Senin, 20 Januari 2014

Kerja Otak Kita


By the way, ada yg tahu bagaimana kerja otak kita ?
Mungkin sering baca juga ungkapan yg sering ditulis dari einstein. 
"Kesuksesan aeseorang berasal dari 2% kecerdasan, sisanya keuletan."

Ternyata ini berhubungan erat dengan bagaimana cara otak bekerja.
Sebetulnya otak bekerja atau berfikir tidak eksak, namun menggunaka probabilitas atau kemungkinan. 
Kita tahu akar 9 adalah 3. Ini langsung keluar jawabannya karena kita sudah hafal bahwa akar 9 adalah 3.
Kalo dikasih soal, berapa akar 18.15? 
Otak pertama kali akan mencari nilai terdekat dengan angka itu. Yg muncul adalah 4 karena 4 kuadrat adalah 16. Tapi nilai ini terlalu kecil, otak mikir lagi. Berarti 5. Nilai ini ternyata terlalu besar. Lalu dicoba lah dengan kemungkinan bahwa akar dari 18.15 adalah antara 4 dan 5. Begitu terus berulang2 dan ditambah sedikit demi sedikit sampai ketemu angka 4.26.

Contoh lain. Klo kita belajar naik sepeda, awalnya kita miring ke kanan atau ke kiri. Lalu otak mengontrol sedikit demi sedikit agar terjadi keseimbangan. Lama-lama kita akan bisa mengendarai sepeda dengan baik.
Pemain sepakbola juga melakukan hal yg sama utk menggolkan bolanya. Semua menggunakan prinsip probabilitas.


Probabilitas ini tidak eksak..tubuh perlu latihan sedikit demi sedikit sampai akhirnya tubuh menghafal secara otomatis. Klo sudah otomatis, otak seolah tidak dipergunakan, padahal tetap saja otak yang melakukan namun sdh terekam secara otomatis. Itulah sebabnya kenapa Einsten mengatakan hal di atas.

Apa yg kita lakukan di ODOJ (One Day One Juz) ini sebetulnya sama. Semua menggunakan probabilitas, bagaimana segala kemungkinan itu dilakukan agar kita bisa selalu konsisten. Memang ada yg mengatakan, khawatir riya..bangga diri dll.

But menurut saya..hal semacam itu akan hilang dengan sendirinya..ketika sesuatu itu sudah rutin kita lakukan sehingga saat kita lakukan kita sudah tidak memikirkannya lagi.
Karena...
"Orang ikhlas itu adalah saat dia melakukan sesuatu seolah-olah dia tidak memiikirkan lagi atas apa yg dia perbuat." Ini hanya bisa dilakukan melalui latihan2 yang terus menerus.


Kita berinfak, saat masih menghitung-hitung apa yang sudah kita keluarkan, bisa jadi ini menunjukkan ketidakikhlasan. Gambaran ikhlas yg paling riil adalah saat kita *maaf* BAB. Apakah kita masih memikirkannya...?
Nah..ini semua bisa dilatih menjadi sebuah kebiasaan yg pada saat kita melakukannya, semua itu menjadi ringan saja.
Saya pernah cerita juga -di sini klo gak salah- bagaimana teman2 saya orang mesir di Jepang menginfakkan uang yg ada di dompetnya secara spontan saat terjadi periatiwa ambon tahun 1999. Bisa dikatakan sebagian besar dana yg dikirimkan dari sana berasal dari mereka yg sekolah di jepang. Saya benar2 belajar dari mereka bagaimana ikhlas itu dilakukan. Santai saja mereka membuka dompet dan mengeluarkan seluruh isi dompetnya. Ini karena sudah jadi kebiasaan buat mereka..tentang berinfak.

Habit lah yg membuat kita melepaskan diri dari soal apakah ikhlas atau tidak yg kita lakukan Dalam bahasa sederhana yg lain, ikhlas itu adalah seperti akar yg masuk ke dalam tanah mencari makanan. Darinya akan tumbuh batang, dahan, daun dan buah yang disukai banyak orang. Namun akar tidak peduli dengan semua itu. Dia tetap terus masuk ke dalam mencari makanan walaupun orang2 melupakan keberadaannya.
(Edi Sukur, 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar