Sabtu, 31 Agustus 2013
Manajemen Prioritas Amanah untuk kader
Manajemen Aksi Massa Damai
Keseimbangan Antara Dakwah dan Kuliah
Peran Koordinator Akhwat ( Korwat )
Bagaimana Menokohkan Diri Anda
Jumat, 30 Agustus 2013
Renungan tentang kesempurnaan
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya berlangsung sangat megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.
Setiap pasang mata
yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai. Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.
“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia…” Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman… Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir…
“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.
“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”. Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…” Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…
Renungan Cerita
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?
Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk. Mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?
Menjadi Isteri Idaman
Sebagaimana riwayat dibawah ini:
Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: “Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: “Bagaimana kalau hanya dua?” Beliau menjawab: “Juga dua.” (HR. Al-Bukhari No 1010)
#15
Tidak ada yang mampu memberi jawaban..
Kita manusia yang serba lemah hanya mampu merancang dan menjalankan. Hasilnya tetap berada di tangan Alloh. Yang penting, kita jangan mengabaikan IKHTIAR..
Melepas Amarah, Meraih Keikhlasan
Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi kita kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja, atau atasan di kantor bercokol lama di hati kita.
Kekesalan, amarah dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat kita menerima apa yang kita berikan.
Bila kesal pada pasangan atau ada kawan yang mengingkari janji, lalu kita menyalahkan mereka atas kekacauan semua itu, maka kita akan mendapatkan kembali keadaan yang dipersalahkan itu.
Kembalinya keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang kita salahkan, tetapi sejatinya kita akan mendapatkan kembali keadaan yang kita salahkan itu.
Ikhlaskanlah, maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih fokus terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya akan menghabiskan energi positif.
Semoga ALLAH mengaruniai sabar yang tak terbatas dan ikhlas yang tak bertepi untuk kita semua, sehingga apapun rintangan dan cobaan yang dilalui akan terasa lebih ringan .
Semua Karena Cinta
Sebuah pemandangan yang sangat menyentuh hati, diri ini tergerak untuk mendekati Sang kakek, dan mulailah percakapan ini terjadi;
“Selamat pagi, kek, hari yang bahagia yah…….” sapaku
“Bahagia atau tidak, bagaimana hatimu memikirkannya, Nak.” sambil tersenyum dan melanjutkan ucapannya:
“Banyak orang bahagia di luarnya ternyata sangat menderita di dalamnya, ada juga yang begitu terlihat menderita tetapi sangat bahagia di hatinya” Ia menatapku dengan penuh kasih dan melanjutkan perkataannya: “menurutmu kakek tua ini kategori yang mana, Nak?”
“Tentunya kakek tidak dua-duanya, karena aku lihat kakek bahagia luar dalam dong…” kataku sambil terus berjalan menemani gerak dari langkah kakinya yang berjalan lambat.
“Semua orang pasti menginginkan dirinya bahagia, dari tampilan luar ia ingin semua orang mengetahui bahwa ia sedang gembira, dan hatinya penuh dengan kebahagiaan, iya kan?”
“Tetapi dunia ini tidak ada yang sempurna, terkadang kita harus bersandiwara untuk menutupi kekurangan dan kesedihan kita, dan kadang kala dengan sandiwara itu, banyak hal yang kita bisa dapatkan, yang akhirnya menghibur dan menjawab persoalan hidup kita.”
Renungan
Manusia hanyalah pengendara di atas punggung usianya.
Digulung hari demi hari, bulan, dan tahun tanpa terasa.
Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian..
Sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati.
Satu hari berlalu, berarti satu hari pula berkurang umur kita.
Umur kita yang tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya, sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.
Karena itu,
jika hari berlalu tapi tiada Kebaikan dan Kebajikan yang kita lakukan maka akan keringlah batin kita.
Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat untuk mati tidaklah harus tua.
Jangan terperdaya dengan badan sehat, karena syarat untuk mati tidak pula harus sakit.
Teruslah berbuat baik... berkata baik...!
Kritisi semua yang tidak baik.
Walau tak banyak orang yang mengenalimu, tapi kebaikan dan kebajikan yang kita lakukanlah yang akan menuntun kita pada kebahagiaan, dan akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan...
Futur
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“Setiap amalan pasti ada gairahnya dan setiap gairah pasti mengalami penurunan (futur), barangsiapa penuruannya kepada sunnah maka ia telah beruntung dan barangsiapa penurunannya kepada bid’ah maka ia telah binasa.” (Hadits riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Ali Hasan dalam kitab Arba’uuna Hadiitsan fi Syakhsiyah Islamiyyah)
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama ini sangat mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari)
dan dalam hadits lainnya beliau mengatakan:
سَدِّدُوْا، وَقَارِبُوْا، وَاغْدُوْا وَرُوْحُوْا، وَشَيءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ؛ القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوْا
“Sederhanalah dalam beramal, mendekatlah pada kesempurnaan, pergunakanlah waktu pagi dan sore serta sedikit dari waktu malam. Bersahajalah, niscaya kalian akan sampai tujuan.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari)
Ibnu Hajar menukil perkataan Ibnul Munayyir dalam Fathul Baari sebagai berikut; Ibnul Munayyir berkata: Hadits ini termasuk salah satu mukjizat nabi. Kita semua sama-sama menyaksikan bahwa setiap orang yang kelewat batas dalam agama pasti akan terputus. Maksudnya bukan tidak boleh mengejar ibadah yang lebih sempurna, sebab hal itu termasuk perkara yang terpuji. Perkara yang dilarang di sini adalah berlebih-lebihan yang membuat jemu atau kelewat batas dalam mengerjakan amalan sunnat hingga berakibat terbengkalainya perkara yang lebih afdhal. Atau mengulur kewajiban hingga keluar waktu. Misalnya orang yang shalat tahajjud semalam suntuk lalu tertidur sampai akhir malam sehingga terluput shalat Subuh berjama’ah, atau sampai keluar dari waktu yang afdhal atau sampai terbit matahari sehingga keluar dari batasan waktunya. Dalam hadits Mihzan bin Al-Adra’ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:
إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوْا هَذَا الأَمْرَ بِالمُغَالَبَةِ، وَخَيْرَ دِيْنِكُمْ اليُسْرَةُ
“Kalian tidak akan dapat melaksanakan dien ini dengan memaksakan diri. Sebaik-baik urusan agamamu adalah yang mudah.”
Dari pernyataan ini dapat dipetik kaedah wajibnya mengambil rukhshah(dispensasi) syariat. Melaksanakan azimah (ketentuan asal) pada saat diberikannya dispensasi merupakan bentuk memaksakan diri. Misalnya orang yang tidak bertayammum tatkala ia tidak mampu menggunakan air, sehingga karena memaksakan diri menggunakan air ia mendapat mudharat.”
Dalam hadits lain dari Abdullah bin Mas’ud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
هَلَكَ المُتَنَطِّعُوْنَ
“Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Hadits riwayat Muslim)
Melalui hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada umat manusia bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kesederhanaan dan keseimbangan dalam ucapan dan perbuatan. Sikap yang keluar dari batas-batas keseimbangan dan berlebih-lebihan akan memudharatkan pelakunya. Ia akan terhenti di tengah jalan. Sebab, sikap tersebut akan membuatnya jenuh dan bosan. Dan dapat menyebabkan ia mengabaikan kewajiban yang lebih utama atau tertunda melaksanakannya. Misalnya, seorang yang shalat tahajjud sepanjang malam, lalu tertidur pada akhir malam sehingga melewati waktu Subuh atau minimal ia terluput mengerjakan shalat Subuh berjamaa’ah di masjid.
Sebagai contoh makruh hukumnya meninggalkan shalat malam bagi yang sudah biasa mengerjakannya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu anhuma ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:
يَا عَبْدَاللَّهِ لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Hai Abdullah, janganlah seperti si Fulan, dahulu ia rajin mengerjakan shalat malam kemudian ia meninggalkannya.” (Hadits riwayat Al-Bukhaari (1152) dan Muslim (1159).)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari (III/38): “Dapat diambil istimbath hukum dari hadits ini makruhnya memutus ibadah yang rutin dikerjakan meskipun ibadah itu tidak wajib.”
#14
Apakah kita tahu apa itu kemujuran? Apakah kita dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.
Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kita melangkahkan kaki melalui anak tangga satu per satu.
Tak perlu repot-repot membuang waktu untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati.
Untuk apa berhasil jika kita tak merasa puas?
Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.
Amatilah jalan lurus. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kita yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus.
Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kita menjadi diri kita sendiri.
#13
Kita tak mampu berkompromi pada kenyataan.
Kita tak sudi melepaskan kacamata paradigma dan melihat realitas secara sederhana. Kita lebih suka bermain-main dengan persepsi.
Kita lebih senang berlindung membenarkan pikiran diri sendiri. Padahal itu adalah bentuk lain dari belenggu sehari-hari.
Mari, sejenak kita pejamkan mata. Menemukan kesejukan pikiran. Menggali ketentraman perasaan. Menyentuh jiwa yang tenang. Menekuri setiap tarikan nafas. Menyadari keberadaan kita di bumi ini.
Meneguhkan kembali ikrar kita pada ALLAH; ikrar untuk mencurahkan yang terbaik bagi hidup ini, dan membiarkan ALLAH menuntun setiap gerak kita sehari-hari.
Arah Kehidupan
Bagaimana melihat ALLAH ditengah ketidakpastian situasi, ketiadaan jawaban bagi doa-doa yang terpanjat setiap saat. Hanya satu yang tinggal tetap yakni iman.
Iman adalah benteng terakhir yang memegang tangan kita dan mengokohkan langkah kita agar tetap teguh, tegar dan tidak menyerah.
Iman akan menuntun kita dijalan terjal berbatu kehidupan ini agar kita tetap melanjutkan perjalanan menujur lembah berair segar tersebut, dimana kita dapat beristirahat dan lalu terus melanjutkan perjalanan hidup.
Sebagai seorang yang beriman; kita yakin bahwa ALLAH bekerja didalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Namun akal sehat selalu berkata yang berseberangan dengan iman.
Kisah Menakjubkan Seorang Ibu
Ibunya…
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا
كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Isra’: 23-24)
Wanita itu berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya”, suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.
Maka hari itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, gimana menurutmu jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu, bersiaplah”. Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?” jawabnya. ” Tidak ibu”, berulang kali sang ibu bertanya.
JODOH, REZEKI, HIDUP & MATI ADALAH RAHASIA ALLAH
Demikian pula seberapa besar halangan yang menghadang atau terpisah oleh jarak yang membentang, tapi kalau Allah menghendaki berjodoh pasti bersatu jua..
Seberapa pun banyaknya harta yang ingin kita kumpulkan, Allah sudah mengatur rezeki makhluk-Nya..
Seberapapun lamanya kita ingin hidup, ketika waktu yang dijanjikan tiba, kita tidak bisa mengundur barang sedetik pun..
Tapi kita harus berusaha, perkara hasil biarlah Allah yang mengatur..
Sesungguhnya semua yang dititipkan Allah kepada kita sampai hari ini merupakan anugerah yang terbaik untuk kita, yang seharusnya kita syukuri..
Ya Allah, jadikan kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur, jauhkan kami dari sifat kufur.. Aamiin..
Rabu, 28 Agustus 2013
Fiqih Bercocok Tanam (DR.Yusuf Qardhawi)
Pertama Allah menyebutkan, bahwa bumi ini disediakan Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan memproduksi. Untuk itu Ia jadikan bumi ini serba mudah dan dihamparkan, sebagai suatu nikmat yang harus diingat dan disyukuri.
Firman Allah:
“Allah menjadikan bumi ini untuk kamu dengan terhampar supaya kamu menjalani jalan-jalan besarnya.” (Nuh: 19-20)
“Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar Rahman: 10-13)
Yang kedua, Allah menyebutkan tentang air, Ia mudahkannya, dengan diturunkannya melalui jalan hujan dan mengalir di sungai-sungai, kemudian dengan air itu dihidupkanlah bumi yang tadinya mati.
Firman Allah:
“Dialah zat yang menurunkan air dari langit, maka dengan air itu kami keluarkan tumbulr-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu, maka kami keluarkan daripadanya pohon yang hijau yang daripadanya kami keluarkan biji-bijian yang bersusun-susun.” (Al An’am: 99)
Senin, 26 Agustus 2013
#12
Pergaulan Bebas adalah Haram (Yusuf Qardhawi)
Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan kedua belah pihak atau salah satunya, tetapi demi menjaga kedua insan tersebut dari perasaan-perasaan yang tidak baik yang biasa bergelora dalam hati ketika bertemunya dua jenis itu, tanpa ada orang ketiganya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (Riwayat Ahmad)
“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya.”
Imam Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah yang berkenaan dengan isteri-isteri Nabi, yaitu yang tersebut dalam surah al-Ahzab ayat 53, yang artinya: “Apabila kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Karena yang demikian itu lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu,” mengatakan: maksudnya perasaan-perasaan yang timbul dari orang laki-laki terhadap orang perempuan, dan perasaan-perasaan perempuan terhadap laki-laki. Yakni cara seperti itu lebih ampuh untuk meniadakan perasaan-perasaan bimbang dan lebih dapat menjauhkan dari tuduhan yang bukan-bukan dan lebih positif untuk melindungi keluarga.
Ini berarti, bahwa manusia tidak boleh percaya pada diri sendiri dalam hubungannya dengan masalah bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya. Oleh karena itu menjauhi hal tersebut akan lebih baik dan lebih dapat melindungi serta lebih sempurna penjagaannya.
Minggu, 25 Agustus 2013
Menjadi Ibu Teladan
DR.Muhammad Al-Arify mengisahkan tentang salah seorang sahabatnya yang suatu ketika berpergian naik mobil bersama temannya mengajak dua orang anaknya yang berumur sekitar 4 atau 5 tahun. Ia tahu bahwa teman nya itu bukanlah laki - laki yang taat didalam beragama, namun ketika mobil hendak naik ke jalan layang, serempak anak - anaknya bertakbir (Allahu Akbar).
Ia tahu, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dalam safarnya bila melalui jalan mendaki beliau bertakbir, dan bila menuruni lembah beliau bertasbih (Subhanallah). Rupa nya, anak - anak nya faham bahwa yang disunnahkan (dianjurkan) saat mobil menanjak adalah bertakbir. Dan yang disunnahkan saat mobil menurun adalah bertasbih. Ia heran, karena mengingat ayah nya bukan tipe laki - laki yang taat beragama, lalu dari manakah mereka memperoleh pendidikan secamam ini...?
Karena diusik rasa penasaran nya, ia pun bertanya secara terus terang : "Akhi, Masya Allah... Engkau bukanlah santri, dan bukan juga seorang aktivis -pelajar- tetapi anak - anank mu mampu menerapkan sunnah sedemikian rupa, apa rahasianya?"
"Ya Akhi, ini bukan hasil didikan saya, tetapi hasil didikan ibu mereka (isteri saya)." jawab teman nya.
"Isteri ku memang Masya Allah.! semoga Allah membalas kebaikan nya. Dia betul - betul ibu teladan.... Dialah yang mengajari anak - anak doa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa sebelum makan, doa setelah makan, doa masuk WC, doa keluar WC dan doa ini dan doa itu... Bahkan dia memiliki cara unik dalam mendidik anak nya." lanjut teman nya.
"Bagaimana cara nya...?" tanya temanku.
Kata nya : "Kalau sekali waktu anak - anak bertengkar di rumah, lalu salah satu berkata kasar kepada saudara nya, maka isteri ku memanggilnya :
"Hai nak, sini sebentar..."
"Apa ma... mama hendak memukul ku ya....?" Tanya anak ku.
"Enggak kok, nggak mama apa - apapkan, mama cuma mau tanya : "Siapa yang lebih kau sayangi, Allah ataukah Syaithan?" kata isteri ku.
"Tentu aku lebih sayang Allah..." jawab anak ku polos.
"Tapi kamu sedang jadi teman nya syiathan sekarang (nak)..." kata ibu nya.
"Lho kenapa Ma...?" tanya anak ku.
"Karena kamu berkata kasar tadi.... Kalau kamu berkata kasar, kamu jadi teman nya syaithan. Tuh syaithan nya sekarang duduk diatas punggung mu, dan ia tertawa lebar mendengar ucapan (kasar) mu tadi..." kata ibu nya.
"Terus Ma..., bagaimana supaya syaithan nya menagis?" Aku tak mau jadi teman nya syaithan, aku mau jadi teman nya Allah...." kata anak ku.
"Ooo.... gampang. Kamu sekarang menghadap kiblat, lalu ucapkan Astaghfirullah seratus kali... hayo coba lakukan." kata ibu nya.
"Jadi kalau aku melakukan itu, Syaithan akan nangis ya..?" kata anak ku.
"Iya, kalau kamu melakukan nya syaithan pasti nangis..." jawab ibunya.
"Kalau begitu aku mau istighfar sekarang.. astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah... (dan seterusnya) udah belum ma?" kata anak ku.
"Belum... masih 50 lagi." kata ibu nya.
"astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.. (dan seterusnya) udah belum?" tanya anak ku.
"Belum, masih 13 kali lagi.." kata ibunya.
" astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(dan seterusnya) udah?" tanya nya lagi.
"Ya, sudah..." kata ibu nya.
"sekarang syaithan lagi nangis ya ma?" kata anak ku.
"Iya, sekarang dia nangis." kata ibu nya.
"Kalau begitu aku mau istighfar lagi, supaya nangis nya lebih lama..." kata anak ku sambil menambah istighfar nya...
[Disadur dari khutbah DR.Muhammad Al-Arifi yang berjudul Mas-uuliyyatur Rajuli fi Usratihi dengan sedikit penyesuaian.
Terkadang ibu lebih berperan dalam mendidik anak daripada bapak, karena ibu lebih sering bertemu dengan anak nya daripada bapak.
semoga Allah menjadikan anak - anak kaum Muslimin, menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua nya. aamiin.
Didiklah anak dengan baik, adapun cara ibu tadi mengajarkan istighfar 100 kali, adalah sang ibu ingin mengajarkan anak nya hadi
Didiklah anak dengan baik, adapun cara ibu tadi mengajarkan istighfar 100 kali, adalah sang ibu ingin mengajarkan anak nya hadits Nabi Shallallahu'alaih wa sallam :
تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
‘Bertaubatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari semalam sebanyak seratus kali.’” (HR Muslim) via Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny
#10
"Seharusnya orang yang paling dahulu melakukan perencanaan hari esok mereka adalah aktivis gerakan Islam, sehingga mereka tidak membirkan urusan mereka berjalan tanpa perencanaan; tanpa memanfaatkan pengalaman di masa lalu; tanpa mencermati realitas yg terjadi pada hari ini; tanpa menimbang benar dan salahnya ijtihad yg prnah dilakukan; tanpa menilai untung ruginya perjalanan kemarin dan hari ini, yg produktif dan tidak produktif."
(yusuf qhardawi)