Sabtu, 23 Januari 2016

Working Mom & Ibu Rumah Tangga

 #1
Yuhuu, tema baby tercurhat pekan ini masih klasik sih, belum ngedangdut. Kyaa kayak musik aja. Uehehe. Tema apakah itu? Iyups, tentang working mom. Etapinya nyantai aja, aku mau coba ngeliatnya dari sisi lain gitu sih, bukan sisi yang sensitipnya.Tsaah.

Jadi pernah ya, aku dicurhatin salah seorang working mom tentang betapa 'feeling guilty' pake bangetnya beliau karena tiap hari harus ninggalin anaknya ke kantor. Setiap hari baby-nya sama ncuss alias babysitternya. Tenang, ceritanya nggak akan sehorror anaknya dibawa ncuss-nya buat ngemis atau anaknya dipukulin gitu kok. Kali ini aku mau cerita yang lebih dewasa dikit. Tsaah. Tolong yang belum cukup umur diamankan dulu. Uehehe. *ngamanin diri sendiri*

Balik lagi ke working mom tadi, ceritanya doi nggak khusyuk kerjanya, dikit-dikit keingetan baby-nya terus, mau resign tapinya ya gimana? Sayang karir yang sudah dibangunnya bertahun-tahun, mana bentar lagi naik posisi gitu, udah mah takut bosyen kalau cuma di rumah aja ngurusin anak. Terdilema abis pokoknya mah.
Terus, apakah si ibu tetap bertahan jadi working mom, atau resign jadi ibu rumah tangga? Kita nantikan cerita selanjutnya.
***
Hmmm, lagi-lagi harus aku katakan, menjadi ibu itu bukan perkara jadi working mom (WM) atau ibu rumahtangga (IRT) gitu. Peran ibu terlalu mulia untuk dikotak-kotakin antara working mom atau IRT. Toh, mau jadi WM atau IRT pun akan selalu ada orang yang nyinyir kita begini atau begitu, akan selalu ada orang yang membanding-bandingkan. Yakan, yakan?
Jadinya, aku cuma pengen bilang;

Cukup, sudah, hentikan, jangan lagi merasa bersalah, para WM di seluruh dunia. Enjoy your life, always dudebes di rumah ataupun di kantor. Bukan hanya karena WM atau IRT itu sama-sama baiknya jika dijalani dengan baik pula, tapi karena anak-anak harus dibesarkan oleh ibu yang bahagia menjalankan perannya. Seberapa banyakpun peran yang harus dijalaninya. Karena anak-anak harus dididik oleh ibu yang bangga dengan pilihan hidupnya. Agar kebahagiaan dan kebanggaan itu juga dirasakan oleh anak-anak. Bangga, atas siapapun ibu yang mereka punya. Apa dan bagaimanapun itu. Bahagia, atas segala hal yang sudah diberikan dan dilakukan oleh ibunya. Kita hanya bisa memberi apa yang kita punya kan? Jadi kalau pengen anak-anaknya bahagia dan bangga, ya seorang ibu harus punya itu duluan. Apapun pilihan hidup yang sedang dijalani. Tsaah.
***
Ibu yang tadi aku ceritain masih terdilema, mungkin butuh waktu untuk mempertimbangkan dan memutuskan. Aku cuma bisa berdoa yang terbaik buat beliau juga seluruh ibu di seluruh dunia. Agar tetep menjalankan semuanya dengan hepi, cause happy mom creates a happy child. Haish, jadi inget ummi. Baiklah sebelum kemenyean ini kian menjadi, aku tutup aja edisi tercurhat kali ini dengan quote keceh berikut inih,
Don't lose yourself in your identity as a mother. You were a woman before you met your husband. You were a woman before you had your children. Don't lose sight of who that person is. Spend as much time with your children as you can, but don't feel bad if you're spending time at work. Enjoy that time that you spend contributing to society. When you're at home, be present with your child. It's quality over quantity, always. [Erica Rivinoja]

#2
Baiklah, aku mau dikit share tentang 'Working Mom' dan Ibu Rumah Tangga ya. Kebetulan aku pernah nguping pembicaraan abi dan ummi perihal ini. Aku simpulkan aja deh biar enggak pake ribet.
» Kemulian seorang ibu nggak pernah ditentuin dari apakah ibu tersebut 'working mom' atau 'ibu rumah tangga'. Aku ulangi biar lebih dramatis ya; ENGGAK PERNAH. Jadi kalau ada yang membandingkan 'kekecean' seorang ibu hanya dari ibu rumah tangga apa bukan, kerja apa enggak; totally wrong. Kemuliaan seorang ibu ada pada peran dan tanggungjawabnya dan seberapa besar pengorbanannya untuk menjalankan peran dan tanggungjawab itu. Dan baik 'working mom' atau 'ibu rumah tangga' punya nilai pengorbanan masing-masing yang nggak bisa langsung disamaratakan gitu, karena kondisi setiap ibu ituh beda. Makanya itu bukan sesuatu yang adil untuk dibanding-bandingkan. Can I get a 'tsaaaah' here? Uehehe

» Ada masa-masa dimana seorang 'working-mom' pengen banget jadi ibu rumah tangga, mengurus rumah dan keluarga, bermain dengan anak-anak gitu. It's okeh kok. Kodratnya emang begitu. Ada banyak kodrat perempuan yang emang adanya di rumah, bukan di kantor. Tapi ya gimana, tuntutan keluarga dan profesionalitas mungkin masih mengharuskan buat kerja. Selama bisa dijalani dengan baik dan nyaman, ya dijalani aja. Hebat banget jadinya, bisa menjalankan peran ibu sekaligus peran di kantor dengan sangat baik. Tapi kalau galau hanya karena masalah penghasilan, kerja hanya buat nambah penghasilan suami aja, tanpa bisa menikmati pekerjaannya di kantor, perasaannya kangen rumah melulu? Hmmmm, gimana ya? Terdilema emang kalau udah gitu mah. Aku kutip jawaban abi aja ya, waktu ummi juga galau mau tetep kerja apa jadi ibu rumahtangga. Khawatir penghasilan keluargaku jadi berkurang gitu, padahal dari lubuk hati yang paling dalam, ummi pengen banget fokus ngurusin akuh. Huhuhu. 

Kata abi waktu itu;
"Yang namanya rezeki kan sudah diatur, seberapa banyaknya, besar kecilnya, melalui siapanya. Kalau ummi pengen fokus ngurusin keluarga di rumah, ya gpp. Abi malah seneng. Semoga ketulusan dan pengorbanan ummi dibalas dengan rezeki yang lebih baik lagi buat keluarga kita. Kalaupun bukan jumlahnya, setidaknya kualitasnya; bisa jauh lebih berkah. Kan yang buat cukup berkahnya, bukan jumlahnya."

» Ada masa-masa dimana seorang ibu rumah tangga juga pengen kerja gitu. Jenuh dengan tugas-tugas seharian di rumah. Ini juga maklum sih ya. Secara tiap orang butuh aktualisasi diri. Dan kadang rumah emang nggak cukup untuk melampiaskan aktualisasi diri kaum hawa. Jadinya ibu rumahtangga itu emang peran yang membutuhkan kreativitas tingkat dewa. Biar nggak bosen di rumah, biar always perform dan bahagia gitu ngurusin rumah dan penghuninya. Tapi menurutku, yang apalah aku ini; sebelum menjalani keseharian selaku IRT ya harus dilurusin dulu pikiran dan hatinya. Ibu rumahtangga itu, kalau dijalani dengan baik, adalah pekerjaan paling mulia yang pernah ada loh. Bayangpun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ngurusin orang lain. Menciptkan keluarga sakinah, mawadah, warohmah gitu. Mendidik anak-anak jadi generasi terbaik. Itu kan uwow banget. Subhanalloh.

Jadi, IRT itu pikiran dan hatinya nggak boleh sempit. Harus luas dan lapang. Jangan hanya mikirin yang teknis-teknis ajah, semisal masak, nyuci, nyetrika, bersih2, dll. Harus jadi IRT yang strategis juga yang concern sama tumbuh kembang dan masa depan kluarga. Lagian, kalau dalam islam kan, hal-hal teknis yang aku sebutin tadi itu adalah paket 'nafkah' (sandang, pangan, papan) yang udah jadi tanggungjawab suami gitu. Etika terbaiknya kan emang suami ga hanya kasih uang buat beli beras atau pakaian aja. Tapi juga sampai makanan terhidang di meja makan, pakaian siap diapakai dengan rapih. Itu artinyah, sebenernya asisten rumah tangga (ART) juga masuk haknya isteri, tanggungjawab suami.

Tapi isteri yang baik dan solehah, juga akan sepenuh hati melayani suami dan keluarganya dengan pelayanan terbaik, semisal makan dari masakan sendiri, menyediakan pakaian, dll. Karena ada keutamaan dan berkah sendiri dsana.

Terus gimana dong menyikapinya? Kyaaa, islam kan ngajarin lomba balap karung gitu. Eh, berlomba-lomba dalam kebaikan deh. Jadi ya, silahkan aja, suami isteri berlomba-lomba jadi yang terbaik dalam hal menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing. Bukan malah berlomba-lomba saling menuntut. Haish, pipis masih di celana aja udah ngomongin suami-isteri gini. Uehehe.

» Intinya, IRT atau working mom itu tentang kesiapan sih, mana yang lebih siap dijalani, ya jalani ajah. Nah, masalahnya kan tiap keluarga punya kesiapan masing-masing gitu. Tapinya nggak boleh saklek juga sih. Maksudnya itu, kesiapan itu kan kondisinya beda-beda tiap tahun, tiap masa, tiap waktu. Hmmm, ummi aku misalkan, rencananya emang jadi IRT sampai aku melewati 'golden age' gitu, sambil nyiapin passion-nya buat jadi dosen dan peneliti. Jadi kalau dirasa udah siap untuk pindah dari IRT ake working mom atau sebaliknya, ya pindah aja, gpp. Life is short enihu, coba apa yang bisa dicoba, jalani apa yang bisa dijalani. Catatannya ya itu tadi kali; bertanggungjawab atas setiap peran yang kita punya.
Udah, gitu aja.

[repost]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar