Jumat, 10 Maret 2017

Caraku menemukanmu

Maret 10, 2017 0 Comments



"....kutuliskan kenangan tentang, caraku menemukan dirimu.
tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu."
(sepenggal lirik lagu 'Surat Cinta tuk Starla')

Aku tak tahu....
Aku adalah wanita ke berapa yang menjadi list dibuku catatanmu untuk menjadi calon istrimu.
Sebab, aku menyadari betapa banyaknya kekurangan yang aku miliki.

Aku tak tahu...
Apakah aku dipilih dari beberapa wanita yang diajukan murobbimu atau engkau mengajukan namaku kepada murrobimu. Sebab, aku tahu butuh proses yang panjang sebelum pada akhirnya kamu memilihku.

Aku tak tahu...
Bagaimana caranya kamu menjelaskan tentangku kepada keluargamu. Sehingga keluargamu yakin bahwa aku adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupmu.

Tapi, ya sudah tidak udah mempermasalahkan hal itu, apapun itu bagiku itu tak menjadi penting.

Yang terpenting adalah kita meyakini bahwa aku dan kamu adalah Dia yang telah menuliskannya di Lauhful Mahfuz jauh sebelum kita terlahir di dunia.

Kamu adalah salah satu takdir yang telah Allah gariskan untukku. Sampai peristiwa mitsaqan ghaliza (perjanjian yang amat kukuh ) itu terucap saat Akad Nikah di 18 Desember 2016 lalu. Segala puji bagi-Mu ya Allah ;))

Gerimis sore kala itu adalah kali pertamaku melihatmu (September 2012). Kamu yang mengenakan kemeja merah marun lengan panjang dan celana bahan hitam. Yang cukup mengalihkan perhatianku tuk tertuju padamu. (Astaghfirulloh) Rasanya aku ingin berkenalan denganmu. Tapi ku pikir untuk apa dan ya sudahlah, it's imppossible, right !!

But, you know what ? Allah have plan surprise to me. Allah mengenalkan kamu lewat organisasi itu. Dimana posismu sebagai pemimpin dan aku menjadi yang dipimpin. Dari situ....setelah beberapa bulan di organisasi ini, aku baru tahu tentangmu. Tentang bagaimana caramu berbicara, menyelesaikan masalah, sikapmu kepada yang bukan mahrammu dan bagaimana caramu yang pada akhirnya memutuskan untuk mundur dari posisi pimpinan itu.

Aku yang saat itu baru duduk di semester 3 sedangkan dirimu yang baru saja lulus kuliah dan sudah bekerja. Aku tahu betapa besarnya tanggungjawabmu kepada keluargamu. Apalagi kamu anak laki-laki. Setelah lulus kuliah pasti dirimu dituntut untuk bekerja oleh keluargamu.

Ya begitulah kisah perkenalan itu terjadi. Hanya hitungan bulan saja. Setelahnya....ya kita pun putus kontak. Aku sibuk dengan kuliahku. Kamu pun sibuk dengan pekerjaanmu.

Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun.
Aku tak tahu tepatnya dibulan apa. Tahun 2015 akhir atau 2016 awal. Yang pasti saat itu statusku telah lulus kuliah dan bekerja di Bogor. Aku pun tak tahu tiba-tiba timeline bbm mu muncul di bbmku. Karena sudah lama tak tahu kabarmu. Aku memulai menyapa dan ingin tahu kabar tentangmu. Saat itu aku menyapamu hanya sekedar ingin menyambung silaturahim saja, tidak lebih. Dan setelah itu, ya sudah begitu saja...berjalan seperti biasanya. Aku sibuk bekerja. Kamu pun sibuk bekerja.

Dan terakhir di tahun 2016, Aku ingat kau menyapaku kembali saat idul fitri. Kau kirimkan ucapan selamat idul fitri via Whatsapp. Ya, meskipun aku baru bisa balas setelah beberapa hari ke depan. Sebab aku tidak dapat signal dikampung halamanku. #mudik

Selang satu bulan, tiba-tiba murabbiku meminta cv kepadaku dan memberikan info bahwa ada yang ingin ta'aruf (berkenalan) denganku. Masya Allah....saat murobbiku menyebut namamu ingin ta’aruf denganku, betapa kagetnya aku dan tak pernah mengira sebelumnya. Aku pun bertanya-tanya.

Mengapa kamu memilih aku ? 
Mengapa kamu memutuskan aku tuk menjadi pendamping hidupmu ? 
Apa yang membuat keluargamu yakin hingga akhirnya tertuju kepadaku ?

21 Agustus 2016, proses itu dimulai. Kita saling bertukar CV dan aku pun mulai Istisyarah kepada orang-orang terdekatmu. Kemudian, aku mengabarkan keluargaku dirumah. Menceritakan bagaimana kamu dan keluargamu. Yang pasti saat aku jelaskan, aku sudah bisa menjawab pertanyaan ayah tentang syarat 'lampu hijaunya' aku tuk menikah. Saat pas aku pulang bulan April lalu, yang kala itu pernah aku tanyakan. 

Setelah cerita panjang lebar dan di introgasi sana sini. 
Dan pada akhirnya dipenutup ayah bilang,

"Semua tergantung dengan mba. Mba yang memutuskan. Ayah Ibu...mengikuti.”

Tak lama dari situ, aku memutuskan untuk melanjutkan proses ini. Kita bertemu dengan ditemani murobbi/ah masing -masing. Lalu, bertemu dengan keluargamu. Kemudian, setelah itu aku memohon kepada Allah.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).


Setelah itu, yang pasti dari situlah aku mulai istisyarah terus menerus dan istikharah yang panjang, dan hingga akhirnya Allah memilihkan dirimu untuk menjadi imamku.

Seseorang yang ayah titipkan putri kecilnya dan percayakan kepadanya.

Sesorang yang akan menggantikan tugas ayah untuk menjagaku, menyayangiku, bahkan dialah yang akan menjadi jembatan aku menuju surga-Nya.

Seseorang yang kelak akan aku panggil suami, yang akan melanjutkan peran ayah untuk memenuhi segala keinginanku.

Sesorang yang akan bertanggung jawab terhadap kehidupan putrinya ke depannya.

Seseorang yang keluarganya merasa yakin kalau kamu bisa membahagiakannya.

Seseorang yang teman-temannya percaya kalau ia mampu menguatkan dan memberikan perhatian special kepadanya.

Seseorang. Ya hanya seseorang. Seseorang yang telah berani meminta putri kecilnya kepada keluarganya. Seseorang itu kamu. Kamu yang bernama Akhyarudin ;))

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”  (HR. Ath Thabarani) 

Terimakasih untuk semuanya...
Semoga aku dan kamu bisa bersama-sama sampai surga-Nya. Aamiin


Perjalanan dari Bogor menuju Serang
Jum'at, 10 Maret 2017
20:24 WIB

Istrimu ©sefiindria