Rabu, 25 Maret 2015

Luka ini milik siapa ?

Maret 25, 2015 0 Comments

Mengapa amanah ini diberikan kepada kita, padahal mereka belum membangun ‘pondasi’ untuk itu. Akhirnya, kita berada di jalan ini dengan tertatih lantaran kita diterjunkan secara ‘prematur’. Kesendirian akibat ditinggalkan oleh sahabat seolah menjadi bumbu yang biasa karena rapuhnya pe-ri`ayah-an. Apalagi lemahnya kepemahaman membuat waktu kita habis untuk mengejar ketertinggalan diri kita terhadap amanah ini. Sehingga ketika periode amanah ini habis, kita baru sadar kalau kita masih berjalan di tempat, belum banyak prestasi yang dibuat.

Tidakkah para qiyadah kita terdahulu memikirkan apa yang akan kita rasakan saat ini? Atau kita yang terlalu bodoh hingga tak dapat membaca alur regenerasi, bahwa kita telah diproyeksikan untuk amanah ini? Dan, ke mana mereka setelah amanah ini bergulir? Jangan-jangan mereka hanya ‘cuci tangan’ agar dapat segera lepas dari dakwah ini? Ah, betapa sakitnya hati ini.


Mereka sebenarnya tahu, karena itu mereka menjelaskan bahwa tidak selamanya mereka akan menemani kita. Kita harus tahu bahwa mereka sibuk. Ada amanah yang lain yang mungkin lebih tinggi dari amanah kita sekarang ini. Mereka memikul beban yang boleh jadi lebih berat. Kita harus mengerti. Tapi, di saat mereka ingin dimengerti, sadarkah bahwa kita pun ingin dimengerti?


Terlebih para jundi, yang tak lain adalah teman dan adik-adik kita sendiri, sepertinya tak mampu merasakan bagaimana sulitnya kita untuk istiqamah. Rasanya dada ini semakin sesak kalau kita ingat mereka jugalah yang dulu memilih kita di posisi ini, meyakinkan kita bahwa kitalah yang pantas memimpin mereka. Tapi sekarang? Mereka dengan mudah berkata “’afwan” di setiap panggilan kita tanpa memberi alasan yang jelas. Apa mereka lupa kalau jundi itu harus patuh pada qiyadah? Getir jadinya kalau ingat definisi ukhuwah itu apa.

Di satu sisi kita ingin ‘ngebut’ mengukir prestasi ini-itu saat menjabat, tapi ketidakdisiplinan mereka menjadikan jalan ini macet, yang akhirnya tenaga kita malah terkuras banyak untuk mengurusi mereka daripada tuntutan dakwah itu sendiri. Merepotkan!

AL-QUR'AN DAN SANG JENDRAL ..

Maret 25, 2015 0 Comments
Suatu sore, di tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'jenggel' milik tuan Roberto yang fanatik .. itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara Ayat Suci yang amat ia benci. 

"Hai ... hentikan suara jelekmu! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.
Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.
Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo, bibir keringnya hanya berkata lirih "Rabbi, wa-ana 'abduka ...".

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga".
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.
Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
"Hai orang tua busuk!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu!!

Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah Subhanahu wa ta'ala..  Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh".
Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.
Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'.
Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

Rabu, 18 Maret 2015

Dear ESL 48...

Maret 18, 2015 0 Comments
Bismillahirrohmanirrohim...


Dear ESL...
Aku tahu tau pasti, kapan pertama kali kita bertemu. Yang aku tahu, disanalah Tuhan sudah menggariskan takdir dengan siapa saja kita akan bertemu, khususnya dgn kalian ESL 48. Ya, ketika itulah, takdir antara pandanganku dan pandangan-Nya bersatu.

Ketika itu...saat pertama kali bertemu, diruang kelas FPIK.  kita saling berkenalan, saling menyapa, sok kenal sok dekat (SKSD) | bahkan | kuperhatikan lebih jauh | ternyata masih ada juga yang bersikap malu-malu.

Agustus 2012 (Tingkat 2) Ketika itu...Masa Perkenalan Departemen. Masa dimana, aku mulai mengenal sedikit lebih jauh tentang kalian. Sikap kalian, perhatian kalian, cara berbicara kalian | walaupun tak semuanya bisa ku kenal saat itu | Tapi, keinginanku tak hanya sebatas itu kawan, aku ingin mengenal lebiiih jauh, tentang keluarga, impian kalian bahkan sampai hal ‘terdalam’ dalam hidup kalian. (ah kepo sekali). Ya, mau gimana lagi, 3 tahun bersama adalah waktu yg cukup lama, apa mungkin hanya sebatas untuk dilewati saja, padahal begitu banyak pelajaran yg bisa kita dapatkan dari setiap orangnya.

Ketika itu...saat UAS terakhir disemester 5 | Aku mulai resah, aku merasakan suasana kelas yg biasa saja. Not Feel. Hingga akhirnya, aku memutuskan tuk berbicara dengannya (pak komti). Dan mungkin, sebenarnya dia ada saja keinginan, hal yang sama seperti aku. Tapi, belum ada kekuatan jika itu dilakaukan sendirian. Hingga akhirnya, kita memutuskan tuk mengoptimalkan fungsi BPH untuk kelas. Membuat suasana kelas lebih bermakna.

Dan sejak itu, coba kita bangun dengan adanya Line ESL 48. Sebagai wadah untuk komunikasi kita.
Teman2 ingat, ketika itu aku mengabarkan via LINE kalau salah satu anggota keluarga kita ESL 48 sedang sakit, dan dia butuh uang yang banyak tuk berobat. Bagiku, satu hal yg paling disesali adlh ketika kita tidak tahu kabar salah satu keluarga kita~ESL 48 | apalagi kalau kita tahunya dari orang lain. Ah, sungguh tak perhatiannya aku...Bagaimana dengan kalian kawan ? Apakah rasa perhatian itu ada ?

Senin, 09 Maret 2015

#4 - Sore Hari

Maret 09, 2015 0 Comments
Alhamdulillah menuju mission completed. Perjuangan banget ya – mulai dari kejer responden. Menunggu responden. Ngetuk pintu rumah orang. Nanya2 rumah orang.

Tapi, banyak kisah juga ketika wawancara responden. Dari dengerin curhat seorang ibu yang lagi sedih karena suaminya habis di PHK, bu RT yang baru saja kehilangan suaminya, kakek dan nenek yang sudah tua lagi ngerawat cucunya, dan lain-lainya.

Dan ternyata, ada rasa berbeda ketika turun lapang dipagi hari atau sore hari. Rasa terharunya itu loh. Hehe.

Sore hari = ga tau kenapa. Allah menuntun langkah ini hingga mewawancarai orang =orang yang bisa ‘menyentuh’ hati ini. Salah satunya adalah mengingatkan aku tentang makna hidup yang luar biasa dan rumah =ayah dan ibu. Heuu dan disitu saya kadang merasa sedih.

Disore hari juga, Bandung sering dikarunia nikmatnya –Hujan dan angin yang segar. Ah, jadi teringat kata seorang teman dekatku.

“Sef, kamu tau kenapa aku suka hujan ?” tanya temanku
“Karena hujan bisa membuat kamu bahagia (mungkin).” Jawabku sok tau
“Ya, mungkin kebanyakan orang akan berkata seperti itu. Tapi bagi aku, hujan membuat kita bebas berekspresi, khususnya ketika kita sedang nangis, jadinya kan ga keliatan. Apalagi kalau sambil goes sepeda. Huh, pasti ‘berasa’ banget.”
“Hehe...bisa aja.”

Dan ternyata aku pun merasakan hal itu :)

Minggu, 08 Maret 2015

#3 - Ketika Ujian-Nya Menyapa

Maret 08, 2015 0 Comments

Hampir satu minggu di Bandung. Selain harus berjuang keras untuk mencari responden, juga harus berjuang untuk ngapa-ngapain sendirian. Mulai dari harus tinggal dirumah sendiri (karena masih baru), masak sendiri, kemana-mana sendiri, nyuci sendiri dsb. Tak hanya itu tapi, butuh penyesuain suhu juga disini. Herannya, kalaupun di Bogor itu hujannya hampir seharian full tapi berasa dinginnya itu masih biasa aja, tapi kalau di Bandung, turun hujannya Cuma satu waktu aja (misal sore) itu berasa dingin banget...banget...bahasa sundanya teh tiris pisan euy. Mana hanya bermodalkan satu kain yang cukup bisa mengobati kalau dingin lagi menyerang. Pengen banget dah, dipaketin dari Bogor suruh kirim selimut hehe. Tapi, ya kelles....sebegitunya ahaha.

Ya, kalau ditanya betah atau ga disini ? Jujur, banyak alasan sih yang ga bisa dipungkiri kalau saya memang harus betah disini. Salah satunya, ya harus bisa berdiri sendiri untuk bisa melewati fase ini. Berat, mungkin sangat berat (tapi mungkin untuk saat ini) belum tahu fase selanjutnya. Yang terpenting adalah terus berusaha, berani, tetap kuat dan yakin akan Tuhanmu.

#2 - It's TIME for Me

Maret 08, 2015 0 Comments
Rasanya itu seneng banget. Ternyata kunci dari kita diizinkan untuk turun lapang/penelitian adalah survei lokasi dan bagaimana meyakinkan dosen kalau kita memang sudah matang persiapannya. Mulai dari hal apa yang harus dicari, data yang didapat terus mau dikayak gimanaini. Ya, kalau dalam ranah formalnya sih Proposal dan Kuesioner sudah oke semua.

Pukul 06.00 sudah siap untuk melakukan perjalanan Bogor – Bandung. Awalnya merasa takut. Tapi mau gimana lagi, harus tetap untuk melangkah. Yeaah...

Cinta dan pesan AYAH yang sangaat menguatkan :)

Dibis MGI
“Eh kamu, mau kemana ?’”, tanyaku kepada teman satu bis. Kebetulan dia teman satu ESL 48.
“Mau pulang nih.” Jawab dia santai
“Eh kalau dari Leuwipanjang ke Rancaekek naek apa ya ?”, tanyaku
“Nanti bareng aja sef, kebetulan dijemput sama mamah dan papah di Leuwipanjang dan lewat rancaekek juga ko.”
“Huaa,,,boleh ?”
“Sok atuh....”
“Makasih yah.” Jawabku senang.

Niatnya, perjalanan kali bisa ditempuh sendiri. Supaya bisa mandiri ke depannya – ga nanya2 dan ngerepotin banyak orang lagi hehe. Eh tapi ternyata, Allah paham kalau aku belum cukup berani untuk sendirian Dan akhirnya, Allah kirmkan aku teman seperjalanan dan ditraktir makan siang juga sama mamah dan papahnya. Heeuu makasih ya Allah dan kamu. 

Rumah ke-3
Seberapapun banyak rumah yang kita singgahi, akan lebih nyaman ketika berada dirumah pertama – rumah orang tua kita. Harus bisa betah nih disini, secara kan disini kita ga bentar tapi akan lama.

#1 - Survei Lokasi Penelitian

Maret 08, 2015 0 Comments
Setelah menjalani pertapaan dan pertimbangan yang begitu mendalam. Dan pada akhirnya aku pun menjatuhkan pilihan yaitu memilih Bandung – sebagai lokasi penelitian.

31 Januari 2015, waktu dimana aku berhasil juga untuk mencoret semua target dibulan januari - survei lokasi penelitian. Perjalanan ini kebetulan bareng kakak HRD ditempat kerjaan dan salah satu my best friend hoho. Yeah, harus bisa nih buat hati ini terpaut di Bandung. Sebab kedepannya, Bandung bukan hanya sekedar tempat melainkan juga sebagai saksi sejarah aku dalam mencapai kesuksesan, salah satunya adalah sukses meraih gelar sarjana. Aamiin ya Rabb.

“Sef, kenapa milih di Bandung ?”. tanya temanku ketika kami dalam perjalanan menuju lokasi penelitian.
“Ehm....mau jawaban ilmiah atau mau jawaban non ilmiah. Ahaha.” Jawabku tertawa
“Haha. Ada ya, non ilmiah. Mau dua2nya deh.”,tanya dia penasaran
“Jawab yang ilmiah dulu ya ; kalau berdasarkan informasi yang didapat, lokasi penelitian sefi itu sudah mengalami permasalahan yang begitu hebat. Bukan hanya isu lokal atau provinisi tapi juga isu nasional. Nah, dari situ pengen aja bisa mengetahui seluk beluk permasalahannya. Berharap bisa menjadi orang yang bisa berkontribusi untuk kebaikan dan kemajuan desa tersebut. Cukup ah, kalau mau dijelasin mah nanti bisa kebawa bobo kamunya :D.” Sambil melirik kondisi teman yang matanya mulai redup.
“terus terus sef, kalau jawaban non ilmiahnya apa ?”
“hm....bla...bla...bla.....”, sampai berujung kata Aamiin. (rahasia ya hehe).