Apa peran
strategis seorang korwat dalam sebuah departemen atau kepanitiaan ? terkadang
di kampus kami korwat tampak hanya sebagi “penyampai pesan” saja dari ikhwan ke
akhwat.
Menurut Kepala Annisaa saya
“akhwat mempunyai kekhasan tersendiri, oleh karena itu perlu peran serta
lingkup yang luas dari pengelolaan muslimah”. Statement inilah yang membuat
saya menaikkan posisi sektor muslimah yang tahun lalu “hanya” selevel divisi,
saat ini menjadi sektor yang langsung dibawah koordinasi saya sebagai ketua LDK.
Memang setelah mengamati langsung selama 3 tahun di kampus, muslimah mempunyai
keunikan tersendiri dalam lingkup dakwah kampus ini.
Terkait peran fungsi dan
posisi seorang koordinator akhwat, saya mewawancarai khusus korwat Departemen
Manajemen Sumber Daya Anggota (MSDA) Nuri Trianti dan korwat departemen ekonomi
Dina Rachmi untuk melengkapi pandangan saya terhadap pertanyaan ini. Dalam
organisasi dakwah kampus, kita mengenal istilah korwat untuk mendampingi
seorang kadept dalam sebuah departemen. Saya pun bertanya pada
awalnya,”sebenarnya apa sih peran korwat ? apakah hanya sebagai notulen dan
mem-forward pesan ke anggota muslimah
yang lain?”
“tidak !!”, begitulah
jawaban dua korwat tersebut. Peran korwat jauh lebih besar dari itu. Korwat
berperan sangat signifikan dalam menjaga keseimbangan departemen dan sebagai
penjaga nilai dari sebuah departemen.
Terutama dalam kondisi dakwah kampus yang menjaga nilai adab antara muslim dan
muslimah. Selain itu muslimah membutuhkan pendekatan khusus dalam berdakwah,
sehingga metoda “cuek” dan “terlalu rasional” pria terkadang tidak cocok,
dibutuhkan pendekatan “hati ke hati” terhadap kader muslimah, dan itu hanya
bisa dilakukan oleh seorang korwat.
Sejauh pemahaman saya dan
disempurnakan oleh hasil diskusi dengan dua korwat berpengalaman ini, saya bisa
menyimpulkan beberapa hal yang menjadi peran strategis utama yang hanya bisa
dilakukan oleh korwat
.
Managerial
Peran strategis pertama
adalah me-manage atau mengatur dan
memimpin para muslimah dalam sebuah departemen atau kepanitiaan. Mengkoordinir
muslimah, begitulah peran pertamanya. Bagaimana seorang korwat bisa mengetahui
dengan dalam setiap individu muslimah dalam tim serta membimbing mereka agar
produktifitas dakwah berjalan. Biasanya dalam kondisi butuh keputusan mendesak,
dibuat dua forum dalam sebuah tim, dibagi berdasarkan gender. Dan korwat lah
yang memimpin para muslimah ini. Ia pula yang diharapkan dapat sebagai tempat curhat bagi para muslimah yang berada dalam tim, ia
yang selalu memberi motivasi dan memberi ucapan selamat atas keberhasilan
kepada para muslimah.
Upgrading
Meningkatkan kapasitas
internal setiap anggota tim yang muslimah. Korwat berperan sebagai guru yang
memberikan pengetahuan , pengalaman dan saran agar para muslimah dapat
menjalankan beban dakwah yang ada dengan baik. Peningkatan kemampuan internal
ini adalah bagian dari kaderisasi departemen yang memang harus dilakukan.
Harapannya dalam kaderisasi ini seorang korwat dapat membentuk calon
penggantinya di kemudian hari.
Controlling
Memantau kesehatan dan
kebahagiaan kader muslimah dalam menjalankan amanah dakwah. Kesehatan yang
dimaksud terkait dua hal, kesehatan fisik yang dipengaruhi oleh asupan gizi,
lama waktu istirahat dan olahraga yang dijalankan. Serta kesehatan ruhiyah yang dipengaruhi oleh ibadah yang dilakukan,
kepahaman, dan kedekatan kepada Allah. Serta tingkat kebahagiaan atau enjoyment dari kader dalam menjalankan
agenda dakwah. Oleh karena itu seorang korwat diharapkan dapat memantau kader
muslimah dari sisi ini, dan memberikan treatment
khusus jika ada masalah atau kendala pada kader.
Penampung Aspirasi
Muslimah mempunyai taste and reference tersendiri dalam
berpikir dan mengambil keputusan. Oleh karena itu seorang korwat dituntut untuk
dapat memancing aspirasi yang ada diantara para kader muslimah dan menampungnya
dan menyampaikannya ke kepala departemen atau untuk dibahas di rapat. Selain
itu diharapkan seorang korwat dapat menyelesaikan masalah internal muslimah
dengan segera. Termasuk pula menampung dan menindaklanjuti aspirasi kader pria
terhadap kader perempuan.
Komunikasi Dengan Kader Pria
Fungsi komunikasi seperti
melanjutkan pesan dari kepala departemen terkait rapat dan sebagainya, dan
menyampaikan usul-usul dari muslimah yang mungkin sulit untuk mengungkapkan
pemikirannya. Dalam sebuah rapat, saya selalu memperhatikan posisi duduk
seorang korwat selalu yang paling dekat dengan pria. Ini seperti “penjaga” dari
para muslimah dan “pemimpin” dalam sebuah rapat.
Memimpin eksekusi agenda khusus muslimah
Sebagai contoh dalam
departemen kaderisasi, dimana terdapat kaderisasi khusus muslimah. Seorang
korwatlah yang akan memimpin rapat, eksekusi dan lain-lainnya. Atau dalam
persiapan sebuah acara dimana, kader muslimah diminta untuk mengerjakan bagian
tertentu bersama, maka seorang korwat
yang mengkoordinir dan sebagai penanggungjawab tugas tersebut.
Penyeimbang dan back up
kepala departemen
Bisa dikatakan secara
informal seorang korwat adalah wakil ketua departemen dimana ia pengambil
kebijakan tertinggi kedua setelah kepala departemen. Selain itu korwat
diharapkan mampu memotivasi staff muslim untuk memimpin rapat untuk pengambilan
kebijakan jika seorang kepala departemen sedang berhalangan atau bermasalah.
Korwat diharapkan juga dapat sebagai penyejuk departemen yang mungkin terlalu
dikejar deadline dan rasionalisasi
seorang pria. Ia diharapkan dapat sebagai penasehat moril departemen. Peran
korwat dalam memberikan motivasi secara khusus kepada kepala departemen untuk
memastikan bahwa roda departemen tetap berjalan. Dengan tetap menjaga batasan
syariah, seorang korwat dapat menjadi teman diskusi dan berpikir seorang kepala
departemen terkait permasalahan di departemennya.
sumber : http://ridwansyahyusufachmad.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar