Allah menurunkan hujan
tidaklah sia-sia. Hujan yang Allah turunkan memiliki beberapa hikmah.”
Mungkin sedikit orang yang meremehkan turunya hujan. “Yah,
hujan”,sahut temanku. Mengapa harus kecewa ? justru kita harus
bersyukur,Alhamdulillah. Mungkin Ia belum tau, kalau hujan itu adalah Rahmat
dari-Nya. Dimana tanah-tanah yang kering bisa basah kembali, tanaman-tanaman
yang kering bisa tumbuh dengan segar.
Kalau berbicara tentanh hujan. Saat ini aku sedang menempuh
pendidkan di kota hujan, ya Kota Bogor namanya. Kota yang terkenal sebagai kota
hujan. Pernah melintas di dalam pikiran, Mengapa disebut Kota Hujan ? Itu
berarti penuh Rahmat-Nya di dalamnya. Wallahualam.
Engga tau kenapa suka banget kalau hujan itu lagi membasahi kota
ini. Kota yang ku kenal, kota yang sejuk, islami dan baik-baik orangnya.
Subhanallah. Bersyukur banget ketika Allah memberikan jalanku untuk kuliah
disini. Bisa menikmati udara yang sejuk ketika hujan telah reda. Hem….sejuk
banget. Apalagi tak jarang, setelah hujan reda ada pelangi yang menghiasi.
Akankah aku akan tetap tinggal disini ya Robb ??
Satu hal lagi yang bisa ku ambil pelajaran dari kota Hujan ini.
Inget banget ketika diwawancara, kalau lagi hujan, sedangkan kamu ada syuro
(rapat) rutin. Apakah kamu akan tetap datang ? Mantap sekali ku jawab,
InysaAllah tetap datang. Dari hal itu mengajarkan bawa hujan adalah bukan
halangan kita dalam melakukan berbagai hal. Mungkin sedikit orang yang bermalasan
untuk berkativitas apalagi harus keluar untuk rapat yang tempatnya jauh dari
tempat tinggal kita dan itu berjalan kaki. Namun, aku percaya bahwa selalu ada
hikmah dalam setiap keadaan, yaitu Hujan mengajarkan kita aga kita menjadi
orang yang tangguh dan tidak malas-malasan. Ia mengajarkan kita, khususnya
warga Bogor agar tidak pernah menyerah dalam keadaan apapun.
Nah, hikmah yang lain diturnkannya hujan yaitu : (setelah
disearch)
1. Wujud nyata
dari rahmat Allah untuk seluruh makhluk
Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي
يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ
الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
“Dan Dialah Yang
menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan
Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang
dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh
Maqotil.[1]
2. Rizki bagi
seluruh makhluk
Allah Ta’ala berfirman,
وَفِي السَّمَاءِ
رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit
terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS.
Adz Dzariyat: 22). Yang dimaksud dengan rizki di sini adalah hujan sebagaimana
pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari Mujahid dan mayoritas ulama
pakar tafsir.[2]
Ath Thobari
mengatakan, “Di langit itu diturunkannya hujan dan salju, di mana dengan sebab
keduanya keluarlah berbagai rizki, kebutuhan, makanan dan selainnya dari dalam
bumi.”[3]
3. Pertolongan
untuk para wali Allah
Allah Ta’ala berfirman,
إِذْ يُغَشِّيكُمُ
النُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء
لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى
قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ
“(Ingatlah), ketika
Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan
itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan
hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al Anfal: 11)
Ibnu Jarir Ath
Thobari rahimahullah mengatakan, “Hujan yang dimaksud di sini
adalah hujan yang Allah turunkan dari langit ketika hari Badr dengan tujuan
mensucikan orang-orang beriman untuk shalat mereka. Karena pada saati itu
mereka dalam keadaan junub namun tidak ada air untuk mensucikan diri mereka.
Ketika hujan turun, mereka pun bisa mandi dan bersuci dengannya. Setan ketika
itu telah memberikan was-was pada mereka yang membuat mereka bersedih hati.
Mereka dibuat sedih dengan mengatakan bahwa pagi itu mereka dalam keadaan junub
dan tidak memiliki air. Maka Allah hilangkan was-was tadi dari hati mereka
karena sebab diturunkannya hujan. Hati mereka pun semakin kuat. Turunnya hujan
ini pun menguatkan langkah mereka. ... Inilah pertolongan Allah kepada Nabi-Nya
dan wali-wali Allah. Dengan sebab ini, mereka semakin kuat menghadapi
musuh-musuhnya.”[4]
4. Sebagai alat
untuk bersuci hamba-hamba Allah
Dalilnya adalah
sebagaimana disebutkan dalam point ke-3, Allah Ta’ala berfirman,
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم
مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ
“dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu”
(QS. Al Anfal: 11). Imam Ats Tsa’labi mengatakan, “Air hujan ini bisa digunakan
untuk menyucikan hadats dan junub.”[5]
5. Permisalan
akan kekuasaan Allah menghidupkan kembali makhluk kelak pada hari kiamat
Hal ini dapat kita
saksikan dalam beberapa ayat berikut ini.
وَاللّهُ أَنزَلَ مِنَ
الْسَّمَاء مَاء فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَةً لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan Allah
menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi
sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).
” (QS. An Nahl: 65)
وَهُوَ الَّذِي
يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا
ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا
بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ
“Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah
Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran.” (QS. Al A’rof: 57)
إِنَّمَا مَثَلُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاء أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاء فَاخْتَلَطَ بِهِ
نَبَاتُ الأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأَنْعَامُ حَتَّىَ إِذَا أَخَذَتِ
الأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ
عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا
كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِالأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan
belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24)
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ
الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ
السَّمَاء مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن
كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ
السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS. Al Baqarah: 164)
وَمِنْ آَيَاتِهِ
أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ
اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan di antara
tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila
Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan
Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39)
وَأَحْيَيْنَا بِهِ
بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan Kami hidupkan
dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.”
(QS. Qaaf: 11)
6. Adzab atas
para pelaku maksiat
Hal ini dapat kita
lihat pada firman Allah Ta’ala tentang adzab pada kaum Nuh,
وَقِيلَ يَا أَرْضُ
ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ
وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan difirmankan:
"Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan
air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di
atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."”
(QS. Hud: 44)
Allah Ta’ala juga
menceritakan mengenai kaum ‘Aad,
فَلَمَّا رَأَوْهُ
عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ
هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ
شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ
نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
“Maka tatkala
mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka,
berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada
kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan
segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala
sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan
lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)
‘Aisyah radhiyallahu
‘anha menceritakan,
وَكَانَ إِذَا رَأَى
غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ
الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ .
فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ
قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ
مُمْطِرُنَا ) »
“Jika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun
berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung,
mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun.
Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu
menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang
bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah adzab. Dan pernah suatu kaum
diberi adzab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum
‘Aad) ketika melihat adzab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kita.”[6]
Wallahualam
@sefiindria
@sefiindria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar