Tiba - tiba sepagi ini seseorang berkata pada saya dengan lembut,
"bikin target, akhir Januari sudah selesai BAB sekian, Februari sudah BAB
sekian … "
Saya sungguh tersentak. Kata - kata itu melemparkan saya ke masa lalu.
Membuat target - target itu, menulis - nulis renstra …adalah kebiasaan saya
(dulu).
Awal - awal bikin target, saya masih diarahkan. Oleh papa atau Ummi. Target
pertama saya sewaktu SD, Hafal Q.S Yaa Siin dalam waktu seminggu (supaya dapat
hadiah dari papa) --> tercapai.
Target selanjutnya, selesai baca buku - buku papa yang dilemari dalam
jangka waktu sebulan, Juara MTQ Kecamatan, Juara Lomba Pidato, Juara Lomba
Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi, Punya minimal 300 buku, Hafal Al Qur'an
dalam setahun sekian Juz, Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri, selesai kuliah
sebelum 4 tahun, menjadi penulis, dan lain sebagainya… tercapai.
Tercapai.Tercapai. Tercapai. Tercapai.
Pernah juga saya dan kawan - kawan bercerita tentang target - target kami
untuk masa depan.
Seorang sahabat berkata, "aku nantinya ingin menjadi ibu rumah tangga
yang baik, menikah dengan seorang hafidz qur'an, lalu punya banyak anak,
menjadi seorang konsultan atau psikolog" dia akhirnya kuliah di kebidanan,
sekarang sudah menikah dengan seorang lelaki yang hafal 30 Juz, menjadi bidan
di sebuah pesantren, tempat curhat bagi anak - anak di asrama yang berjumlah
ratusan.
Sahabat yang lain berkata, "aku ingin masuk jurusan Hubungan
Internasional atau Ilmu Komunikasi, lalu bekerja sebagai diplomat atau yang
mengurus perjanjian - perjanjian dan diplomasi agar bisa kuarahkan semua
keputusan - keputusan Internasional itu." dia sekarang menjadi staf ahli
di Kementrian Luar Negeri meskipun sempat katanya "malah nyasar" ke
jurusan Sastra Inggris.
Sahabat satu lagi mengungkapkan, "aku? Aku punya sederet target. Dan
kamu tahu semuanya sudah tercapai." Ya ya. Seingatku dia sudah menjadi
juara lomba debat Bahasa Inggris dimana - mana, IPK tertinggi, tamat kuliah
paling cepat, dan sekarang bekerja di perusahaan asing. Sesuai dengan apa yang
dia inginkan. Kemarin pas di telfon saya bertanya menggoda, "nah. Apalagi
sekarang?" dia menjawab cepat, "menikah". Sepertinya memang
sebentar lagi dia akan segera menikah, kita tunggu saja tanggal mainnya.
Sahabat yang paling saya salut karena kesabarannya atas ujian - ujian
hidupnya, juga pernah berkata "aku ingin menjadi guru, seperti mama …
" maka jadilah dia guru yang bersahaja di sebuah pesantren yang tentram.
banyak lagi sahabat- sahabat yang lain.. target -target mereka luar biasa.
Saya juga punya target - target yang luar biasa (dulu). Hingga tiba - tiba
seseorang berkata, "kamu terlalu ambisius, terlalu kencang berlari. Aku
tak bisa menyamai langkahmu. Berhentilah sejenak. Atau silakan kau lanjutkan
perjalananmu sendiri, siapapun akan lelah membersamaimu jika terus seperti
itu"
Dan saya bertanya spontan dengan nada bercanda, "kamu ini tak punya
target hidup ya? Apa kamu hanya akan mengikuti arus, mengalir seperti air lalu
tiba – tiba sudah sampai saja di selokan?"
Dia tak marah, hanya tersenyum. "apa target mu yang paling tinggi ?
Apa mimpimu yang paling ingin kau capai?" Sampai disitu saya terdiam. Saya
heran dengan orang yang tak punya keinginan apa - apa dalam hidupnya. Hingga,
ketika saya tak lagi berjumpa dengannya. Bukan tak ingin karena dia
menyebalkan, tapi karena sudah tak bisa.
Saya melihat catatan - catatannya dan saya sadar bahwa saya keliru. Siapa
bilang dia tak punya target. Dia punya mimpi tertinggi dari semua mimpi - mimpi
yang ada. Catatannya itu dibuka dengan kata - kata penuh hikmah (yang
belakangan saya ketahui itu adalah sebuah hadits riwayat Bukhari) "dunia
ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang - orang kafir"
Cita cita: hidup mulia atau mati syahid. Target: 2009 --> bertemu
denganNya, Kekasih Sejati.
Lalu saya baca Tarbawi bulan ini: Tak Perlu Bebani Diri dengan Apa yang
Tidak Kita Punya.
Disana terbaca sebuah hadits Qudsi: "Wahai hambaKu, jangan bebani
dirimu dengan kekhawatiran mengenai masa depan. Kalian cukup membiarkan agar
dirimu sejalan dengan kehendakKu dan setuju dengan maksudKu saat ini, lalu
sisanya dijamin bahwa Aku akan menjaga masa depanmu agar sejalan dengan
KehendakKu"
Saya pun bingung. Jadi untuk apa semua target - target? Untunglah saya
tertarik untuk terus membaca. "Wahai Raja' sesungguhnya aku mempunyai jiwa
yang selalu merindu. Setiap kali ia mengalami kerinduan pada sesuatu terpenuhi,
maka muncullah kerinduan lain pada sesuatu yang lebih tinggi daripada
sebelumnya. Jiwaku merindukan pernikahan dengan putri pamanku, Fathimah binti
Abdul Malik, lalu aku pun menikahinya. Kemudian jiwaku rindu kepada
kepemimpinan, lalu aku menjadi gubernur. Jiwaku rindu pada khilafah, lalu aku
pun memperolehnya. Dan kini, wahai Raja', jiwaku rindu pada surga, maka aku
berharap semoga aku menjadi salah satu penghuninya" [Umar bin Abdul Aziz]
Kata - kata itu terus terngiang, "apa target mu yang paling tinggi,?
Apa mimpimu yang paling ingin kau capai?"
#Anomali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar