Selasa, 06 Oktober 2015

Kisah Cin-TA ku



Ini tentang sebuah rasa. Rasa yang menjadi fitrah setiap anak manusia. Karunia yang luar biasa dari Tuhan-Nya. Rasa yang bisa membuat orang rela berkorban baik waktu, tenaga, pikiran bahkan sampai hartanya, untuk berjuang mendapatkannya. Demi sebuah rasa bernama Cinta. Setiap orang pasti akan berjuang sampai titik penghabisan untuk meraihnya. Luar biasa. Tapi, apakah akan sama perlakuannya untuk kisah cin-TA (read : Tugas Akhir) yang satu ini ? Kisah cin-TA yang mungkin, orang yang mendengar pertama kalinya, akan menghindarinya. Langsung tutup telinga. Pergi jauh-jauh darinya.

Kamu mahasiswa tingkat akhir ?
Ya, ketika title mahasiswa tingkat akhir itu mulai melekat. Banyak. Sangat banyak sekali pertanyaan yg terlontarkan dari orang tua, saudara dan teman. Mereka berkata “Bagaimana progress cin-TA nya, kapan seminar, kapan sidang, kapan lulus.” Huuh. Terasa bebal mendengarnya. Bosan. Tapi, begitulah yang memang seharusnya terlontarkan untuk kita para mahasiswa tingkat akhir. Cukup berpikir positif dan mencoba menerjemahkan pertanyaan itu, bahwa mereka sangat peduli dengan kita. Ya, itulah yang mestinya menjadi pemacu untuk segera menyelesaikannya. Urusan cin-TA satu ini.

Kawan,
Langkah pertama untuk memulainya menjadi selalu yang terberat. Tapi mau sampai kapan jika tidak memulai dari sekarang ? Ayolah, bergerak. Kalahkan egomu. Hadapi. Jangan merasa lemah ketika rasa malas itu menghampirimu. Jangan menyerah. Kamu harus berani. Pasti bisa. Kamu harus yakin, kalau kamu mampu menyelesaiakan ini semua sendiri. Karena ini adalah kisah cin-TA mu. Tak mungkin orang lain yang akan mengambil peran dalam urusan dihidupmu. Bebas. Tentukan saja jalan cerita mana yang ingin kau ambil. Ingin cepat lulus atau lama lulus ? Ingin meringankan beban orang tua atau menambah beban orang tua ?
Sederhana. Hanya saja, kamu yang mudah tergoda dengan urusan lainnya.

Kawan,
Inilah kisah cin-TA ku. Aku yang selau berjuang untuknya. Aku yang rela berlelah-lelah untuknya. Aku yang berani mengurangi jatah tidurku disetiap harinya. Aku yang harus berjalan sendiri untuknya. Bahkan, aku yang sampai masuk rumah sakit karena aku sangat cin-TA kepadanya. Lebay. Memang sangat lebay. Tapi inilah bukti cintaku meraih cin-TA nya. Selayaknya saat kita berjuang untuk meraih cinta yang sesungguhnya. Dahsyat.

Kawan,
Lantas alasan apa lagi yang membuatmu tak bergerak sampai sekarang ? Dosbing (read : dosen pembimbing) mu menuntut untuk sempurna pada tugas akhirmu ? Dosbingmu sering ke luar kota dan ke luar negeri ? Atau data yang kamu ambil masih ada yang kurang sehingga kamu harus turun ke lapang lagi ? Ah, ini nih yang menjadi senjata mahasiswa  kalau ditanya, bagaimana progress tugas akhirnya ? bla...bla... kebanyakan excuse, seperti diatas. Hei, kamu. Kamu yang sudah bergelar sebagai ‘Maha’siswa.  Kamu itu agen intelektual loh. Mesti cerdas dalam menyikapi setiap permasalahan dan jeli terhadap peluang yang ada. Kalau disuruh cari data lagi, ya, laksanakan. Kalau banyak revisian, ya, kerjakan. Kalau dosen lagi pergi ke luar kota atau ke luar negeri, ya, persiapkan bagian yang lainnya. Cukup deh. Berhenti cari-cari alasan. Buat susah sendiri aja. Ambil celah dari setiap permasalahan dan berpikirlah layaknya kaum intelektual.

Kawan,
Cerita tiap orang itu beda-beda. Unik. Terkadang bisa membuat kita tertawa lepas. Membuat kita merenung. Bahkan, bisa membuat air mata ini tak mampu tertahan. Apalagi, jika sudah berbicara mengenai takdir-Nya. Ini persoalan yang berat. Tentang takdir, mau menerima atau menolaknya, dia akan tetap terjadi. Takdir tak mengenal kamu siapa, sedang apa, dan bagaimana perasaannya. Tapi yang terpenting, ketika takdir yang tak kamu harapkan itu ‘menyapa’, mulailah menerimanya dengan lapang dada. Cobalah mengambil hikmah dan pembelajaran dari setiap goresan ttitah-Nya.

Kawan,
Inilah kisah cin-TA ku. Ketika semua permasalahan teknis atau konseptual berhasil aku lalui, tapi untuk urusan ini aku tak bisa berbuat apa-apa. Ya, inilah kisah takdirku, dari-Nya. Aku yang Dia kirimkan nikmat sakit, menjelang H-1 ujian tugas akhirku. Aku yang harus berbaring dirumah sakit beberapa hari. Aku yang banyak merepotkan orang lain. Dan aku yang membuat orang tuaku menangis serta jauh-jauh harus datang untuk menjemputku. Huuh. Sedih. Campur aduk rasanya. Saat itu, aku hanya bisa pasrah dan ikhlas. Dan pada akhirnya aku pun memutuskan untuk membatalkan ujian tugas akhirku. Kecewa. Itu pasti, tapi aku sadar bahwa kekecewaan itu adalah cara Tuhan dalam berkata bahwa Dia mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk ku nantinya. Itulah janji-Nya, bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan. Dan ambillah pelajaran darinya, bahwa jikalau setiap harapan kita selalu berjalan sesuai rencana, mungkin kita tak pernah belajar bahwa kecewa itu menguatkan.
****

(Alhamdulillah tulisan ini bisa menjadi salah satu kontributor dibuku antalogi 'Tugas Akhir' -Penerbit Genom 2015)

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar