedua, anak menangkap pesan: berjoget itu tidak sopan. Tapi, apanya yang membuat joget termasuk perbuatan tidak sopan? Itu tak ada penjelasan. Ketiga, anak menangkap ancaman. Tapi, dia juga tidak tahu pasti apa yang akan menimpa dirinya jika dia mengulangi berjoget lagi. Anak tidak tahu konsekuensi ancaman itu, karena memang tidak kita jelaskan. Mungkin, anak akan menafsirkan sendiri bahwa ancaman “awas” itu berarti dia akan kena bentak jika berjoget lagi.
Sekarang, mari kita coba kita lakukan langkah pendisiplinan yang beda. Kita panggil anak yang berjoget itu. Kita ajak dia bicara empat mata secara serius. Kita tanya apa tujuan dia berjoget. Kita jelaskan bahwa berjoget seperti itu tidak sopan, sambil menunjukkan di mana letak tidak sopannya, dan apa akibat yang mungkin dapat ditimbulkannya. Kita tekankan bahwa berjoget itu dilarang. Kita sampaikan konsekuensi jika dia tetap berjoget. Kemudian, kita konsekuen dan konsisten dengan apa yang kita katakan.
Kita konsekuen dengan peringatan itu. Artinya, jika kita melarang anak berjoget, maka kita pun tidak melanggar larangan itu. Kita juga konsisten dengan konsekuensinya. Misalnya, kita katakan bahwa kalau anak masih berjoget, kita akan suruh dia push up 100 kali. Jika ternyata anak masih berjoget, maka hukuman push up 100 kali harus benar-benar ditegakkan.
Kita tak perlu membentak. Tapi, ekspresi wajah serius, sorot mata tajam, dan kata-kata yang diucapkan dengan penuh tekanan, itu justru akan lebih merasuk dalam jiwa anak. Dan yang lebih penting lagi, anak paham benar kenapa perbuatannya itu dikatakan salah. Dia tahu alasannya, dan paham konsekuensinya.
Kenapa anak-anak cenderung membangkang nasihat kita? Kenapa mereka hanya tertib ketika ada kita dan kucing-kucingan di belakang punggung kita?
Bisa jadi, bentakan-bentakan yang selama ini kita anggap sebagai nasihat dan bentuk pendisiplinan, pesannya tidak pernah benar-benar sampai pada anak. Jangan-jangan, anak hanya menangkap kemarahan kita dan membentuk persepesi bahwa kita ini guru yang galak, yang dipatuhi hanya demi tidak kena marah saja.
Addiinun Nashiihah
Mari kita renungkan kata-kata berikut.  Jika proses mengubah perilaku dari buruk menjadi beradab disebut sebagai pendidikan,  maka ad diin atau agama adalah pendidikan. Apa kata Rosululloh tentang ad diiin?
Addiinun nashiihah, addiinun nashiihah, addiinun nashiihah…. Rosul katakan bahwa agama adalah nasihat. Beliau ulang kalimat itu tiga kali. Ini menunjukkan taukid atau penekanan. Artinya, kalimat ini penting, dan harus kita perhatikan benar-benar.
Bagaimana Rosul menegakkan diinul Islam pada dada-dada sahabatnya? Mestinya, ke sanalah perhatian kita arahkan. Dengan izin Alloh, bukankah Rosul terbukti dapat menginspirasi musyrikin jahiliyah sehingga menjadi insan-insan dengan disiplin, keteraturan, dan semangat juang  yang tiada banding?
Sebaik-baik teladan adalah Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik guru adalah Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik pendidikan adalah cara pendidikan Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik lulusan, adalah lulusan madrasah Muhammad Rosululloh. Jika kita ingin melihat murid-murid kita tertib dan beradab, kenapa tidak berusaha menggali ilmu tarbiyatul aulad ala Muhammad Rosululloh…?
Nasihat ini untuk saya, dan siapa saja, yang merindukan lahirnya generasi Islam yang tertib, beradab, dan unggul. Semoga Alloh limpahi kita semangat untuk terus belajar, menggemburkan hati, dan mengasah nalar…. (teks & foto: Joko)
sumber : http://demuttaqin.or.id/?cat=13