Rabu, 20 Juni 2018

Tidak slalu mudah, tapi semoga slalu indah

Juni 20, 2018 0 Comments

Terkadang,
Hidup memang tak semudah yang kita harapkan.
Ada fase-fase saat hidup terasa begitu berat untuk dijalani. 
Tapi memang seperti itulah hidup, Sayang.

Begitulah aturannya,begitulah sunatullah-Nya.
Yang harus kamu pahami;
mudah atau sulit itu bukan tentang apa yang menimpa kita.
Tapi tentang bagaimana kita menyikapinya.

Toh, kesulitan dan kemudahan itu tidak selalu bergantian. 
Lebih sering beriiringan.

Karena saat kita mendapatkan kesulitan dalam satu hal, 
selalu ada kemudahan yang kita dapatkan dalam hal yang lainnya.

Hanya saja, terkadang kita tak sadar saat kita ditimpa kesulitan untuk satu hal ini,
pikiran kita habis semuanya untuk memikirkan kesulitan tersebut,
tanpa sadar kita sedang menikmati kemudahan dalam hal yang lain.

Oleh karena itu....

Maka Bersyukurlah, Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat. -Imam Asy Syafii-


-Kutipan Buku #GenapNA -

Kamis, 31 Mei 2018

Perempuan Kuat; Fondasi Masyarakat Kuat & Bersahaja

Mei 31, 2018 0 Comments


Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc.
Better than you were, more than you are
Ibu yg baik mengambil peran yg bukan hanya membahagiakan rumah mungilnya juga mengetuk kebaikan-kebaikan di pintu-pintu sekeliling rumahnya.

DR. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, Sp.P
Posisi perempuan dalam Islam sangat dimuliakan, kita bukan sub-ordinat kaum laki-laki. 
(QS. At Taubah : 72)

Dulu, perempuan hanyak harus aktif di rumah. Tapi, saat ini perempuan sudah harus bisa menyadari perannya di masyarakat.
Peran domestik:

1. Individu
Mengenal penciptanya, penguatan karakter Muslimah , meneledani Rasulullah SAW. Berusaha memenuhi karakter pribadi Muslim:
- Fisik yang kuat
- Ibadah yg shahih
- Mandiri
- Bersungguh sungguh
- Mengelola waktu
- Akidah yang benar
- Akhlak mulia
- Pemikiran yang cerdas
- Tertib dalam segala urusan
- Bermanfaat untuk sesama

Perempuan tangguh berkarakter kuat: pribadi shalihah.
Menyadari bahwa Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan.

2. Istri pendamping suami
Perlu kesepakatan bersama untuk mencapai kestabilan keluarga sebelum melangkah untuk kebermanfaatan yang lebih luas. Kompromi perlu dibangun untuk tetap mengutamakan ihtirom kita kepada suami.

3. Ibu (melahirkan & mendidik anak)
Tanggung jawab utama perempuan tetap kepada anaknya. Pahami konsekuensi untuk menghadapi anak di rumah setelah beraktivitas di luar rumah. Juga perlu mendidik anak sesuai zamannya. Shalihah keluarga. Tetap mengerjakan semuanya sebagai ahsanu amala, lakukan amal terbaik.

Road map perempuan shalihah:
Perempuan kuat
Keluarga tangguh
Masyarakat kuat

Perempuan Tangguh:
Manajemen waktu, mananemen konflik, manajemen prioritas, kompetensi tinggi, shalihah.

Peran sosial:
1. Aktif dalam kegiatan sosmas
2. Perluasan peran profesional
3. Pemimpin di masyarakat

Karakter bersahaja:
1. Sederhana > bagian dari bentuk syukur kepada Allah
2. Prioritaskan membayar zakat, sedekah dan menolong

Ramadhan : momentum untuk berbenah diri, raih bonus pahala terbaik.

Riani Rachmawati, S.E., M.A., P.hD.

Women are strong as diamond

KBBI
Kuat : banyak tenaga, tahan
Bersahaja : sederhana, tidak berlebih-lebihan

Kuat dalam perspektif Islam
Orang kuat bukanlah yang kuat dal bergulat, namun orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah (HR. Muttafaq 'alaih)

Mukmin yang kuat
Menjaga kekuatan fisik (QS Al Baqoroh: 247)

Perempuan sebaiknya dapat mengelola emosinya.
Harus matang emosi dan kuat fisiknya.

Women are multi-roles in nature:
1. Don't forget 'high call' > niat
2. Avoid 'or', think and do 'and'
Jangan membentur-benturkan kesempatan. Lakukan semua hal yang dapat memperbesar impact.
3. Out from comfort zone
Jangan mempersempit kesempatan kita berbuat baik hanya untuk me-time atau istirahat. Kita mau hidup nyaman tapi juga masyarakat baik, ini hal yang tidak mungkin. Jangan takut punya musuh, jika memang ada yang tidak menyukai kerja baik kita.
4. Know yourself

Karena kewajiban, peran domestik dan peran publik harusnya berjalan beriringan. Jangan jadikan konflik, jadikan keduanya penyemangat. Selesaikan dan bereskan semuanya.

Balance isn't about 50:50.
It's about how we manage it.

You're diamond dear, they can't break us.

Questions:
1. Bagaimana mentranslasi masalah yang ditemukan di pekerjaan menjadi message bagi keluarga?

2. Generasi saat ini cerdas luar biasa, tapi daya survive-nya rendah. Bagaimana kita mendidik mereka?
Bagaimana batasan 'balance' antara peran domestik dan publik kita?

Answers:
1. Lakukan pendekatan sesuai dengan karakter anak. Ngobrol dengan anak. Perlakukan anak sebagaimana Ia ingin diperlakukan. Cara mentranslasinya dengan meluangkan waktu khusus untuk ngobrol dengan anak. Biarkan anak mengeksplor hal-hal di sekelilingnya, perkenalkan pada hal baik juga buruk. That's life.

2. - Berusalahah memahami cara mereka berpikir. Sabar mendidik anak. Titipkan anak kita kepada Allah setelah kita didik sebaik yang kita bisa. Semoga dengan berkah dari aktivitas kebaikan kita di luar rumah, Allah jaga anak kita. Selain itu, jaga lingkungan terdekat anak-anak. Beri teladan.

- Tidak perlu mengikuti semua kegiatan di lingkungan rumah, ikuti semampunya, tapi tetap bangun hubungan baik dan pendekatan-pendekatan pada lingkungan. Libatkan juga suami dalam kehidupan bermasyarakat. Kompromi dengan suami supaya memberi citra Muslim terbaik bagi lingkungan.

Have an optimal Ramadhan! ✨✨

#shareNotulensiKajian

Selasa, 06 Februari 2018

Tazkiyatunnafs

Februari 06, 2018 0 Comments

Ada panduan di Alqur'an sebenarnya untuk "berdamai dengan masa lalu"yg disebut tazkiyatunnafs sebagai berikut :

Tazkiyatunnafs adalah bahasa alQuran untuk mentherapy secara alamiah dan fitriyah apa apa yang menyebabkan kita berperilaku buruk. Tiada cara yang baik dan mengakar kecuali memperbaiki jiwa sebelum memperbaiki fikiran dan amal.

Belum pernah ada surat di dalam alQuran dimana Allah bersumpah begitu banyak, sampai 11 kali, kecuali untuk pensucian jiwa "sungguh beruntung mereka yang mensucikan jiwanya" (surat asSyams).

Warisan pengasuhan masa lalu dalam dunia psikolog sering disebut Inner Child, kadang sehebat apapun ilmu parenting atau psikologi yang kita pahami, tetap saja di tataran praktis yang kita pakai adalah apa yang pernah kita alami ketika kecil. Misalnya, kita tahu membentak dan menjewer itu buruk, namun ketika kekesalan memuncak maka hilang semua pemahaman, yang ada lagi lagi membentak dan menjewer.

Ada terapinya untuk ini, namun sebaiknya kita menggunakan jalur alamiah dan syar'i yaitu Tazkiyatunnafs, atau pensucian jiwa. Ini perlu waktu, perlu momen, perlu keberanian utk keluar dari zona nyaman dan instan.

AlQuran juga mengingatkan bahwa sebelum ta'lim maka penting untuk tazkiyah lebih dulu. Dalam prakteknya paralel saja, karena begitu kita berniat sungguh2 mendidk anak sesuai fitrahnya maka sesungguhnya kita sedang tanpa sadar mengembalikan fitrah kita atau sedang tazkiyatunnafs

Dalam buku tarbiyah Ruhiyah, pensucian jiwa itu bisa dilakukan dengan 5 M
1. Mu'ahadah 
-mengingat ingat kembali perjanjian kita kepada Allah. Baik syahadah, maksud penciptaan, misi pernikahan, doa doa ketika ingin dikaruniai anak, menyadari potensi2 fitrah dstnya.

2. Muroqobah 
- mendekat kepada Allah agar diberikan qoulan sadida, yaitu ucapan dan tutur yang indah berkesan mendalam, idea dan gagasan yang bernas dalam mendidik, sikap dan tindakan yang pantas diteladani. Allahlah pada hakekatnya Murobby anak anak kita, karena Allahlah yang memahami fitrah anak anak kita. Maka kedekatan dengan Allah adalah agar hikmah hikmah mendidik langsung diberikan Allah untuk anak anak kita melalui diri kita.

3. Muhasabah 
- mengevaluasi terus menerus agar semakin sempurna dan sejalan dengan fitrah dan kitabullah, bukan obsesi nafsu dan orientasi materialisme

4. Mu'aqobah 
- menghukum diri jika tidak konsisten dengan hukuman yang membuat semakin bersemangat dan semakin konsisten untuk tidak melalaikan amanah

5. Mujahadah 
- sungguh sungguh menempuh jalan sukses (fitrah) dengan konsisten, membuat perencanaan dan ukuran-ukurannya.


(Hasil Diskusi dengan Ustadz Harry Santosa dan Ustdz Aad seputar "tazkiyatunnafs)
Oleh Ibu Septi Peni W (Pendiri Institut Ibu Profesional)