Rabu, 21 Juni 2017

Qudwah

Juni 21, 2017 0 Comments
Kita dikejutkan berita penganiayaan siswa SD oleh temannya sendiri hingga meninggal. Kita dibuat merinding dengan beredarnya banyak video mesum dan kekerasan sesama siswa yang diunggah di sosial media. Kita bertanya-tanya, ada apa dengan anak-anak kita hari ini? Apa yang membuat mereka menjadi bertingkah demikian mengerikan?
Jangan buru-buru menyalahkan lingkungan jika anak-anak hari ini memiliki pribadi yang mengerikan. Ada baiknya kita berkaca. Apa yang sudah kita lakukan bagi pendidikan mereka?
Apa sesungguhnya yang membedakan pendidikan kita hari ini dengan pendidikan pada masa pendahulu ummat? Bukankah kita memiliki fasilitas yang lebih canggih dan lengkap? Bukankah kita sudah merancang begitu banyak metode pendidikan mutakhir? Tapi, kenapa kita masih belum bisa menghasilkan generasi dengan kualitas yang mendekati kualitas para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in?
Bisa jadi, hari ini, kita terlalu jumawa dengan hasil penelitian pendidikan yang serba mutakhir. Kita telah campakkan metode tarbiyatul aulad Rosul karena menganggapnya tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Kita lupa, bahwa Rosul diutus menyampaikan risalah untuk manusia akhir zaman, dan tidak ada lagi risalah setelahnya. Artinya, ajaran Rosul pasti relevan sampai hari kiamat. Memang, bentuk tantangan tiap generasi berbeda. Tetapi, inti masalahnya sebenarnya sama. Pornografi, misalnya. Pada zaman Rosul dulu, pornografi mungkin hanya dapat diakses di tempat-tempat tertentu. Tapi, hari ini, pornografi dapat diakses di keramaian melalui gadget yang kita pegang. Jika dulu Rosul perintahkan kita menjaga pandangan atau shoum untuk membentengi diri, apakah nasihat itu tidak relevan lagi hari ini?
Ada apa dengan pendidikan kita hari ini? Bukankah kita sudah menemukan berbagai metode manajemen kelas yang atraktif untuk menarik minat belajar anak? Kenapa kita masih sulit melahirkan pribadi-pribadi yang indah seperti generasi terbaik ummat ini?
Jangan-jangan, kita terlampau sibuk mendekorasi pendidikan dengan berbagai metode mutakhir, tapi melupakan satu metode “kuno” yang sederhana tapi terbukti ampuh: qudwah. Ya. Bisa jadi, kita kaya temuan metode pendidikan mutakhir, tapi miskin qudwah atau keteladanan.
Pendidikan telah kita tarik dan persempit hanya sekadar transfer of knowledge yang kita lakukan dalam ruang-ruang kelas yang canggih. Mungkin, ini berhasil menjejalkan informasi dalam kepala anak didik. Tapi, karakter akan sulit ditransfer hanya melalui kata-kata.
Kita terlalu sibuk mengurus metode pembelajaran di kelas, dan melupakan waktu-waktu luang bersama anak didik kita. Kita lupa, bahwa anak didik mengamati kita tidak hanya dalam kelas, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar kelas. Kita lalai, bahwa anak didik juga belajar dengan melihat apa yang kita lakukan. Bisa jadi, obrolan, senda gurau, gerak-gerik, curahan kasih sayang, cara kita menyapa dan mengelus mereka justru lebih berbekas dalam menanamkan karakter daripada ceramah-ceramah yang kita paksakan.
Jika kita cermati hadits-hadits, maka akan kita jumpai bahwa Rosul mendidik para sahabat tidak hanya di atas mimbar. Rosul justru banyak menempa jiwa para sahabat melalui keteladanan yang beliau tunjukkan dalam hidup sehari-hari. Keteladanan yang tulus, yang ikhlas, sehingga gelombangnya menggetarkan dada-dada para sahabat dan menjadi inspirasi yang kuat.
Rosul tidak memerintahkan para sahabat untuk berlemah lembut, kecuali beliau sudah melakukannya terlebih dulu. Rosul sudah bergelar al amin, sebelum beliau mengajarkan kejujuran pada para sahabat. Ketika Rosul menasihati para sahabatnya agar tidak cepat marah, beliau sudah terlebih dahulu menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
Pendidikan melalui metode qudwah ini sebenarnya juga diteliti oleh para ahli psikologi abad ini. Bahkan, mereka merekomendasikannya sebagai salah satu metode belajar bagi anak. Hanya saja, istilah yang mereka gunakan bukan qudwah, tapi modeling (meniru). Ahli psikologi dan pendidikan merasa  berhasil merumuskan metode ini. Padahal, para pendahulu kita sudah melakukannya lebih dari seribu tahun lalu.
Kita mendamba anak didik kita menjadi pribadi-pribadi berkarakter robbani dan unggul. Tapi, kita sendiri tidak bisa menunjukkan secara nyata seperti apa karakter robbani dan unggul itu. Ajaran kita hanya mengambang dalam kata-kata yang kosong. Apalagi, jika ternyata kita sendiri malah mengamalkan sesuatu yang bertentangan dengan yang kita ajarakan.
Maka, jika kita dapati anak-anak didik kita hari ini sulit mematuhi dan mengamalkan apa yang kita ajarkan, jangan buru-buru salahkan mereka. Mari, kita lihat diri kita sendiri. Jangan-jangan, kitalah penyebab kebuntuan proses belajar mereka. Jangan-jangan, kitalah yang membuat mereka tidak percaya pada segala yang kita katakan. Astaghfirulloh wa a’udzubillaahi min dzaalik.
Kita, orang beriman, sepakat bahwa segala sesuatu yang keluar dari pribadi Rosul adalah kebaikan. Baik perkataan, perbuatan, gerak-gerik, bahkan diamnya beliau, semua adalah ilmu. Rosul adalah manusia terbaik, dan guru terbaik. Metode beliau pasti yang paling baik. Sejarah sudah membuktikannya, bahkan Alloh pun memujinya. Jadi, kapan kita akan benar-benar kembali pada metode beliau shollalloohu ‘alaihi was salam…? Semoga Alloh limpahi kita semua dengan kemudahan, kekuatan, dan keistiqomahan meneladani Rosululloh dan menjadi qudwah bagi anak-anak kita hari ini. Aamiin. (teks & foto: Joko)
sumber : http://demuttaqin.or.id/?p=277

DISIPLIN

Juni 21, 2017 0 Comments

Disiplin dengan Bentakan?
Sebagai guru, kita tentu senang melihat murid-murid kita bersikap dan berperilaku tertib. Tertib di dalam kelas, di luar kelas, dan di lingkungan manapun dia berada.
Tentu, rasanya senang sekali  melihat anak-anak tidak saling menyerobot antrian, keluar masuk kelas tanpa berisik, menghabiskan makan siang tanpa membikin ruang makan berantakan.
Kita angankan semua itu terjadi dalam kelas yang kita kelola. Sayang, lagi-lagi, mewujudkan angan-angan seperti itu tak semudah mengatakannya. Selalu ada proses yang harus dilalui. Tak jarang, proses itu sangat menguras kesabaran dan energi.
Beberapa dari kita cenderung tergesa-gesa ingin melihat anak berubah seketika. Mungkin, dorongan ini tidak kita sadari. Tapi, itu akan nampak jelas dari cara kita memperlakukan anak.
Tak ada salahnya kita coba introspeksi: seberapa sering kita membentak dan mengomeli anak dibandingkan berdialog?
Sebagian orang menganggap bentakan adalah strategi pendisiplinan yang efektif. Sebab, dalam banyak kasus, tampaknya, bentakan cukup mujarab membuat anak segera “jera”. Tampaknya begitu. Tetapi, benarkah demikian?
Mungkin kita pernah mendengar orang tua mengeluhkan anaknya yang semakin bandel. Padahal, menurut orang tua itu, dia sudah “mendisiplinkan” dengan ketat. Maksudnya, hampir tiada hari tanpa bentakan.
Apakah membentak itu salah? Daripada memperdebatkan benar salahnya, mari kita jawab pertanyaan ini.
Bisakah Anak Menangkap Pesan?
Ketika kita membentak anak, pernahkah kita menyadari tujuan kita melakukan itu? Saat anak bertingkah tidak sesuai dengan harapan kita, yang menyebabkan kita tidak nyaman, lalu kita membentaknya, apa sebenarnya fokus bentakan kita itu? Pada anaknya? Sikapnya yang kita anggap nakal? Kita bikin dia jera dengan rasa tidak nyaman karena dibentak? Kita melepaskan energi negatif sehingga plong? Yang mana…?
Ketika seorang guru membentak muridnya, kira-kira, apa yang murid itu rasakan terhadap sikap gurunya? Mungkin, murid itu akan merasa: gurunya marah. Itu membuatnya takut; membuatnya tidak nyaman. Kemarahan itu sendiri dapat ditafsirkan murid sebagai wujud sikap tidak sayang.
Meskipun kita bentak anak itu, konon, sebagai wujud kasih sayang kita padanya. Kita bentak dia agar anak tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tapi, dalam situasi hati keruh, ketakutan, dan tidak nyaman, apakah kita yakin anak dapat menangkap pesan “kasih sayang” kita dalam bentakan itu…?
Kita sering lupa, anak-anak memiliki kapasitas perasaan dan berpikirnya sendiri.
Perasaan takut, tertekan, tidak nyaman, cenderung akan memunculkan reaksi negatif. Reaksi negatif ini tidak selalu berupa perilaku agresif. Anak menarik diri dan menjadi murung juga merupakan bentuk reaksi negatif. Apalagi, jika dia menunjukkan sikap membangkang….
Tegas tak Harus Membentak
Seorang guru membentak muridnya seringkali dengan maksud ingin menunjukkan perkataan dan sikap tegas. Padahal, bentakan akan cenderung ditafsirkan sebagai amarah. Sedangkan tegas, tidak selalu berarti harus membentak. Ketegasan erat kaitannya dengan prinsip dan konsistensi.
Misalnya, kita melihat salah seorang murid kita berjoget-joget dengan gerakan yang tidak senonoh. Apa yang kita lakukan? Buru-buru membentaknya, “Jangan berjoget! Itu tidak sopan! Awas kalau kamu ulangi lagi!” Kita mengira, setelah itu, murid akan jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika dipikir-pikir, apa bedanya tindakan kita ini dengan sim salabim…?
Kira-kira, apa pesan yang akan ditangkap anak dari “pendisiplinan” model bentakan seperti itu? Mari kita coba urai satu per satu. Pertama, anak mungkin terkejut, dan mungkin takut oleh aura amarah kita. Mungkin juga dia malu dan runtuh harga dirinya, jika bentakan itu kita lakukan di hadapan teman-temannya. Kedua, anak menangkap pesan: berjoget itu tidak sopan. Tapi, apanya yang membuat joget termasuk perbuatan tidak sopan? Itu tak ada penjelasan. Ketiga, anak menangkap ancaman. Tapi, dia juga tidak tahu pasti apa yang akan menimpa dirinya jika dia mengulangi berjoget lagi. Anak tidak tahu konsekuensi ancaman itu, karena memang tidak kita jelaskan. Mungkin, anak akan menafsirkan sendiri bahwa ancaman “awas” itu berarti dia akan kena bentak jika berjoget lagi.
Sekarang, mari kita coba kita lakukan langkah pendisiplinan yang beda. Kita panggil anak yang berjoget itu. Kita ajak dia bicara empat mata secara serius. Kita tanya apa tujuan dia berjoget. Kita jelaskan bahwa berjoget seperti itu tidak sopan, sambil menunjukkan di mana letak tidak sopannya, dan apa akibat yang mungkin dapat ditimbulkannya. Kita tekankan bahwa berjoget itu dilarang. Kita sampaikan konsekuensi jika dia tetap berjoget. Kemudian, kita konsekuen dan konsisten dengan apa yang kita katakan.
Kita konsekuen dengan peringatan itu. Artinya, jika kita melarang anak berjoget, maka kita pun tidak melanggar larangan itu. Kita juga konsisten dengan konsekuensinya. Misalnya, kita katakan bahwa kalau anak masih berjoget, kita akan suruh dia push up 100 kali. Jika ternyata anak masih berjoget, maka hukuman push up 100 kali harus benar-benar ditegakkan.
Kita tak perlu membentak. Tapi, ekspresi wajah serius, sorot mata tajam, dan kata-kata yang diucapkan dengan penuh tekanan, itu justru akan lebih merasuk dalam jiwa anak. Dan yang lebih penting lagi, anak paham benar kenapa perbuatannya itu dikatakan salah. Dia tahu alasannya, dan paham konsekuensinya.
Kenapa anak-anak cenderung membangkang nasihat kita? Kenapa mereka hanya tertib ketika ada kita dan kucing-kucingan di belakang punggung kita?
Bisa jadi, bentakan-bentakan yang selama ini kita anggap sebagai nasihat dan bentuk pendisiplinan, pesannya tidak pernah benar-benar sampai pada anak. Jangan-jangan, anak hanya menangkap kemarahan kita dan membentuk persepesi bahwa kita ini guru yang galak, yang dipatuhi hanya demi tidak kena marah saja.
Addiinun Nashiihah
Mari kita renungkan kata-kata berikut.  Jika proses mengubah perilaku dari buruk menjadi beradab disebut sebagai pendidikan,  maka ad diin atau agama adalah pendidikan. Apa kata Rosululloh tentang ad diiin?
Addiinun nashiihah, addiinun nashiihah, addiinun nashiihah…. Rosul katakan bahwa agama adalah nasihat. Beliau ulang kalimat itu tiga kali. Ini menunjukkan taukid atau penekanan. Artinya, kalimat ini penting, dan harus kita perhatikan benar-benar.
Bagaimana Rosul menegakkan diinul Islam pada dada-dada sahabatnya? Mestinya, ke sanalah perhatian kita arahkan. Dengan izin Alloh, bukankah Rosul terbukti dapat menginspirasi musyrikin jahiliyah sehingga menjadi insan-insan dengan disiplin, keteraturan, dan semangat juang  yang tiada banding?
Sebaik-baik teladan adalah Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik guru adalah Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik pendidikan adalah cara pendidikan Muhammad Rosululloh. Sebaik-baik lulusan, adalah lulusan madrasah Muhammad Rosululloh. Jika kita ingin melihat murid-murid kita tertib dan beradab, kenapa tidak berusaha menggali ilmu tarbiyatul aulad ala Muhammad Rosululloh…?
Nasihat ini untuk saya, dan siapa saja, yang merindukan lahirnya generasi Islam yang tertib, beradab, dan unggul. Semoga Alloh limpahi kita semangat untuk terus belajar, menggemburkan hati, dan mengasah nalar…. (teks & foto: Joko)
sumber : http://demuttaqin.or.id/?cat=13

Membajak Hati Anak

Juni 21, 2017 0 Comments

Belajar dari Dunia Pertanian
Dalam dunia pertanian, sebelum kita mulai bercocok tanam, biasanya kita bajak tanah terlebih dulu. Sebelum mulai membajak tanah, lahan yang kering itu kita aliri air terlebih dahulu. Kita airi sampai menggenang, lalu didiamkan beberapa saat hingga tanah menjadi lunak. Setelah itu, baru dibajak.
Hati anak pun demikian. Kita ingin hati anak kita gembur. Kita ingin hati anak kita mudah menyerap nasihat. Kita ingin hati anak kita lembut. Tapi, kadang, keinginan itu tak diiringi dengan ikhtiar yang tepat. Kita sering lupa menyirami dan mengairi hati anak kita.
“Ah, siapa bilang? Saya selalu memberinya nasihat setiap saat, kok….” 
“Saya bahkan mendatangkan ustadz untuk mengajari mengaji dan memberinya tausiyah setiap hari.”
“Sejak kecil, saya masukkan anak ke pesantren. Apa lagi yang kurang…?”
Ya. Mungkin, kita merasa telah cukup berikhtiar. Kita telah luangkan waktu untuk menasihati anak. Bahkan, bukan hanya sesekali. Mungkin, setiap hari. Lebih dari tiga kali sehari….
Tapi, kita perlu tahu, bahwa nasihat itu benih, bukan air. Sebelum benih ditanam, media tanamnya harus disiapkan. Misalnya, kita tanamkan nasihat agar anak senantiasa jujur. Ratusan kali kita sebar benih itu pada anak kita. Setelah sekian lama, kita kecewa melihat hasilnya. Ratusan nasihat kita seperti mati di tanah gersang; tak ada bekasnya.
“Ah, memang dasarnya dia bandel. Susah diberi nasihat!”
Selesai.
Apakah kita termasuk orang tua atas guru yang cenderung tergesa-gesa menarik kesimpulan dan  melabeli anak? Kapan kita, entah orang tua atau guru, melakukan introspeksi: jangan-jangan, ada yang salah dengan cara saya mendidik anak…?
Sekali lagi, nasihat itu benih. Sebelum benih kita tebar, kita perlu gemburkan gulu lahannya. Sebelum nasihat kita berikan, mestinya kita sirami dulu hati anak dengan kasih sayang. Kenapa kasih sayang…?
Kasih Sayang Melembutkan Hati
Mari kita perhatikan hadits riwayat Muslim dari sahabat Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘anhu berikut. Aqro’ bin Harits pernah melihat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam sedang mencium Hasan. Dia (Aqro’ bin Harits) lalu berkata: Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak namun aku tidak pernah mencium satupun dari mereka. Kemudian Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi “.
Apa yang akan kita lakukan jika ibu kita yang sudah tua meminta kita menuntutnya ke kamar mandi? Apakah kita akan mengabaikannya? Rasanya, kita akan buru-buru menyambut permintaan beliau dan menggandengnya dengan lemah lembut menuju kamar mandi. Kenapa? Sebab beliau ibu kita. Orang yang telah mengandung kita, bersabar terhadap segala rengekan kita, yang paling sedih ketika melihat kita susah, yang ciumannya membuat kita merasa dicintai, yang dekapannya membuat batin kita merasa tentram…. Karena sekadar menuntun ibu ke kamar mandi jelas tak sebanding dengan limpahan kasih sayang ibu pada kita.
Pada suatu hari, salah satu guru pesantren kami bercerita. Dia pernah merasa capek melihat santri yang, menurutnya, sulit diatur. Guru tersebut lalu mengumpulkan para santri dan mulai bicara. Dia tidak memberi nasihat apapun. Guru itu mengawali pembicaraan dengan meminta maaf. Dia minta maaf karena tidak dapat mendidik sebaik orang tua santri mendidik mereka. Dia minta maaf karena tidak dapat melimpahkan kasih sayang, seperti orang tua santri menyayangi mereka. Dia minta maaf atas sikapnya yang mungkin dirasa terlalu keras, dan menjelaskan bahwa semua itu dilakukan atas dorongan rasa sayangnya agar para santri bisa bersikap lebih baik. Guru itu terus meminta maaf sambil menyebut kekurangannya sebagai guru, dan menyampaikan harapan-harapannya terhadap para santri.
Suasana hening. Para santri tertunduk. Satu per satu mereka menangis. Ketika guru itu diam, giliran santrinya satu per satu minta maaf. Mereka minta maaf karena membuat gurunya susah. Bahkan, ada satu santri yang menangis sampai sesenggukan. Dia tetap duduk di halaqoh ketika teman-temannya sudah bubar. Santri itu menyampaikan pengakuan kepada sang guru atas kenakalan yang dia lakukan. Dia mengaku telah menyembunyikan peci temannya yang sempat membuat heboh….
Guru itu berhasil melelehkan kerasnya hati anak-anak. Dan yang seperti ini tidak mungkin akan terjadi tanpa ketulusan. Anak-anak sesungguhnya masih dekat dengan fitrah. Dosa mereka belum diperhitungkan dalam timbangan. Mereka jernih laksana cermin. Anak-anak memang belum sepenuhnya mampu menakar nasihat dengan nalar. Tapi, mereka cukup peka terhadap bahasa-bahasa yang menggetarkan hati.
Jika mereka tampak keruh, bisa jadi kitalah yang membuatnya keruh. Ketika mereka cenderung berbohong, jangan-jangan, kitalah yang membuat mereka takut untuk jujur. Jika nasihat kita pada mereka seperti tak berbekas, jangan-jangan kitalah yang membuat hati mereka menjadi keras. Kita yang belum sungguh-sungguh mengomunikasikan kasih sayang dengan gamblang, sehingga anak-anak tak dapat menangkapnya. Ketika anak-anak tak memiliki rasa sayang pada kita, bagaimana mereka akan menggagas dan mematuhi apa yang kita minta?
Persoalan hati juga erat kaitannya dengan hidayah dari Alloh. Mendoakan agar anak-anak dilimpahi hidayah oleh Alloh juga merupakan bentuk limpahan kasih sayang kita pada mereka. Bukankah ikhtiar terbaik seorang muslim selain bekerja adalah berdoa?
Sebelum menebar benih di hati anak, mari terlebih dulu kita airi dan membajaknya dengan kasih sayang hingga gembur. Kita pupuk dengan doa-doa yang tulus. Setelah itu, baru kita boleh berharap benih-benih nasihat yang kita sebarkan dapat  tumbuh menjadi batang yang mengakar kokoh di hati anak-anak kita. Wallohu a’lam.
sumber : http://demuttaqin.or.id/?cat=13

Jumat, 10 Maret 2017

Caraku menemukanmu

Maret 10, 2017 0 Comments



"....kutuliskan kenangan tentang, caraku menemukan dirimu.
tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu."
(sepenggal lirik lagu 'Surat Cinta tuk Starla')

Aku tak tahu....
Aku adalah wanita ke berapa yang menjadi list dibuku catatanmu untuk menjadi calon istrimu.
Sebab, aku menyadari betapa banyaknya kekurangan yang aku miliki.

Aku tak tahu...
Apakah aku dipilih dari beberapa wanita yang diajukan murobbimu atau engkau mengajukan namaku kepada murrobimu. Sebab, aku tahu butuh proses yang panjang sebelum pada akhirnya kamu memilihku.

Aku tak tahu...
Bagaimana caranya kamu menjelaskan tentangku kepada keluargamu. Sehingga keluargamu yakin bahwa aku adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupmu.

Tapi, ya sudah tidak udah mempermasalahkan hal itu, apapun itu bagiku itu tak menjadi penting.

Yang terpenting adalah kita meyakini bahwa aku dan kamu adalah Dia yang telah menuliskannya di Lauhful Mahfuz jauh sebelum kita terlahir di dunia.

Kamu adalah salah satu takdir yang telah Allah gariskan untukku. Sampai peristiwa mitsaqan ghaliza (perjanjian yang amat kukuh ) itu terucap saat Akad Nikah di 18 Desember 2016 lalu. Segala puji bagi-Mu ya Allah ;))

Gerimis sore kala itu adalah kali pertamaku melihatmu (September 2012). Kamu yang mengenakan kemeja merah marun lengan panjang dan celana bahan hitam. Yang cukup mengalihkan perhatianku tuk tertuju padamu. (Astaghfirulloh) Rasanya aku ingin berkenalan denganmu. Tapi ku pikir untuk apa dan ya sudahlah, it's imppossible, right !!

But, you know what ? Allah have plan surprise to me. Allah mengenalkan kamu lewat organisasi itu. Dimana posismu sebagai pemimpin dan aku menjadi yang dipimpin. Dari situ....setelah beberapa bulan di organisasi ini, aku baru tahu tentangmu. Tentang bagaimana caramu berbicara, menyelesaikan masalah, sikapmu kepada yang bukan mahrammu dan bagaimana caramu yang pada akhirnya memutuskan untuk mundur dari posisi pimpinan itu.

Aku yang saat itu baru duduk di semester 3 sedangkan dirimu yang baru saja lulus kuliah dan sudah bekerja. Aku tahu betapa besarnya tanggungjawabmu kepada keluargamu. Apalagi kamu anak laki-laki. Setelah lulus kuliah pasti dirimu dituntut untuk bekerja oleh keluargamu.

Ya begitulah kisah perkenalan itu terjadi. Hanya hitungan bulan saja. Setelahnya....ya kita pun putus kontak. Aku sibuk dengan kuliahku. Kamu pun sibuk dengan pekerjaanmu.

Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun.
Aku tak tahu tepatnya dibulan apa. Tahun 2015 akhir atau 2016 awal. Yang pasti saat itu statusku telah lulus kuliah dan bekerja di Bogor. Aku pun tak tahu tiba-tiba timeline bbm mu muncul di bbmku. Karena sudah lama tak tahu kabarmu. Aku memulai menyapa dan ingin tahu kabar tentangmu. Saat itu aku menyapamu hanya sekedar ingin menyambung silaturahim saja, tidak lebih. Dan setelah itu, ya sudah begitu saja...berjalan seperti biasanya. Aku sibuk bekerja. Kamu pun sibuk bekerja.

Dan terakhir di tahun 2016, Aku ingat kau menyapaku kembali saat idul fitri. Kau kirimkan ucapan selamat idul fitri via Whatsapp. Ya, meskipun aku baru bisa balas setelah beberapa hari ke depan. Sebab aku tidak dapat signal dikampung halamanku. #mudik

Selang satu bulan, tiba-tiba murabbiku meminta cv kepadaku dan memberikan info bahwa ada yang ingin ta'aruf (berkenalan) denganku. Masya Allah....saat murobbiku menyebut namamu ingin ta’aruf denganku, betapa kagetnya aku dan tak pernah mengira sebelumnya. Aku pun bertanya-tanya.

Mengapa kamu memilih aku ? 
Mengapa kamu memutuskan aku tuk menjadi pendamping hidupmu ? 
Apa yang membuat keluargamu yakin hingga akhirnya tertuju kepadaku ?

21 Agustus 2016, proses itu dimulai. Kita saling bertukar CV dan aku pun mulai Istisyarah kepada orang-orang terdekatmu. Kemudian, aku mengabarkan keluargaku dirumah. Menceritakan bagaimana kamu dan keluargamu. Yang pasti saat aku jelaskan, aku sudah bisa menjawab pertanyaan ayah tentang syarat 'lampu hijaunya' aku tuk menikah. Saat pas aku pulang bulan April lalu, yang kala itu pernah aku tanyakan. 

Setelah cerita panjang lebar dan di introgasi sana sini. 
Dan pada akhirnya dipenutup ayah bilang,

"Semua tergantung dengan mba. Mba yang memutuskan. Ayah Ibu...mengikuti.”

Tak lama dari situ, aku memutuskan untuk melanjutkan proses ini. Kita bertemu dengan ditemani murobbi/ah masing -masing. Lalu, bertemu dengan keluargamu. Kemudian, setelah itu aku memohon kepada Allah.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).


Setelah itu, yang pasti dari situlah aku mulai istisyarah terus menerus dan istikharah yang panjang, dan hingga akhirnya Allah memilihkan dirimu untuk menjadi imamku.

Seseorang yang ayah titipkan putri kecilnya dan percayakan kepadanya.

Sesorang yang akan menggantikan tugas ayah untuk menjagaku, menyayangiku, bahkan dialah yang akan menjadi jembatan aku menuju surga-Nya.

Seseorang yang kelak akan aku panggil suami, yang akan melanjutkan peran ayah untuk memenuhi segala keinginanku.

Sesorang yang akan bertanggung jawab terhadap kehidupan putrinya ke depannya.

Seseorang yang keluarganya merasa yakin kalau kamu bisa membahagiakannya.

Seseorang yang teman-temannya percaya kalau ia mampu menguatkan dan memberikan perhatian special kepadanya.

Seseorang. Ya hanya seseorang. Seseorang yang telah berani meminta putri kecilnya kepada keluarganya. Seseorang itu kamu. Kamu yang bernama Akhyarudin ;))

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”  (HR. Ath Thabarani) 

Terimakasih untuk semuanya...
Semoga aku dan kamu bisa bersama-sama sampai surga-Nya. Aamiin


Perjalanan dari Bogor menuju Serang
Jum'at, 10 Maret 2017
20:24 WIB

Istrimu ©sefiindria

Rabu, 28 Desember 2016

About 'How'

Desember 28, 2016 0 Comments
Tulisan ke-2 dari perjalanan aku berada ditempat ini...(my office @jpho)

26 Oktober 2016 lalu,
adalah One Years nya aku bekerja disini. Aku yang dulu mengazamkan kepada diri untuk bisa tetap bertahan setidaknya dalam jangka 1 tahun. Aku yang ingin mematahkan 'asumsi' bahwa berada di divisi ini, yang secara langsung berada dibawah Owner/Dirut tidak hanya satu,dua atau tiga bulan saja. Tapi bisa lebih dari itu. Penasaran. Hal apa sih yang membuat divisi ini menjadi julukan 'kursi panas'.

Hm...
dan ternyata, setelah 1 tahun menjalani, memahami, menelisik seputar 'dunia' didivisi ini.
Hoooooo. It's amazing guys !! :D #dilarangBaper

Banyak 'mantra' ajaib yang spontanitas keluar seketika sedang menghadapi masa-masa yang kurang berkenan dihati hehe...

"Ketika angin dan badai ini begitu kencang. Ingatkan dan dekap aku dengan tujuan ku diawal."
#cielah gaya yah | tapi memang bener sih, terkadang merasa 'goyang' dan ingin menyerah T.T

"Ketika memang hati ini sedang terusik dengan beberapa perkataan yang tidak pas dihati. Ingatkan aku untuk memohon agar tetap bisa mengkondisikannya kepada Sang Pencipta-Nya."

ibarat seperti rumus Tekanan :
P = F/A

Ketika dihadapi suatu masalah, jika berdasarkan rumus ini yaitu kita hanya perlu memperlebar 'luas area' dari hati kita (A), maka tekanan yg kita rasakan dapat berkurang.

Ya, seperti itulah aku. Semata hanya ingin bertahan dan menguatkan diri. Namun, yang terpenting dari semuanya adalah aku dikaruniakan rekan-rekan kerja yang bisa menyemangati dan menyayangi aku :) #terimakasihyah

Sedikit bercerita...

adalah hari selasa yang menjadi jadwal rutin aku untuk sedikit lebih 'lama' berada dikantor. Ditemani dengan 'wali kelas' tentunya. Juga teman mesh yang terkadang masih setia menunggui aku bekerja. Bersyukur bisa tinggal di mesh, yang tempatnya percis berada disebelah kantor. Alhamdulillah.

adalah kita yang gayanya 'pengen pulang tang Go' eh ternyata gagal, karena kepala sekolah belum pulang. Hal ini nih, seringnya dari 9-10 yang direncanakan itu gagal :D #sabaryahygseringdiPhp-in sama aku.

adalah setiap hari rabu, hari yg special, meeting mingguan bersama owner, huu....berasa deg-dega-an kayak mau ujian sidang dan berasa cepet dalam 1 minggu. Eh udah hari rabu lagi aja. Sebenernya bukan menjadi waktu yang ditunggu-tunggu, tapi sangat diharapkan sih. #NahLoh. Haha...*ini mah curhat. Sudahlah. Pm aja lah yah kalau mau tau detail mah :D

adalah suatu kebahagiaan ketika apa-apa yang sudah kita persiapkan dan kerjakan. Semuanya berjalan lancar dan akhirnya di tandatangan. Huuu...MasyaAllah...leganya. Plong. Ya, meskipun dalam proses mencapai itu butuh hati yang mesti 'diperluas' dalam mendengarkan setiap perkataan beliau. He

adalah mungkin hanya disini, kampus JP yang kita bisa 'live' menyaksikan tayangan FTV. He

adalah kita, diruangan logistik yang padam lampunya selalu terakhir. Ya, isinya kalau ga kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, ketua kelas dan TU :D #ibaratsemuanih | 
tapi sebenernya kalau kata buku 'One Minute Manager' ~ 
"Jangan bekerja keras, tapi bekerjalah dengan cerdas."
jadi semestinya ga mesti lembur atau bergadang. Hm... tapi gimana yah. Memang lagi banyak kerjaan aja seringnya..:D

adalah ruangan logistik, yang isi orangnya fluktuatif. Kadang sepinya banget. Cuma isi 1 atau 2 orang. Kadang sekalinya rame, rame banget juga. Hm...ya beginilah seleksi alam. Ya bagiku, tak hanya pintar tapi juga mental yg memang harus kuat. (Ceritanya ke pake nih ilmu 'bu lurah'nya saat ikut paskibra dulu. Mesti memilki mental yg kuat.)

Ya sudahlah yah...
Mungkin inilah yang dinamakan Dinamika Kehidupan di dunia pekerjaan. 

Bagi aku.
Tak menjadi persoalan penting apa-apa yang sudah terjadi atau memang harus terjadi. Cukup menjadi kenangan dan cerita tersendiri. Tapi yang menjadi penting adalah tentang pembelajaran apa yang kita dapatkan dari setiap part - part dinamika kehidupa di dunia pekerjaan saat ini. 

Mungkin sebagian orang fokus kepada masalah yang terjadi. Merasa bingung dan terusik terhadap itu. Berfikir pesimis, merasa tidak mampu. Malas untuk mencari jalan keluar atau membiarkan masalah yang terjadi dapat selesai dengan sendirinya.

Hey, get up guys !!!
Hal yang tidak mungkin terjadi, jika kita hanya berdiam diri, masalah dapat selesai begitu saja.

Nah, disinilah aku menemukan jawabannya. About 'How'. Dan disinilah Allah mendidik aku lewat perantara 'kepala sekolah' tentang pembelajaran 'Bagaimana'.

Ya.
Semua tergantung 'Bagaimana'.
Bagaimana seseorang itu bersikap terhadap apa yang terjadi.

Saat aku SD pernah terlintas, bagaimana ya rasanya kalau hidup tanpa masalah ? Mungkinkah ? Bahagia kah ?
Hm...it's impossible, right ?
Lagi pula. Kalau hidup tanpa masalah, kemungkinan hidup kita akan monoton2 saja dan kapasitas diri pun mungkin tidak terupgrade. Hambar. Tidak ada tantangan. :D (padahal mah kalau udah nemu masalah pasti riweuh...hehe maklum perempuan)

Kembali lagi tentang 'Bagaimana'.
Sebenernya kembali ke diri masing-masing orang sih...
Bisa jadi tergantung dari :
1. Luasnya pengetahuan dia
2. Panjangnya akal/cara berpikir dia
3. Rasa semangat/gigihnya dia dalam menyelesaikan masalah, dan
4. Ikhtiar yang dilakukan.

Intinya ya....seberapa besar rasa kemauan ia dalam menyelesaikan suatu masalah. Ingin berikhtiar maksimal dulu ataukah langsung menyerah begitu saja. Semua masalah yg kita hadapi, jangan dipendam sendiri. Share ke temen yg kita anggap 'mampu', minta masukan kepadanya. Terlebih yang paling penting, mohon kepada-Nya agar senantiasa dimudahkan apa-apa yang menjadi urusan kita.

Jiwa-jiwa seperti itu yang mestinya memang, tertanam dijiwa kita. Ya, agar ke depan kita bisa menghadapi, melewati dan mengambil pelajaran dari setiap permasalahan yang muncul di setiap episode kehidupan.

Semoga...
Semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang Merasa siap. Tangguh. juga Semangat. 
Aamiin.

"Jika kau sedang dihadapi masalah yang menurutmu besar. Katakan pada masalahmu, bahwa dirimu memiliki Tuhan Yang Mahaa Besar." Yakinlah. Semua pasti bisa terselesaikan.

Semangat Berjuang !!

Perjalanan menuju Bogor....

Karawang, 29 Desember 2016
©sefiindria

Minggu, 18 September 2016

Jangan Lewatkan Malammu

September 18, 2016 0 Comments
"Sesungguhnya di malam hari ada suatu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, itu berlangsung setiap malam. "(HR. Muslim) 

“Dan pada sebagian malam, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S Al-Isra : 79)

“Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang shaleh sebelum kalian, bentuk taqarrub, penghapus dosa dan penghalang berbuat salah.” (HR. Tirmidzi)

“Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. 

Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Self Reminder :
Sudah berapa malam yang kamu lewati tanpa tahajud di dalamnya, padahal ia adalah waktu terbaik Allah menurunkan cintaNya untukmu, mencari dirimu diantara orang-orang yang mengaku mencintaiNya dan merinduiNya. Adakah engkau menyambutNya?
 
Sudah berapa malam yang kamu lewati tanpa tahajud di dalamnya, padahal ia adalah waktu terbaik bagimu untuk menangis dan memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan dan kemunafikanmu, atas tindakanmu yang seringkali mengecewakanNya. Adakah engkau merenunginya?

Sudah berapa malam yang kamu lewati tanpa tahajud di dalamnya, padahal ia adalah saat terbaik bagimu untuk mengungkapkan keluh kesah dan gundahmu kepadaNya, saat terbaik bagimu untuk memohon solusi atas permasalahan yang sedang kamu hadapi. Adakah engkau mempergunakannya?

Sudah berapa malam yang kamu lewati tanpa tahajud di dalamnya, padahal ia adalah saat terbaik bagimu untuk mengikat kuat ayat-ayatNya yang telah terjaga di hatimu, melantunkannya dengan indah dengan sebaik-baik bacaan di hadapan Allah. Adakah engkau melakukannya?

Sebuah nasihat teruntuk diriku dan orang-orang yang ingin dicinta-Nya.
Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa kita dan memudahkan apa-apa yang kini menjadi urusan kita semua. Aamiin

#yukBangunMalam


Sabtu, 10 September 2016

Arti Cinta

September 10, 2016 0 Comments

Bismillah....

ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﺐ ؟ 
هُوَ عَلِيٌّ حِيْنَ يَنَامُ بَدَلاً مِنَ الرَّسُوْلِ ﷺ فِي فِرَاشِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ الْقَوْمَ اجْتَمَعُوْا لِقَتْلِ الرَّسُوْلِ ﷺ وَأَنَّهُ قَدْ يَمُوْتُ عَلَى نَفْسِ الْفِرَاشِ !!

Apa itu cinta?
Cinta adalah Ali, ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di kasur Nabi, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja tewas di kasur yang sama!!

اَلْحُبُّ ..
ﻫُﻮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺣِﻴْﻦَ يَعْتَزِلُ ﺍلْأَﺫَﺍنَ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺣِﻴْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺫَﻥَ ﺑِطَلَبٍ مِنْ ﻋُﻤَﺮَ عِنْدَ فَتْحِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺑُﻜَﺎﺀً ﻣِﻨْﻪُ عِنْدَمَا قَالَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ.
Cinta..
Adalah Bilal, ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah”

ﺍﻟْﺤُﺐُّ ..
ﺣَﺮْﻓِﻴّﺎً ﻭَﻓِﻌْﻠِﻴّﺎً، ﻳَﺘَﺠَﺴّﺪُ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ( ﻻَﺗُﺆْﺫُﻭْﻧِﻲ ﻓِﻲ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ).
Cinta 
Secara teori dan prakteknya mendarah daging dalam sabda Rasul Saw: 
“Janganlah kalian menyakitiku terhadap A’isyah”

ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻛُﻨَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻬِﺠْﺮَﺓِ، ﻓُﺠِﺌْﺖُ ﺑِﻤَﺬْﻗَﺔِ ﻟَﺒَﻦٍ ﻓَﻨَﺎﻭَﻟْﺘُﻬَﺎ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻪُ : ﺍِﺷْﺮَﺏْ ﻳَﺎﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻓَﺸَﺮِﺏَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﺭْﺗَﻮَﻳْﺖ.ُ

Cinta 
Adalah Abu Bakar yang mengatakan: “saat kami berhijrah, aku heran dengan munculnya susu yang tercampur air, lalu aku berikan susu tersebut kepada Rasulullah, dan aku katakan: “Minumlah wahai Rasulullah”
Abu Bakar mengatakan: “Maka Rasulullah pun minum sehingga hilanglah dahagaku”

ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮُ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﺈِﺷَﺎﻋَﺔِ ﻣَﻘْﺘَﻞِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﷺ ﻓَﻴَﺨْﺮُﺝُ ﻳَﺠُﺮُّ ﺳَﻴْﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻃُﺮُﻕِ ﻣَﻜَّﺔَ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺴَﺔِ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻟِﻴَﻜُﻮْﻥَ ﺳَﻴْﻔُﻪُ ﺃَﻭَّﻝَ ﺳَﻴْﻒٍ ﺳُﻞَّ ﻓِﻲ ﺍلْإِﺳْﻼَﻡِ .

Cinta
Adalah Zubair yang mendengar kabar terbunuhnya Rasulullah, lalu dia pun keluar dengan menyeret pedangnya di jalan-jalan kota Makkah, padahal usianya baru 15 tahun, hingga pedangnya menjadi pedang pertama yang terhunus dalam sejarah Islam

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺭَﺑِﻴْﻌَﺔُ ﺑْﻦُ كَعْبٍ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻣَﺎﺣَﺎﺟَﺘُﻚَ ؟ ،
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣُﺮَﺍﻓَﻘَﺘَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ .

Cinta
Adalah Rabi’ah bin Ka’b saat Rasulullah Saw bertanya kepadanya “apa yang kamu butuhkan?” Rabi’ah pun menjawab: “aku meminta agar aku bisa mendampingimu di surga”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓُ ﺑَﻨِﻲ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭٍ ، ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻭَﺃَﺑُﻮْﻫَﺎ ﻭَﺃَﺧُﻮْﻫَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺃُﺣُﺪٍ ﻓَﻴَسْتَشْهِدُوْنَ جَمِيْعاً فِي سَبِيْلِ اللهِ ﻭَﻳُﻨْﻌَﻮْﻥَ ﻟَﻬَﺎ، ﻓَﺘَﺮَﻯ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻓَﺘَﻘُﻮْﻝُ : ﻛُﻞُّ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٍ ﺑَﻌْﺪَﻙَ ﺟَﻠَﻞٌ .

Cinta
Adalah seorang wanita dari keturunan Bani Dinar. Saat suami, ayah, saudara laki-lakinya pergi ke medan Uhud lalu mereka semua mati syahid di jalan Allah, berita kematian mereka pun sampai kepadanya. Lalu wanita itu memandang Rasulullah kemudian mengatakan: “musibah apapun selainmu adalah kecil”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥُ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝُ ﷺ : ﻣَﺎ ﻏَﻴَّﺮَ ﻟَﻮْﻧُﻚَ ؟
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﻣَﺎﺑِﻲ ﻣَﺮَﺽٌ ﻭَﻻَﻭَﺟَﻊٌ ﺇِﻻَّ ﺃﻧِّﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﺃﺭَﻙَ ﺍِﺳْﺘَﻮْﺣَﺸْﺖُ ﻭَﺣْشَةً ﺷَﺪِﻳْﺪَﺓً ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻟْﻘَﺎﻙَ.

Cinta..
Adalah Tsauban ketika Rasulullah Saw bertanya kepadanya: “apa yang membuat warna (wajahmu) berubah?” lalu Tsauban menjawab: “aku tidak sakit dan terluka, hanya saja jika aku tidak melihatmu aku menjadi sangat merindu kesepian sampai aku bertemu denganmu”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻋِﻨْﺪَﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺍﻟﺼِّﺪِّﻳْﻖُ ﻟِﻠﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ﻗَﺒْﻞَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﺍﻟْﻐَﺎﺭِ: ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻَﺗَﺪْﺧُﻠْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺩْﺧُﻞَ ﻗَﺒْﻠَﻚَ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻴْﻪِ شَيْءٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻲْ ﺩُﻭْﻧَﻚَ .

Cinta..
Adalah ketika Abu Bakar AS-Shiddiq berkata kepada Rasulullah Saw sebelum memasuki gua (Tsur): “Demi Allah, janganlah engkau masuk sampai aku masuk terlebih dahulu, jika ada sesuatu di dalam gua ini maka akulah yang terkena bukan engkau”

ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
ﻫُﻮَ ﺃَﺑُﻮْﺑَﻜْﺮٍ ﻳَﺒْﻜِﻲ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝَ ﷺ ﻟَﻤَّﺎ ﺑَﺪَﺕْ ﻃَﻼَﺋِﻊُ ﺭَﺣِﻴْﻠِﻪِ ، ﻓَﻴُﻮَﺍﺳِﻴﻪِ ﷺ : ﻻَﺗَﺒْﻚِ ، ﻟَﻮْﻛُﻨْﺖُ ﻣُﺘَّﺨِﺬًﺍ مِنَ الْبَشَرِﺧَﻠِيْلاً ﻻَﺗَّﺨَﺬْﺕُ ﺃَﺑَﺎﺑَﻜْﺮٍ ﺧَﻠِﻴْﻼً.

Cinta..
Adalah Abu Bakar yang menangisi RAsulullah Saw ketika tampak tanda-tanda telah dekat kewafatannya, lalu Rasulullah menenangkannya: “Janganlah kamu menangis! Jika saja aku boleh menjadikan seseorang kekasih dari golongan manusia, aku pasti menjadikan Abu Bakar kekasihku”

ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﷺ :
" ﻣِﻦْ ﺃَﺷَﺪِّ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟِﻲ ﺣُﺒًّﺎ ﻧَﺎﺱٌ ﻳَﻜُﻮْﻧُﻮْﻥَ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ﻳَﻮَﺩُّ ﺃَﺣَﺪُﻫُْﻢْ ﻟَﻮْ ﺭَﺁﻧِﻲْ ﺑِﺄَﻫْﻠِﻪِ ﻭَ ﻣَﺎﻟِﻪِ ".

Rasulullah Saw bersabda: “di antara kecintaan yang begitu besar dari umatku adalah mereka yang hidup setelahku, diantara mereka ada yang begitu ingin melihatku meskipun dengan mengorbankan keluarga dan hartanya”

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا وَشَفِيْعِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَارِ الْأَبْرَارِ وَصَحْبِهِ الْأَحِبَّةِ الْأَخْيَارِ وَعَنَّا مَعَهُمْ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah berilah Shalawat dan salam dan keberkahan untuk baginda kami, Nabi kami, kekasih kami, pelipur lara kami, pemberi kami syafaat di hari kiamat; Muhammad beserta keluarganya yang suci dan baik, dan para sahabatnya para kekasih pilihan, begitupun kami termasuk dari mereka dan seluruh orang mukmin dengan Rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang.
😭😭😭😭😭😭😭

Jumat, 12 Agustus 2016

Rezikimu Tahu Dimana Dirimu

Agustus 12, 2016 0 Comments

Mungkin kau tak tahu dimana rizkimu.
Tapi rizkimu tahu dimana dirimu ....
Dari lautan biru, bumi dan gunung.  Allah memerintahkannya menujumu.
Allah menjamin rizkimu, sejak 4 bulan 10 hari kau dalam kandungan ibumu.

Amatlah keliru bila rizki dimaknai dari hasil bekerja .....!
Karena bekerja adalah ibadah sedang rizki itu urusanNya.

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya adalah kekeliruan berganda..

Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji.
Yang mungkin esok akan ditinggal mati.
Mereka lupa bahwa hakekat rizki bukan apa yang tertulis dalam angka.
Tapi apa yang telah dinikmatinya.

Rizki tak selalu terletak pada pekerjaan kita.
Allah menaruh sekehendak-Nya.

Diulang bolak balik 7x Shafa dan Marwa, tapi Zamzam justru muncul dari kaki bayinya..
Ikhtiyar itu perbuatan.
Rizki itu kejutan.
Dan jangan lupa..
Tiap hakekat rizki akan ditanya..
"Darimana dan untuk apa ?"

Karena rizki adalah "hak pakai"
Halalnya dihisab..
Haramnya diadzab..

Maka, jangan kau iri pada rizki orang lain...
Bila kau iri pada rizkinya, kau juga harus iri pada takdir matinya.
Karena Allah membagi rizki, jodoh dan usia ummat-Nya..
Tanpa bisa tertukar satu dan lainnya..

Jadi bertawakkal lah, ridho dengan ketentuan Allah, sehingga apapun itu engkau akan merasa cukup dan penuh kenikmatan

-Salim A. Fillah-

Kamis, 11 Agustus 2016

Siapakah Kau, Wanita Sempurna?

Agustus 11, 2016 0 Comments
Untuk wanita-wanita yang mencukupkan Allah saja sebagai pemback-up dirinya

🌹Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang yang sudah cukup matang,mapan, Kurang apa coba?

🌹betul!! Saya sombong! Ketika melihat para lajang,  kemudian ..saat diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membanding2kan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya. Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim.

🌹Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah.

🌹Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti. Ini terjemah ayat tersebut:

🌴66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

🌴66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

🌴66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

💥SEBUAH KONTRADIKSI💥
Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh, dan Istri Luth adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun dan Maryam, adalah symbol perempuan beriman.

🌹Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu? Isteri Nuh dan Isteri Luth adalah contoh wanita yang berada dalam pengawasan lelaki2 shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami2 kita! Tak ada apa-apanya, bukan?).
Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

🌹Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan Isteri Fir'aun(Asiyah binti Muzahim) dan Maryam Hebatnya, Isteri Fir'aun adalah istri dari seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbukumul a’la.”

🌹Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

❤WANITA SEMPURNA❤
🌹Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: ”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

🌹Empat Wanita itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua wanita yang disebut sebagai wanita sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah Binti Muzahim istri Firaun dan Maryam binti Imran.

🌹Sesungguhnya keutamaan Asiyah Binti Muzahim dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

🌹Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan wanita sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Binti Muzahim Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu? Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

🌹Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan SUAMI

🌹Khadijah, ia wanita hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallam, seorang lelaki hebat dan nyaris sempurna.
Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh luar biasa keimanannya

🌹Sedangkan Asiyah Binti Muzahim??? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya????, karena justru yang menyiksanya adalah orang terdekatnya yaitu suaminya sendiri Raja Fir'aun

🌹Siksaan2 yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan suami yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

🌹Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina??? Pantas jika Rasul menyebut mereka: Wanita Wanita sempurna…

🌹JADI....... YANG MENGANTAR KE SYURGA, Adalah AMALAN2 Kita, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

🌹Namun.... jemari akan teracung pada para wanita yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa istiqomah, beramal dan cemerlang dalam cahaya iman yang kuat,kokoh,teguh.
Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

🌹Sebaliknya, alangkah hinanya para wanita yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin punya ini itu yang bagus, cari duit yang banyak ga pentinglah cara ngedapetinnya…”

🌹Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun ditakdirkan bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetap melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang shalih dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba kesayangan Allah Ta’ala!

Wallahu a’lam bish-shawwab.

(repost by :A)fifah Afra

Senin, 08 Agustus 2016

Dear Allah, May I ...?

Agustus 08, 2016 0 Comments

"Dear Allah...
May I .......?" 

Sebuah untaian doa yang ku panjatkan, ketika perjalanan pulang mudik menuju rumah.
Hal yang sering aku lakukan ketika pulang mudik dari rumah nenek. Berdoa dan mengazamkan hal apa yang aku ingin capai untuk beberapa tahun ke depan. 

Dengan ritme 4 tahun sekali, aku dan keluarga mudik ke rumah nenek dari ibu, yang berada di Lampung Barat, hampir perbatasan dengan Palembang, di Danau Ranau tepatnya. 

Masih ingat betul. Saat itu aku kelas 4 SD. Mudik masih menggunakan bus umum. Tanpa AC dan padat sekali. Aku yang dulu masih 'muat' duduk disamping ayah dan ibu. Aku yang selalu ingin dipangku ibu agar berdekatan dengan kaca. Dengan alasan ingin kena angin dan kalau aku mabuk darat tak merepotkan ibu. Ah, itulah pikiranku saat kelas 4 SD. Padahal, justru dari situ aku masuk angin dan mabuk darat. Hm...ternyata malah membuat lebih repot yah. 

Tetiba, di perjalanan pulang menuju rumah. Aku berkata,
"Ayah, Ibu....aku ingin saat pergi mudik 4 tahun yang akan datang, aku sudah masuk SMP negeri dan bisa berprestasi disana."
"Aamiin." sahut ayah dan ibu

Itulah sebuah permintaan kecilku dikala 4 SD. Sederhana. Padat dan jelas.
Dan kamu tahu apa yang terjadi 4 tahun kemudian ?

Singkat cerita.

Alhamdulillah aku diterima di SMP Negeri dan bisa berprestasi disana. Mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan. Menjadi siswa yang sering 'terpanggil' kalau ada pembagian hadiah. He. Menjadi siswa yang aktif dan berpengaruh di organisasi. Bahkan menjadi salah satu calon ketua osis disekolah. Huu...

Maka nikmat Tuhan-Mu manakah yang kamu dustakan ?

4 tahun kemudian. SMP kelas 1.
Mudik masih menggunakan bus umum. Dan masih dalam kondisi yang sama. Tapi, aku yang dulu masih kelas 4 SD dengan sekarang, sudah bertumbuh 'besar' dan makin pandai. Hehe. Tak lupa untuk membawa plastik kecil hitam, prepare kalau aku tiba-tiba mabuk darat. Wah, sebuah perjuangan yang keren kalau selama 8-9 jam diperjalanan tidak mabuk darat. Ditambah jalan yang berkelok-kelok dan naik turun bukit. Meskipun sudah ditahan, tetap saja mabuk darat terjadi hehe. 

"Ayah...Ibu...aku ingin saat mudik 4 tahun yang akan datang, aku sudah masuk SMA  Negeri dan bisa berprestasi disana."
"Aamiin." sambut ayah dan ibu. 

Singkat cerita.

Masya Allah. Aku bisa lolos tes masuk SMA Negeri dan Alhamdulillah masih bisa berprestasi disana.
"Harus bisa untuk terus mempertahankan gelar 'juara' itu." azamku kuat. 

Seiring berjalannya waktu. Hal yang kuharapkan tercapai. Di SMA, aku bisa menjadi perwakilan sekolah untuk lawatan budaya ke Bandung. Saat itu adalah kali pertamaku menyeberang pulau Jawa. Wah, betapa bahagianya aku kala itu. Pergi ke pulau Jawa tanpa keluar biaya sedikitpun. Setelah itu, aku juga diberi kesempatan ikut study tour ke Jogja dan Bali. Di SMA, aku juga dilatih bagaimana belajar me-manajemen orang. Belajar menjadi seorang pemimpin. Belajar berinteraksi dengan banyak orang.  Belajar disiplin dan masih banyak lagi. Di SMA, aku mendapat gelar 'bu lurah' dalam organisasi paskibra. Dan sampai sekarang gelar itu masih melekat ketika kami kumpul. Hm...sedih, bahagia dan mempesona kalau diceritain mah. He.
Kembali lagi.

Maka, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan ?

4 tahun selanjutnya. Kelas 1 SMA.
Alhamdulillah ayah dan ibu punya rezeki untuk beli mobil. Alhamdulillah sudah tidak 'empet-empetan' lagi duduknya. 

"Sebab, sejatinya hidup adalah perubahan. Berputar. Kadang diatas, kadang dibawah. Tinggal dari kitanya saja, bagaimana bisa memahami dan bertindak dalam setiap kondisi yang ada. Ia yang sungguh-sungguh, akan menuai hasil panen dari kerja kerasnya. Ia yang hanya berdiam diri saja akan stagnan atau semakin terpuruk."

"Ayah...Ibu...aku ingin merantau, kuliah di Jawa. Ingin punya banyak teman. Bisa hidup mandiri. Menjadi orang yang 'berpengaruh' dan tetap berprestasi disana."

'Hm...jauh banget. Di Lampung aja kuliahnya."
"Kalau ayah dan ibu kangen gimana ?'
"Kalau kamu sakit, siapa yang mau ngurus ? Ayah ibu kan jauh."
sederet pertanyaan yang membuatku terdiam.

Singkat cerita. 

Dengan bermodalkan sedikit prestasi yang terkumpul. Alhamdulillah, Allah mengizinkan aku untuk menuntut ilmu di pulau seberang, di Institut Pertanian Bogor lewat jalur tanpa tes atau dikenal dengan jalur SNMPTN Undangan. (Jadi teringat tugas monolog pelajaran bahasa indonesia saat SMA, aku menuliskan judul 'mimpiku' - berkisah kalau aku ingin kuliah di Jawa)

Segala Puji bagi-Mu, ya Rabbku.
Ketika memasuki fase tingkat satu diperkuliahan. 4 tahun ke depan...
"Ya Rabb, mudahkanlah urusanku untuk menunaikan amanah orang tuaku - lulus sarjana. Dan izinkanlah aku, setelahnya agar bisa berpenghasilan. Setidaknya bisa memberikan sedikit rezeki yang Engkau kirimkan lewatku untuk ke dua orang tuaku dirumah. Mudahkanlah ikhtiarku dalam menjemput rezeki-Mu."

Maka nikmat Tuhanmu, manakah yang kamu dustakan ?

Di Hari Raya Idul Fitri, 1437 Hijriah /2016 masehi. Aku pergi mudik kembali bersama keluarga, ke rumah nenek. Tentunya dengan suasana yang agak berbeda. Dimana, kakek atau ayah dari Ibu sudah tiada. Banyak adik-adik sepupu yang lucu-lucu dan imut-imut berkumpul. Ramai sekali. (Teringat saat 15 tahun yang lalu, dimana aku berada di posisi adik-adik sepupu yang senang berlari kesana kemari, kini aku......sudah beranjak dewasa hehe)

Aku yang, Alhamdulillah sudah berpenghasilan. Tak lagi mengharap untuk menerima pemberian THR, melainkan sudah semestinya memberi THR kepada saudara-saudara. Membeli makan-makanan persiapan Idul Fitri. Ha, bahagianya, ketika sudah bisa memberi meskipun tak seberapa. Tapi inilah hasil kerja usahaku sendiri. Semoga berkah. Doakan, semoga kita senantiasa dilapangkan rezekinya. Aamiin. 

Jum'at, 12 Juli 2016.
Waktu yang singkat bisa berlibur dan berlebaran ke rumah nenek. Berangkat senin pulang jum'at. 4 hari

Ah, tak apalah.
Bukankah kita tahu, jika waktu yang diberikan Allah itu amat singkat, maka kita akan menggunakan sebaik-baiknya (Quality Time) ?

Kembali ke 'kebiasaan' aku saat pulang mudik menuju rumah.
Mau tau doa apa dan azam ku kepada Allah di 4 tahun mendatang ? (Semoga Allah masih memberikanku umur yang panjang)

Bismillahirrohmanirrohim
Dear Allah, May I ?
2016....(yang tinggal menghitung bulan)
2017....
2018....
2019....
2020....
(rahasia) hehe

Doakan.
Semoga bisa tercapai.
Semoga Allah kuatkan aku dalam menjalankan segala prosesnya.
Semoga Allah berikan aku umur yang panjang.
Dan yang paling penting,
Doakan. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Istiqomah dan tetap tangguh dalam menjalankan fase kehidupan ke depan ;))

Jum'at, 12 Agustus 2016
00:12 WIB
©sefiindria - yang tidak boleh lelah dalam mencari ridho-Nya
#bersyukurlah #bersabarlah