Selasa, 29 Desember 2015

Bertahan

Desember 29, 2015 0 Comments
Tahun 2012 menjadi awal baginya untuk bergabung di dalam organisasi itu. Mungkin, memang sudah menjadi goresan takdir-Nya untuk dirinya kala itu. Yang sebelumnya tak pernah disadari, bahwa bermula dari organisasi itulah, Allah membawanya ke jalan yang benar - jalan yang Dia ridhoi. Ia merasa bahwa tahun itu, ia benar-benar hijrah. Hijrah ke arah kebaikan. Masya Allah. Sungguh, Allah telah menurunkan hidayahnya. Lantas apa yang terjadi ? Banyak. Sangat banyak perubahan yang terjadi. Terutama dalam hal hubungannya dengan Sang Pemiliknya - Allah SWT.

Awal-awal masa kepengurusan, ia memang masih merasa 'asing'. Belum menemukan makna yang mendalam disana. Ah, hal ini biasa terjadi, namanya juga permulaan. Tapi, seiring bergulirnya waktu, ia pun mulai merasa nyaman - dengan lingkungannya, temannya dan amanahnya. Tahun pertama di organisasi itu, baginya cukup spesial. Sebab, disitulah ia bisa melakukan apapun yang ia sukai, bebas berekspresi, tak mesti harus ini dan itu. Pada tahun pertama ini juga, ia merasa bahwa kamilah - anak tingkat satu (masih status anggota), yang masih menjadi 'perhatian' bagi kakak-kakak yang lain. Misal, sering ditanyakan kabar, ditraktir makan, bertukar kado atau sekedar duduk bersama. Sederhana. Memang, tapi ia bahagia karenanya. Merasa diperhatikan.

Namun, ia mulai menyadari bahwa diberi perhatian itu tak akan selamanya. Ada masanya. Masa dimana kamu tak lagi menuntut untuk diperhatikan melainkan sudah saatnya kamu yang memperhatikan.  Ya, masa itu adalah masa disaat kamu telah menjadi qiyadah (pemimpin) untuk adik-adiknya. Ditingkat dua dan tiga, masa dimana Allah mempercayakan ia untuk mengemban amanah mulia ini - membimbing adik-adiknya, mencurahkan perhatiannya, dan menjadi tempat untuk adik-adiknya agar selalu ingat kepada-Nya. Berat. Terasa berat ketika diamanahkan menjadi seorang qiyadah. Yang menjadi pertanyaan di dalam hati saat itu adalah apakah diri ini sudah pantas ? apakah amalannya sudah baik untuk bisa menjadi teladan bagi adik-adik ? Hatinya bergumam, ia merasa takut jika dalam perjalanannya nanti tidak bisa menjadi qiyadah yang baik. Takut saat dimintai pertanggungjawaban dihadapan-Nya nanti.