Aku
mengenalnya sudah cukup lama, sekitar 3 tahun yang lalu. Tepatya saat kelas
satu SMA. Namanya Fara. Kita pertama kali saling mengenal ketika kami satu
organisasi disekolah. Organisasi Paskibra yang begitu kami cintai. Dimana kita
semua diajari kedisiplinan, ketegasan dan kepemimpinan,ditempa kawah candra
dimuka,bahasa kerenya. Namun, setelah menjalani selama satu tahun, kami
termasuk yang bertahan disana. Seleksi alam itu memang biasa, hanya orang-orang
yang berkomitmen dan sungguh-sungguh yang akan bertahan. Hingga akhirnya
kamipun disatukan kembali. Kami satu kelas, bahkan duduk sebangku. Subhanallah,
mungki ini takdir dari Allah untuk mempersatukan kami agar lebih dekat. Seiring
dengan berjalannya waktu, kami pun mulai mengenal lebih dalam dari
masing-masing karakter atau perilaku masing-masing dan mencoba saling
memahami.Tak terasa kedekatan kami begitu dalam, hingga timbullah rasa
mencintai dan menyayangi. Merasa kesepian jika ia tidak masuk sekolah.
Seolah-olah hampa dan tidak bisa berbagi cerita. Sebab, hampir setiap hari,
kami selalu cerita. Baik itu cerita dirumah,organisasi bahkan orang yang dulu
ku kagumi. Ups..
Bulan
April 2011, saat itu kami sedang bimbang atau galau kata anak zaman sekarang.
Mungkin rasa itu akan selalu dirasakan oleh sebagian besar anak-anak SMA
yang bingung dalam memilih Perguruan Tinggi Negeri. Ketika itu Fara ingin masuk
IPB sedangkan aku bimbang, sebab aku tidak diperbolehkan Ibu untuk kuliah di
luar Kota. Aku memahami begitulah perasaan seorang Ibu, apalagi aku adalah anak
perempuan satu-satunya. Ibu belum rela dan takut kesepian sepertinya.
Ketika
itu, ada kakak-kakak dari Institut Pertanian Bogor datang ke sekolah kami untuk
sosialisasi dan menawarkan kegiatan Try Out IPB. Dalam acara itu, kita juga
bisa mengetahui lebih jauh bagaimana kehidupan kampus di IPB. Hingga di akhir
acara, kami meminjam Almamater kakak kelas yang ada disana untuk berfoto di
depan Lambang IPB. Ketika sampai dirumah, aku mencoba melihat foto itu lagi.
Fara ingin masuk IPB.
Kesokan
harinya,muncullah perasaan ingin kuliah disana, bersama Fara. Setelah aku
ta’aruf lebih dalam dan melakukan solat Istikharah akhirnya akupun memilih IPB
sebagai pilihan pertama dalam SNMPTN Undangan atau Jalur masuk tanpa tes. Jalur
ini hanya berdasarkan nilai-nilai rapor.
Alhamdulillah, Aku dan Fara mendapatkan kesempatan itu dan pilihan perguruan
tinggi kami pun sama. Namun, ketika akhirnya Allah berkehendak lain. Aku
diterima di IPB lewat jalur itu, Fara tidak. Merasa sedih karena Fara tidak
diterima. Sebagai seorang sahabat, aku harus bisa menguatkan dan terus
memotivasinya. Aku terus berdoa agar Allah bisa mempersatukan kami kembali.
Rencana
Allah begitu indah dari pada rencana hamba-Nya. Fara akhirnya lolos ujian
SNMPTN tertulis di IPB. Akhirnya kita pun dipertemukan kembali. Walaupun di
jurusan yang berbeda tapi kami sering dipertemukan di Organisasi Mahasiswa
Daerah Lampung. Suatu organisasi yang anggotanya berasal dari Lampung. Suatu
kebahagian hati yang begitu besar. Memang terkadang bila hati ini telah terpaut
dengan sesorang,cukup sulit untuk melepaskannya. Apalagi, seseorang yang
biasanya selalu ada disamping kita.
Oktober
2012, Ketika itu Bogo diberikan rahmat oleh-Nya, lewat hujannya yang begitu
deras, menyejukkan hati ini dan membuat udara semakin segar. Tiba-tiba, aku
dikejutkan dengan sebuah pesan dari temanku sewaktu SMA dulu. Pesan yang berisi
bahwa ayah dari seorang sahabatku yang bernama Fara itu meninggal dunia.
Setelah ku baca hingga akhir air mata ini tiba-tiba saja mengalir. Tanyaku
dalam hati,
Ya
Allah….apakah ini benar ? secepat inikah ?
Ya
Allah….Kuatkanlah ia dan keluarganya dalam menerima semua ini.
Aku
merasa lebih sedih lagi, mengapa aku tidak tau tentang hal ini. Aku sempat tau
dulu sebelum keberangkatan kami ke IPB untuk menempuh kuliah lagi setelah libur
Idul Fitri, aku tau dari teman SMA juga bahwa ayahnya sakit, namun aku tidak
tau beliau sakit apa dan ku kira hanya biasa saja. Namun beliau ternyata menderita
penyakit gagal ginjal. Terngingang dalam kepala ini, teringat ayah dirumah.
Ayah…Ayah…apa kau baik-baik saja. Aku takut bila itu terjadi padaku juga.
Walaupun aku tahu memang pada hakikatnya semua milkiNya akan kembali pada Sang
Pemiliknya yaitu Allah swt. Namun, aku tak sanggup bila itu terjadi pada kami
anak-anaknya yang masih kecil-kecil dan belum bisa membalas semua jasanya.
“Maafkan
aku Fara, memang ku akui. Akhir-akhir ini aku sangat jarang untuk berkirim
pesan denganmu. Aku begitu disibukkan dengan perihal organisasi,sampai-sampai
aku lupa walau hanya menanyakan kabar tentagmu. Maafkan Aku Ya Allah”, pintaku.
Setelah
menerima sms itu, langsung ku telpon Fara, ternyata dia sudah perjalanan pulang
bersama kakak sepupunya. Air mata ini terus mengalir, aku tidak tahan untuk
menahannya. Aku menyadari kita memanglah
bukan saudara kandung atau saudara dekat, tapi bukankah kita adalah saudara
semuslim.
“Sesama
muslim itu itu bagaikan satu tubuh, bila ada salah satu yang sakit maka
sakitlah semuanya” (HR. Bukhari Muslim )
Inilah
yang dinamakan ukhuwah. Ukhuwah yang begitu indah. Ukhuwah yang menuntut rasa
sakit, dimana ketika saudaranya sakit, kita pun merasakannya. Manisnya Imanlah
yang membentuk ukhuwah ini.
Setelah
aku merenungi apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku mulai mencoba untuk
berubah dan melakukan yang terbaik untuknya. Aku ingin menjadi sahabat yang
selalu ada disampingnya. Apalagi, ia sekarang telah ditinggal oleh ayahnya. Aku
yakin, inilah salah satu rencana Allah mempertemukan kami kembali dikampus ini.
Agar Aku bisa menjaganya dan berbagi
cerita baik suka maupun duka. Layaknya seorang sahabat, yang selalu ada setiap
saat. Aku mencintai dan menyayanginya karena Allah. Jaga ia dan keluarganya Ya
Allah. Aamiin J
@sefiindria
@sefiindria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar